Pada 2 Juni lalu, lewat situs resminya, FIFA mengumumkan telah menetapkan peraturan futsal baru.
Beberapa pembaruan yang hadir di antaranya adalah kiper yang hanya boleh melempar bola di area permainan timnya, jumlah penendang dalam babak adu penalti yang bertambah menjadi lima dari asalnya tiga, dan sepak mula yang dilakukan cukup oleh satu pemain seperti dalam sepak bola.
Sebagai salah satu cabang olahraga yang dikelolanya (selain bola pantai dan sepak bola tentunya), FIFA tentu punya otoritas untuk melakukan hal demikian.
Namun, tahukah kamu bahwa nyatanya bukan hanya FIFA yang merupakan organisasi pengelola futsal?
Ada satu organisasi lain yang juga mengelola futsal, yaitu Asociacion Mundial de Futsal (AMF). Meski secara resmi baru terbentuk pada 2002, namun organisasi inilah yang sejatinya mewarisi embrio futsal “orisinal”, dan hal tersebut tidak terlepas dari asal-usul futsal itu sendiri.
BACA JUGA: Tribe Talk Edisi Tengku Fahd Mua’adzam Shah
Asal-usul Futsal
Periode antara 1920-1930 merupakan periode emas bagi sepak bola Uruguay. Pada 1930, mereka mendapat kesempatan menjadi tuan rumah Piala Dunia yang untuk pertama kalinya terselenggara.
Di edisi perdana ini, mereka pun berhasil keluar sebagai juara. Sebelum itu, Uruguay juga merupakan peraih medali emas cabang sepak bola di dua edisi Olimpiade terakhir, yaitu 1924 di Prancis dan 1928 di Belanda.
Kondisi ini jelas berimbas pada popularitas sepak bola itu sendiri. Antusiasme masyarakat Uruguay terhadap olahraga ini meningkat, dan tentunya semakin banyak yang memainkan.
Kondisi serupa terjadi tidak terkecuali di sebuah lingkungan akademik, yaitu sekolah Young Men’s Christian Association (YMCA) di Montevideo, Uruguay, yang kini bernama Instituto Universitario Asociacion de Jovenes.
Namun, Jerome Brachet dalam tulisannya yang berjudul “The Amazing Story of Futsal From 1930 to Today” menjelaskan, murid-murid di sekolah tersebut sering kali mengalami berbagai kendala ketika bermain sepak bola, dari mulai tidak tersedianya lapangan hingga persoalan cuaca.