Bakatnya ditemukan oleh Beniamino Abate, ayah Ignazio Abate. Awalnya Matteo Darmian berposisi sebagai bek tengah, dan mendapatkan debut di tim utama AC Milan pada usia 16 tahun. Namun, di perjalanan kariernya ia kemudian bermain sebagai bek kanan. Hingga di beberapa musim terakhirnya di Torino, Darmian bermain di sektor bek kiri sebagai inverted full-back.
Jelang musim keduanya di Manchester United, Louis van Gaal lagi-lagi membuat banyak orang terheran-heran dengan kebijakan transfernya. Juru taktik asal Belanda tersebut mendaratkan Darmian dari Torino dengan mahar transfer sebesar 12,75 juta paun.
Kedatangan Darmian jelas menimbulkan tanda tanya. Di sektor bek kanan, yang merupakan posisi natural Darmian, sudah ada Antonio Valencia yang mulai nyaman ditempatkan di posisi tersebut. Juga beberapa pemain binaan akademi yang sudah siap tampil seperti Guillermo Varela dan Timothy Fosu-Mensah.
Di sektor bek kiri juga lebih pelik lagi. Sudah ada dua nama mentereng di sana, Luke Shaw dan Daley Blind. Meskipun nama terakhir kemudian posisinya diubah menjadi bek tengah. Tapi kehadiran Cameron Borthwick-Jackson dan Joe Riley sebagai pemain binaan akademi juga membuat sektor ini menjadi penuh sesak.
Baca juga: Luke Shaw yang Tersakiti
Tetapi Darmian kemudian bisa membuktikan diri. Beberapa pengamat menyebut ia adalah Gary Neville yang terlahir kembali. Bahkan sang legenda pun menyetujui hal tersebut. Darmian tampil baik di musim perdananya bersama United. Total 39 laga ia dimainkan di seluruh kompetisi dan mencetak satu gol cantik melalui tendangan voli ketika tim berhadapan dengan Cyrstal Palace pada 20 April 2016. Trofi Piala FA menjadi penutup yang manis di musim perdana Darmian di Old Trafford.
Musim kedua Darmian di Inggris nyatanya berjalan agak sulit. Antonio Valencia semakin nyaman dan tampil luar biasa di posisi bek kanan. Sementara di posisi bek kiri, pelatih baru Jose Mourinho lebih senang memainkan Marcos Rojo. Bahkan dalam beberapa kesempatan, Jose menyebut bahwa dirinya sangat menunggu Luke Shaw untuk benar-benar pulih.
Keadaan diperburuk dengan Darmian yang masih dalam pemulihan cedera bahu yang ia dapatkan di musim sebelumnya. Darmian benar-benar terpinggirkan. Ia melewati banyak pertandingan-pertandingan awal United di musim 2016/2017. Bahkan isu kepindahan mulai menghangat karena di tengah kompetisi, Darmian kedapatan sedang mencari apartemen baru di kota Milan.
Padahal, semestinya Darmian mendapatkan apresiasi yang lebih baik. Mengacu pada penampilan musim ini, Darmian baru dimainkan di pekan ke-10 Liga Primer Inggris, tepat setelah kekalahan 4-0 United dari Chelsea pada 23 Oktober 2016. Itupun karena Antonio Valencia mesti absen. Ia kembali ke bangku cadangan ketika pemain asal Ekuador tersebut bisa dimainkan kembali.
Anda mesti mengetahui sebuah statistik yang cukup menarik perhatian. Darmian memang hanya bermain 18 kali sepanjang Liga Primer Inggris musim ini, tetapi tahukah Anda bahwa selama Darmian bermain, United hanya menelan kekalahan satu kali?
Ya, satu-satunya pertandingan yang dimainkan Darmian dan tim mengalami kekalahan adalah ketika United ditaklukkan Arsenal dengan skor 2-0 pada 7 Mei 2017.
Juga soal kesuksesan tim berjuluk Setan Merah ini meraih trofi Liga Europa. Darmian bermain di 7 dari total 15 pertandingan yang dijalani United di ajang kelas dua Eropa ini. Catatan menariknya adalah, Darmian baru betul-betul tidak tergantikan di tiga pertandingan terakhir. Yaitu dua laga pertandingan babak semifinal dan partai final. Tentunya masih segar dalam ingatan bagaimana Darmian membuat Bertrand Traore mati kutu di partai puncak Liga Europa yang mempertemukan United dengan Ajax Amsterdam.
Catatan statistik Darmian pada musim lalu memang tidak superior seperti para pemain di sektor bertahan lain semisal Eric Bailly, Rojo, dan Valencia, akan tetapi Darmian selalu tampil baik setiap diberikan kesempatan. Ia tidak pernah melakukan kesalahan yang membuat tim kemudian kemasukan gol seperti yang dilakukan Chris Smalling atau Luke Shaw.
Bisa bermain di banyak posisi di lini pertahanan dan paham betul soal bertahan karena ia adalah orang Italia, menjadi nilai lebih dari seorang Darmian. Ia adalah pemain sempurna untuk taktik bertahan milik Jose Mourinho.
Fasihnya Darmian bermain sebagai inverted full-back membuat bek timnas Italia ini berperan penting ketika sedang melakukan pergerakan menyempit ketika sedang bertahan, sehingga para gelandang seperti Ander Herrera atau Paul Pogba bisa bermain lebih nyaman ketika mereka sedang membentuk lapis pertama pertahanan tim. Karena sempat bermain sebagai bek tengah, ia juga tentunya paham betul soal mengawal pemain lawan dengan baik.
Manchester United harus lebih menghargai kapabilitas pemain ini, karena bila dibiarkan lebih lama seperti ini, Darmian lebih baik pulang kembali ke Italia. Rekam jejak kariernya sebagai alumnus akademi Milan tentu menjadi nilai lebih. Sebagai perhitungan lain, Darmian terus dipanggil ke timnas Italia meskipun di posisi bermainnya sudah ada Davide Zappacosta, Mattia De Sciglio, dan Luca Antonelli. Nama-nama baru seperti Leonardo Spinazolla dan Danilo D’Ambrosio pun masih belum bisa menggantikan Darmian di timnas Italia.
Bila sudah tidak dihargai, lebih baik pergi, bukan? Tetapi sepertinya Darmian lebih senang untuk terus bisa memperjuangkan kariernya di Manchester United, terlihat dari keengganannya membahas masa depannya di tempat lain.
Author: Aun Rahman (@aunrrahman)
Penikmat sepak bola dalam negeri yang (masih) percaya Indonesia mampu tampil di Piala Dunia