Tak ada lagi yang tersisa. Tim yang pernah berstatus sebagai tim terbaik di Indonesia, kini hanya menjadi tim medioker belaka. Penampilan Persib di putaran pertama gelaran Liga 1 tak lebih dari sekedar lelucon belaka. Digadang–gadang menjadi salah satu calon juara Liga 1, apa daya kini hanya bercokol di peringkat 14, tepat dua strip di atas zona degradasi.
Tim kebanggaan rakyat Jawa Barat sedang berada pada titik terendahnya pada lima tahun terakhir. Kondisi ini lebih buruk daripada saat turnamen Torabika Soccer Championship (TSC) 2016. Meski bermain sama jeleknya, Persib saat itu masih bisa menyelamatkan nama besarnya setelah berhasil bermain apik di akhir musim dan meraih posisi lima setelah sebelumnya hanya berkutat di papan tengah. Kini sang juru selamat, Djadjang Nurdjaman pun tak lagi berdaya untuk menerima gelombang tekanan dan memilih meletakkan jabatan kepelatihan.
Setelah gagal mempertahankan Piala Presiden dan hanya mampu meraih posisi tiga di turnamen tersebut, manajemen Persib kala itu bergerak cepat dengan merekrut dua pemain asing kelas wahid. Tak main-main, dua alumnus Liga Primer didatangkan. Michael Essien dan Carlton Cole diharapkan menjadi pilar–pilar kesuksesan Persib musim ini. Ditambah kedatangan pemain naturalisasi, Raphael Maitimo, maka saat itu Persib bisa bermain dengan empat pemain asing dan tiga pemain naturalisasi.
Peluncuran tim pun digelar selayaknya perayaan gelar juara. Kedatangan pemain–pemain berkualitas membuat Persib merasa sudah menjadi juara meski belum bermain barang satu pertandingan pun. Dengan percaya diri, segenap tim mengakui inilah “golden era” Persib, suatu masa yang akan tertulis pada sejarah Persib Bandung. Entah mereka saat itu sedang setengah sadar atau tidak, karena waktu pula yang membuktikan bahwa skuat ini bahkan kesulitan menang di kandang sendiri. Memalukan.
Tak ada yang berjalan baik untuk Persib musim ini terkecuali bisnis yang semakin menggeliat. Pemain asing tampil jauh dari harapan, para pemuda yang terbantu regulasi tak menunjukkan perkembangan yang menjanjikan, hingga Sergio van Dijk yang tak lelah bolak–balik cedera. Permainan Persib pun tak berkembang, terlalu sulit mencetak gol dan pertahanan yang mulai rapuh.
Toh, memang masalah Persib musim ini terbilang pelik. Segenap tim mencoba mengurai segala permasalahan di tim Persib, dari segi taktikal hingga ruang ganti yang tak lagi hangat. Akhirnya Djanur pun mengalah, menjadi martir demi Persib yang lebih baik. Memang pergantian pelatih tak serta merta membuat segala permasalahan Persib segera sirna, akan tetapi itu sebuah awal yang baik.
Target tim yang sebelumnya juara, sekarang pun telah direvisi sang manajer Umuh Muchtar. Kini target Persib hanya bertahan di Liga 1. Tetap bermain di divisi teratas adalah hal yang utama bagi tim saat ini. Sebuah pernyataan yang menunjukkan rasa panik dan hilang arah. Kekecewaan pun dirasakan oleh seluruh Bobotoh karena sulit untuk membayangkan Persib berlaga di Liga 2 musim depan.
Bila ancaman degradasi hanya sekedar candaan di kalangan Bobotoh pada pertengahan putaran pertama, kini mimpi buruk itu terasa semakin nyata. Selain karena posisi Persib semakin mendekat dengan jurang degradasi, jarak poin Persib dengan para pesaing di papan tengah semakin melebar akibat Persib yang tak pernah menang di lima pertandingan terakhir.
Pembenahan harus segera dilaksanakan. Untuk nakhoda tim sepertinya akan tetap dipercayakan untuk Herrie Setiawan, selama proses pencarian pelatih baru masih gencar dilakukan. Perekrutan pemain anyar menjadi faktor penting alam upaya menyelamatkan Persib dari jeratan degradasi kali ini.
Jika musim lalu penampilan Persib membaik setelah kedatangan Marcos Flores di tengah musim, boleh saya berharap Persib kali ini berjodoh kembali dengan pemain asing berkualitas seperti Marcos, yang siapa tahu akan datang di bursa transfer ini.
Segalanya masih dapat diusahakan untuk Persib. Mengakhiri musim di lima besar seperti musim lalu bukanlah suatu misi yang mustahil untuk Persib, pun begitu dengan kesempatan bermain di Divisi Dua yang semakin terbuka lebar. Kini tinggal menunggu ke mana angin akan membawa Persib, ke tempat yang lebih layak di papan atas atau bermain di divisi dua yang terdengar akan menyenangkan.
Author: Daniel Fernandez (@L1_Segitiga)