Kapten kesebelasan biasanya identik dengan loyalitas. Keharusan untuk memahami tradisi klub dan menjadi teladan bagi rekan-rekannya membuat jabatan ini tidak bisa diberikan ke sembarang pemain. Beberapa kapten di tim-tim besar Eropa rata-rata memang mengabdi dalam kurun waktu yang lama seperti Francesco Totti dan Paolo Maldini.
Akan tetapi, tak semua kapten dapat bertahan lama di timnya. Beragam alasan mulai dari kebahagiaan yang mulai sirna, keinginan meraih trofi, hingga niat tulus agar pemain yang lebih muda dapat berkembang membuat sebelas kapten yang kami tempatkan sesuai posisinya ini hengkang dari klub yang telah membesarkan namanya.
Berikut ini adalah nostalgia momen kepergian mereka:
Kiper
Iker Casillas (Real Madrid ke FC Porto, Juli 2015)
Produk asli akademi Real Madrid, menjadi bagian dari El Real sejak usia sembilan tahun, berwajah tampan, mendapat warisan ban kapten langsung dari Raúl González dan diidolai publik Santiago Bernabeu ternyata bukan jaminan bagi Iker Casillas Fernández untuk awet berkarier bersama Los Blancos.
Pertikaiannya dengan pelatih Madrid kala itu, José Mourinho, membuat Santo Iker harus tergusur dari skuat utama El Real dan “terpaksa” mengakhiri masa baktinya yang telah berlangsung selama 16 tahun. Dalam konferensi pers perpisahannya, suami Sara Carbonero ini menitikkan air matanya. Raut kesedihan sekaligus kekecewaan sangat tampak dari wajahnya karena harus meninggalkan klub yang ia bela sejak kecil.
Tak butuh waktu lama bagi Casillas untuk menemukan klub baru. Pada 11 Juli 2015, ia diresmikan sebagai rekrutan anyar FC Porto. Meski kepiawaiannya menghalau tembakan-tembakan lawan tak sehebat dulu, pemilik satu gelar Piala Dunia ini tetap menjadi andalan di bawah mistar publik Estádio do Dragão. Awal Juli lalu ia menandatangani perpanjangan kontrak semusim bersama Azuis e brancos, julukan Porto.