Penyakit jantung seakan menjadi momok bagi manusia, tak terkecuali bagi para pesepak bola. Walaupun mereka terlihat sehat dan bugar, tidak menutup kemungkinan mereka terkena serangan jantung.
Terbaru, mantan kiper timnas Spanyol, Iker Casillas, harus dilarikan ke rumah sakit akibat terkena serangan jantung saat ia berlatih bersama FC Porto. Beruntung karena penanganan yang cepat dan tepat nyawanya dapat diselamatkan, dan sekarang kondisinya berangsur membaik.
Serangan jantung terjadi akibat adanya gangguan yang terjadi pada aliran yang digunakan untuk menutrisi jantung. Alian tersebut yang seharusnya lancar, terjadi penyumbatan oleh lemak maupun kolesterol berlebih yang menyebabkan aliran nutrisi ke otot jantung terganggu, sehingga otot jantung yang tugasnya memompa darah ke seluruh tubuh maupun ke paru-paru tidak bekerja dengan baik.
Keadaan di mana tidak adanya nutrisi dari darah ke otot jantung ini menyebabkan jantung kekurangan oksigen, atau yang disebut hypoxia. Hypoxia sendiri menyebabkan isekmia atau kematian sel-sel dalam tubuh, sehingga terjadilah myocardial infark, yaitu perubahan struktur pada jantung dikarenakan banyak sel yang mati.
Kemudian, apabila sel- sel dalam jantung tersebut mati, biasanya tubuh akan mengirimkan respon inflamasi, yakni tubuh akan mengirimkan banyak sel yang bertujuan untuk memperbaiki sel yang rusak tersebut. Akan tetapi, tempat yang normalnya diisi hanya oleh sel jantung saja, tiba-tiba diisi oleh banyak sel.
Hal ini tentu saja membuat terjadinya penyempitan ruang dan menyebabkan nyeri bagi sang penderita. Ini adalah fase-fase awal terjadinya serangan jantung.
Proses di atas terjadi sangat cepat, sehingga diperlukan pertolongan pertama yang cepat. Penderita harus segera dibawa ke rumah sakit agar mendapatkan perawatan intensif agar nyawa penderita bisa diselamatkan.
Dalam mayoritas kasus pemain sepak bola, faktor keturunan menjadi faktor terbesar mengapa mereka bisa sampai terkena serangan jantung. Banyak kasus pesepak bola yang terkena serangan jantung terjadi akibat penyakit jantung bawaan. Selain itu padatnya jadwal membuat risiko pemain terkena serangan jantung menjadi lebih besar.
Padatnya jadwal latihan dan pertandingan, ditambah dengan tensi tinggi serta besarnya tekanan dari semua pihak, tentu membuat beban berat bagi tubuh pesepak bola. Beban berat tersebut seringkali membuat jantung tidak kuat dan terjadilah cardiac arrest, atau hilangnya fungsi jantung, napas, dan kesadaran secara tiba-tiba dan tak terduga.
Inilah yang paling sering dialami para atlet yang terkena serangan jantung saat latihan maupun saat pertandingan berlangsung.
Selain itu, kurangnya kepedulian dan pengawasan terhadap recovery kondisi pemain, porsi istirahat, serta asupan gizi para atlet, baik itu oleh sang atlet sendiri maupun oleh tim pelatih, menjadi salah satu faktor penyebab banyak atlet yang terkena serangan jantung.
Selain Casillas, ada juga beberapa pemain yang terkena serangan jantung. Salah satunya Antonio Puerta. Pemain kelahiran Sevilla, Spanyol, 26 November 1984 itu merupakan seorang pemain sepak bola berkebangsaan Spanyol. Dia bermain untuk Sevilla FC di LaLiga sejak tahun 2004 hingga 2007. Dia meninggal dunia pada 28 Agustus 2007 setelah mengalami gagal jantung saat melawan Getafe CF dalam partai pembuka LaLiga musim 2007/2008.
Kala itu, saat laga memasuki menit ke-35, Puerta tiba-tiba terlihat berjongkok sambil memegangi dadanya. Rekan-rekannya yang melihat kejadian tersebut, langsung segera berusaha menolong Puerta sambil memanggil para tim medis. Secerca harapan datang, Puerta sempat berdiri dan berjalan ke luar lapangan untuk digantikan oleh pemain Sevilla lainnya.
Namun, saat di ruang ganti, keadaan Puerta lagi-lagi memburuk. Ia tidak sadarkan diri lalu dilarikan ke rumah sakit terdekat. Tiga hari berselang, kabar duka datang, Puerta dinyatakan meninggal dunia akibat serangan jantung. Ia pergi dalam usia yang masih sangat muda, yaitu 23 tahun.
Sepak bola Spanyol berkabung, tentu khususnya para Sevillistas, julukan para penggemar Sevilla. Kehilangan Puerta ini memantik solidaritas dari seluruh kesebelasan Spanyol untuk mengheningkan cipta sebelum pertandingan.
Baca juga: Kisah Antonio Puerta yang Abadi di Sevilla
Kini, nama Antonio Puerta diabadikan sebagai nama trofi pra-musim Sevilla yang di gelar setiap tahunnya sejak 2008 lalu. Setiap menit 16 pada pertandingan kandang Sevilla (nomor 16 merujuk kepada nomor punggung Puerta yang ia terakhir kenakan), tepuk tangan serta yel-yel untuk Puerta lazim didengungkan.
Bahkan, nomor 16 milik Puerta sebetulnya ingin dipensiunkan oleh pihak klub. Namun, aturan nomor punggung di Spanyol yang mewajibkan pemain utama memakai nomor 1 sampai 25 (khusus kiper 1, 13 dan 25) memaksa nomor 16 gagal dipensiunkan dan sebagai gantinya adalah hanya pemain jebolan akademi yang boleh memakai nomor tersebut.
Dua nama diatas menjadi contoh bahwa meskipun peneliti menyebut risiko kematian pesepak bola profesional lebih rendah daripada orang-orang yang tidak pernah berolahraga. Pesepak bola tetap saja rawan terkena berbagai macam penyakit, khususnya serangan jantung.
Pada tahun 2008, Badan Kesehatan Dunia (WHO) dalam laporannya, mengumumkan bahwa penyakit jantung, infeksi dan kanker masih tetap mendominasi peringkat teratas penyebab utama kematian di dunia.
Serangan jantung dan problem seputarnya masih menjadi pembunuh nomor satu dengan raihan 29 persen kematian global setiap tahun. Peringkat kedua diduduki penyakit infeksi dengan 16,2 persen kematian, disusul kanker yang diklaim menyebabkan 12,6 persen kematian di dunia.
Fakta-fakta diatas membuktikan bahwa siapa saja bisa terkena serangan jantung. Penting bagi kita untuk senantiasa peduli dengan gaya hidup serta apa yang kita konsumsi, karena penyakit bisa saja datang kapanpun dan menimpa siapapun. Selain itu, kita juga wajib mengetahui seperti apa pertolongan pertama kepada penderita serangan jantung agar penderita dapat ditolong dengan baik dan benar agar nyawanya dapat diselamatkan.
*Penulis dapat dijumpai di akun Twitter @Rijalf19. Penulis mengucapkan terima kasih pada Faida Ufaira Prameswari, mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga, yang membantu penulis dalam menyelesaikan tulisan ini, khususnya dalam hal yang berkaitan dengan medis.