Mendapatkan predikat sebagai kuda hitam (underdog) adalah satu pujian bagi satu tim yang tergolong tidak diunggulkan. Tim kuda hitam biasanya adalah tim yang materi skuatnya hanya rata-rata, namun memiliki kemampuan untuk menciptakan kejutan. Mengapa hal tersebut dikatakan sebagai pujian? Karena tim tersebut diakui mampu untuk mendobrak kekuatan tim-tim tradisional yang dijagokan untuk menjadi juara.
Namun, bagi Swedia, mendapatkan predikat kuda hitam di Piala Dunia 2018 adalah sebuah hinaan, sebuah insult. Timnas Swedia di Piala Dunia 2018 adalah satu kesatuan yang solid, satu unit yang tak mudah untuk ditaklukkan, satu tim yang memiliki kualitas di atas rata-rata. Dan hal ini telah mereka bentuk dan tunjukkan jauh sebelum putaran final.
Membicarakan tim Swedia saat ini, kita harus mundur ke tahun 2015 lalu. Saat itu, Swedia secara mengejutkan berhasil menjadi juara Piala Eropa U-21, mengalahkan negara-negara yang dihuni wonderkid ternama seperti Italia di fase grup, dan Portugal di partai final. Alumnus dari skuat juara Piala Eropa U-21 tersebut itulah yang kini mengisi skuat Blagult untuk Piala Dunia 2018 dan beberapa dari mereka adalah pemain kunci. Mulai dari John Guidetti, Filip Helander, Oscar Hiljemark, Isaac Thielin, Sam Larsson, hingga kini yang menjadi tumpuan seperti Ludwig Augustinsson dan penggawa Manchester United, Victor Lindelof.
Tim juara di Piala Eropa U-21 tersebut tentu memudahkan pelatih Janne Andersson untuk menciptakan kohesi serta atmosfer yang baik di dalam tim. Meskipun begitu, bukan berarti peran Andersson tak besar dalam menciptakan tim Swedia yang layak ditakuti. Andersson mengambil puncak kepelatihan Swedia usai negara Skandinavia tersebut gagal total di Piala Eropa 2016. Setelah itu, ia membenahi Swedia dari berbagai aspek. Dari segi taktikal, ia mampu menghapus cap one-man team dari Swedia. Selama ini, Blagult dikenal sebagai tim yang amat bergantung pada kemampuan Zlatan Ibrahimovic. Namun, pelatih berusia 55 tahun ini mampu membentuk permainan kolektif dan tak berpusat pada satu orang pemain.
Selain aspek taktikal, Andersson juga jago dalam urusan manajemen manusia. Saat Ibrahimovic sempat ‘mengganggu’ skuat Swedia usai sembuh dari cedera, mantan manajer IFK Norrkoping ini dengan tegas menyatakan bahwa tempat pemain legendaris itu di timnas Swedia sudah tertutup.
Contoh terbarunya tentu terjadi di Piala Dunia 2018 ini. Andersson pasang badan ketika Jerman memprovokasi timnya pasca-gol menit akhir Toni Kroos. Ia juga berhasil membawa timnya bersatu di belakang Jimmy Durmaz, kala gelandang yang satu itu mendapatkan ancaman serta diskriminasi rasial setelah pelanggarannya berujung pada gol Kroos.
Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, Swedia berhasil menunjukkan bahwa mereka bukanlah kuda hitam, melainkan tim yang memang seharusnya dijagokan. Di babak kualifikasi Piala Dunia 2018 zona Eropa, Swedia tergabung di Grup A, yang boleh dikatakan sebagai grup terberat di zona Eropa. Blagult harus berkompetisi dengan negara-negara besar yang memiliki kekuatan tradisional di sepak bola, seperti Belanda dan Prancis.
Hebatnya, Emil Forsberg dan kolega berhasil mengunci posisi kedua dan satu tempat di babak play-off. Highlight mereka tentu terjadi kala berhasil mengalahkan Prancis dengan skor 2-1, memberikan Les Bleus kekalahan satu-satunya di babak kualifikasi, serta mencukur Luksemburg dengan skor 8-0. Tak hanya itu, juru gedor utama mereka, Marcus Berg, juga berhasil menjadi top skor di Grup A dengan raihan delapan gol.
Setelah melewati babak grup kualifikasi, Swedia sudah ditunggu oleh Italia, salah satu kekuatan besar sepak bola yang punya sejarah di Piala Dunia. Namun, nama besar Italia tak membuat rival berat Denmark ini gentar. Dalam pertandingan dua leg, Swedia berhasil menang dengan skor agregat 1-0. Mampu tak kebobolan dalam dua laga melawan Italia tentu adalah sebuah pertanda bahwa kekuatan mereka tak dapat diremehkan.
Meskipun begitu, tetap saja Swedia datang dengan status kuda hitam ke Piala Dunia 2018. Swedia disebut hanya akan menyulitkan Jerman dan tak lolos dari fase grup. Memang, mereka berhasil menyulitkan Der Panzer dan pada akhirnya kalah melalui gol yang terjadi di menit akhir.
Namun, pertandingan terakhir mereka melawan Meksiko menunjukkan bahwa status kuda hitam yang melekat kepada mereka harus dibuang jauh-jauh. Tak tanggung-tanggung, Meksiko—yang berhasil mengalahkan Jerman dan Korea Selatan—berhasil digulung tiga gol tanpa balas! Berkat hasil ini, Swedia berhasil mengunci posisi pertama di Grup F.
Janne Andersson dan anak buahnya telah menunjukkan bahwa mereka bukanlah sekadar tim kuda hitam yang hanya memiliki peluang untuk menyulitkan. Dari babak kualifikasi saja, mereka sudah berkompetisi dan menyingkirkan tim-tim terbaik. Begitu juga dengan keberhasilan memuncaki grup yang dihuni juara bertahan dan tim yang kuat dari masing-masing region seperti Meksiko dan Korea Selatan. Lawan Swedia di babak selanjutnya nanti harus menganggap bahwa tim yang akan mereka hadapi adalah tim kuat yang memiliki potensi untuk juara.