Dengan segala hormat, tanpa menampik kontribusi dari generasi Nils Liedholm yang membawa Swedia meraih medali perak di Piala Dunia 1958, harus diakui bahwa Zlatan Ibrahimovic-lah, yang sesuai dengan ucapannya, membuat Swedia bisa “berada” dalam peta, setidaknya dalam sepak bola era modern.
Sejak tampil pertama kali di Piala Dunia 2002, harus diakui bahwa Swedia begitu bergantung kepada Zlatan. Bahkan harus diakui pula bahwa Swedia ditakuti karena keberadaan Zlatan di sana. Hingga akhirnya Sang Singa kemudian memutuskan untuk pensiun selepas Piala Eropa 2016, banyak yang mengkhawatirkan selepas era Zlatan, Swedia akan mengalami kejatuhan.
Namun hal tersebut ternyata tidak terjadi. Ditinggal Zlatan, Swedia memang kehilangan kesan glamor dan fear factor dari lawan-lawan mereka. Tetapi skuat nyatanya lebih bersatu dan kompak karena tidak bergantung kepada satu sosok saja. Kolektivitas Swedia era baru inilah yang kemudian mampu membawa mereka lolos ke Piala Dunia 2018 meskipun tergabung dalam grup sulit bersama Prancis, Belanda, dan Bulgaria.
Skuat inti
Kolektivitas menjadi kuci permainan Swedia di bawah asuhan pelatih Janne Andersson. Ia memasukan nama-nama pemain yang turut berperan dalam kelolosan Swedia ke Piala Dunia mulai dari Emil Forsberg, Albin Ekdal, hingga Oskar Hiljemark. Janne Andersson juga tak ragu memanggil pemain yang tidak tampil di kompetisi level teratas, atau tidak bermain di kompetisi top Eropa.
Prakiraan formasi
Ketika sukses membawa IFK Norkopping berprestasi, tim kuda hitam di Allsvenskaan (Liga Swedia), formasi awal 4-4-2 terus menjadi andalan Janne Andersson. Skema yang serupa juga kemungkinan besar akan kembali digunakan olehnya di Piala Dunia 2018 nanti. Uniknya, Andersson biasanya memainkan Forsberg di sektor sayap, sementara Sebastian Larsson di posisi gelandang tengah. Ini memungkinkan keduanya saling bertukar posisi, dan membuat Forsberg bisa memainkan peran sebagai playmaker yang bermain melebar.
Kekuatan
Kekompakan dan kolektivitas adalah kekuatan utama Swedia di turnamen nanti, sesuatu yang membuat mereka bisa terus bertarung meskipun tidak lagi diperkuat Zlatan ibrahimovic. Setiap pemain merasa mereka bisa berkontribusi maksimal. Ditambah lagi dengan kekuatan fisik khas negara Skandinavia, semangat juang Swedia akan membuat mereka sulit ditaklukkan.
Kelemahan
Ketika begitu banyak flair menggelora di lini tengah Swedia, lini belakang mereka adalah bencana. Andreas Granqvist yang juga merupakan kapten tim, sudah berusia senja. Ia jelas bukan tandingan bagi para penyerang berusia segar yang akan tampil di Piala Dunia. Victor Lindelof yang menjadi harapan, nyatanya memiliki musim debut yang mengerikan bersama Manchester United. Sementara sektor bek kiri masih membuat bingung karena baik Martin Olsson maupun Ludwig Agusstinson, tidak berada dalam kualitas yang benar-benar bagus. Semakin sulit saja karena kiper utama Swedia, Robin Olsen, terlalu mudah menderita cedera.
Pemain kunci: Emil Forsberg
Emil Forsberg, ia menjadi representasi timnas Swedia sepeninggal Zlatan. Tidak seperti seniornya, ia terkesan lebih kalem dan low profile. Forsberg adalah kekuatan utama Swedia. Pengumpan yang akurat dan bermain dengan efektif. Bermain sebagai playmaker yang bermain melebar, Forsberg dipastikan akan memberikan ancaman bagi tim-tim peserta lain di Grup F.
Peluang di Piala Dunia
Jerman jelas menjadi favorit untuk melaju dari Grup F, sementara Meksiko punya tren bagus selalu lolos dari fase grup, namun Swedia tengah dalam era baru sepeninggal Zlatan. Dengan sedikit keberuntungan, ditambah kebersamaan dan kerja keras mereka, Swedia bisa saja melaju hingga babak 16 besar. Yang paling menentukan adalah laga perdana mereka melawan Korea Selatan.