Suara Pembaca

Diego Forlan, Karier di Tiga Benua dan Cult Hero Manchester United

Forlan memang benar-benar tampil apik selama pergelaran Piala Dunia 2010 tersebut. Golnya ke gawang Jerman pada perebutan tempat ketiga terpilih menjadi gol terbaik selama turnamen versi FIFA.

Menjadi pencetak gol terbanyak selama turnamen bersama Thomas Mueller, Wesley Sneijder dan David Villa, ia juga terpilih sebagai pemain terbaik  turnamen sekaligus anggota tim terbaik Piala Dunia 2010.

Forlan juga mencatatkan rekor unik pada Copa America 2011 dimana La Celeste berhasil dibawa menjadi juara. Selama turnamen ia hanya mencetak 2 gol. Namun hebatnya, keduanya dicetak pada partai final. Kemenangan tersebut mengokohkan Uruguay sebagai juara terbanyak Copa America.

Uniknya selain karier di tiga benua di level klub, pencapaian ini menjadi satu-satunya gelar juara Forlan untuk Uruguay dan mencatatkan rekor bagi keluarga Forlan sendiri.

Diego Forlan menjadi generasi ketiga yang pernah menjuarai Copa America di keluarga besarnya. Sang ayah, Pablo Forlan, pernah menjadi juara Copa America tahun 1967 bersama Uruguay. Pablo juga tampil bersama Uruguay di 2 kali Piala Dunia (1966 dan 1974) serta menjuarai Copa Libertadores bersama klub Peñarol.

Sementara sang kakek dari pihak ibu, Juan Carlos Corazzo, juga pernah memenangkan Copa America. Bedanya, Juan Carlos Corazzo memenangkan 2 kali Copa America saat menjadi pelatih La Celeste.

Gelar pertama Copa America Corazzo didapat pada tahun tahun 1959. Lalu gelar kedua didapat di tahun 1967 bersama sang menantu, Pablo Forlan. Corazzo sendiri pernah menangani Uruguay pada empat periode berbeda termasuk Piala Dunia 1962.

BACA JUGA: Maxi Gomez, Tentang Perbedaan Sepak Bola di Uruguay dan Spanyol

 

Petualangan Tak Sukses Bersama Manchester United

Satu babak yang menjadi titik nadir dalam karier tiga benua Diego Forlan adalah kala sang pemain membela Manchester United. Forlan memang menarik perhatian Martin Ferguson, pemandu bakat sekaligus adik manajer Manchester United saat itu, Sir Alex Ferguson. Biasanya Martin Ferguson memantau pemain kawasan Eropa namun ketika itu berada di Argentina.

Disebut-sebut Martin Ferguson memantau Andres D’Alessandro saat River Plate bertanding melawan Independiente. Namun kemampuan ForlAn bersama Independiente pada pertandingan itu malah memikat Martin.

Kiprah Forlan di Independiente sendiri telah dipantau Middlesbrough. Boro bahkan sempat menyepakati transfer dengan Independiente. Namun Manchester United memotong transfer tersebut saat Forlan berada di bandara Inggris. Setelahnya, Forlan malah membela Manchester United alih-alih Middlesbrough. Pihak Middlesbrough sendiri sangat marah karena hal itu.

Selama di Manchester United, Forlan total tampil 98 pertandingan dan hanya mencetak 17 gol. Jika dirinci, 61 penampilannya datang sebagai pemain pengganti dengan sisa kurang 20 menit pertandingan. Bahkan ada 16 pertandingan dimana Forlan hanya bermain kurang dari 10 menit. Hanya 5 gol yang dicetaknya saat datang dari bangku cadangan.

Memang Forlan tak sukses selama di Manchester United. Datang pada Januari 2002, ia gagal sama sekali mencetak gol di sisa musim 2001-2002. Butuh waktu berbulan-bulan dan berpuluh pertandiangan untuk menantikan gol pertamanya setelah musim 2002-2003 berjalan.

Itu pun dicetak lewat penalti saat pertandingan kandang Liga Champions dimana Manchester United telah unggul 4-1.

Sir Alex Ferguson sendiri menyayangkan karena Forlan tak bisa maksimal selama di Manchester United. Selain karena tak sukses, Forlan memiliki sejumlah momen unik selama membela Manchester United.

Salah satu yang terlucu mungkin terjadi setelah selebrasi gol dengan melepas kaos saat pertandingan melawan Southampton. Saat pertandingan dilanjutkan, ia sempat kesulitan memakai kaosnya sambil berkeliaran di lapangan. Lalu tentu saja 2 gol cepat ke gawang Liverpool yang akan sangat diingat para United Fans hingga kini.

BACA JUGA: Jelang North West Derby, Terungkap Bahwa Jürgen Klopp Sempat Impikan Latih Manchester United