Sejak pertama kali namanya muncul pada Piala Dunia 2010, Thomas Müller sudah langsung membuat jagat sepak bola terkesan. Bagaimana pemain yang dianggap tidak memiliki kemampuan teknis yang mewah, nyatanya justru merupakan pencetak gol ulung. Hanya dalam dua edisi Piala Dunia saja Müller sudah mendekati rekor pencetak gol terbanyak Piala Dunia yang dipegang oleh Miroslav Klose.
Sang penafsir ruang, begitu ia dijuluki. Bagaimana kemampuan Müller untuk menafsirkan ruang, yang biasanya terejawantahkan dalam kecerdasannya ketika bergerak, yang pada akhirnya meningkatkan peluang Müller untuk mencetak gol. Timnas Jerman tentu berharap Müller bisa mencetak banyak gol seperti pada Piala Dunia edisi-edisi sebelumnya. Tetapi boleh jadi, realita saat ini akan menunjukan fakta yang berlainan.
Saat melihat fenomena yang terjadi dalam dua musim terakhir Müller bersama klubnya, FC Bayern München, Müller bukan lagi sang penafsir ruang seperti yang kita semua kenal sebelumnya. Penafsir ruang yang akan memanfaatkan celah-celah atau area kosong di lini pertahanan lawan boleh jadi bukan predator buas seperti bertahun-tahun lalu. Ia kini memainkan fungsi yang sedikit berbeda.
Rataan gol, asis, dan pembuatan Peluang Thomas Müller dalam empat musim terakhir
Perbedaan fungsi dan gaya bermain Müller ini bisa dilihat melalui salah satu aspek, yaitu soal jumlah gol yang ia cetak dalam empat musim terakhir. Ada penurunan drastis dari jumlah gol yang dicetaknya. Müller yang sejak tahun 2012 selalu berhasil menyarangkan dua digit gol dalam setiap musim, dalam dua musim terakhir bahkan ia tidak berhasil mencapai angka 10 gol.
Menariknya, ketika rataan gol Müller kemudian menurun selama dua musim terakhir, justru kemudian catatan pembuatan peluang serta asisnya meningkat. Sebagai perbandingan, dalam dua musim terakhir Müller berhasil membuat 23 asis dan 110 kali terlibat dalam pembuatan peluang. Sementara pada dua musim sebelumnya, Müller hanya membuat 15 asis dan 100 kali terlibat dalam pembuatan peluang.
Lantas ada apa gerangan?
Semua karena Robert Lewandowski
Terjadinya fenomena penurunan angka mencetak gol Thomas Müller juga sedikit banyak dipengaruhi oleh kedatangan Robert Lewandowski ke FC Bayern. Penyerang Polandia ini memiliki fungsi serta gaya bermain yang berbeda dengan penyerang FC Bayern sebelumnya, Mario Mandzukic. Perbedaan gaya bermain inilah yang kemudian juga ikut mengubah fungsi bermain dari Thomas Müller.
Mandzukic adalah penyerang dengan gaya serta fungsi bermain yang unik. Ia bisa memainkan peran yang lebih cair di lini serang. Bahkan di Juventus, Mandzukic seringkali ditempatkan di sektor penyerangan bagian kiri. Gaya bermain Mandzukic membuatnya lebih banyak terlibat dalam permainan. Sementara Robert Lewandowski, ia adalah penyerang sejati. Penyelesai peluang ulung dan benar-benar pencetak gol kelas satu.
Hal inilah yang kemudian membuat perubahan dalam fungsi bermain Müller. Apabila sebelumnya dalam urusan mencetak gol ia sebenarnya ditopang oleh kehadiran Mandzukic. Bagaimana kemampuan serta fungsinya sebagai Raumdeuter alias penafsir ruang ia gunakan untuk mencetak gol. Dengan keberadaan Robert Lewandowski, fungsi tersebut kemudian berubah. Müller menggunakan kemampuannya untuk mengoptimalkan permainan Lewandowksi.
Fenomena yang terjadi saat ini sebenarnya bukan juga sebuah kemunduran. Meskipun memang ini bukanlah sesuatu yang pernah disebut oleh Barney Ronay dalam tulisannya yang berjudul “Bayern Munich`s Thomas Mueller conquers space, football`s final frontier“, bahwa Müller bukan playmaker dan juga kurang tepat apabila disebut sebagai penyerang, ketika ia mendeskripsikan terkait sang pemain dan Raumdeuter. Boleh jadi, perubahan ini sebenarnya merupakan evolusi dari peran dan fungsi dari penafsir ruang itu sendiri.
Lalu apa yang mesti Jerman lakukan?
Dengan kata lain, melihat feonemena terutama yang terjadi dalam dua musim terakhir, timnas Jerman tidak bisa lagi hanya mengandalkan Müller untuk mencetak gol di Piala Dunia 2018 nanti. Apabila Müller dipasang untuk memainkan peran yang hampir serupa dengan apa yang ia lakukan di FC Bayern, maka kemungkinan besar Müller akan lebih efektif fungsinya dalam pembuat peluang dan terlibat dalam terciptanya gol.
Yang paling ideal memang mereplikasi cara dan gaya bermain FC Bayern untuk bisa tetap memaksimalkan kemampuan Müller. Tetapi masalahnya kemudian adalah, meskipun sudah berubah peran dan fungsi bermain, Müller nyatanya tetap merupakan pencetak gol andalan Jerman. Setidaknya melihat catatan mereka di babak kualifikasi, Müller merupakan pencetak gol terbanyak Jerman dalam perjalanan mereka ke Piala Dunia edisi kali ini dengan lima gol.
Semakin sulit lagi karena Jerman jelas tidak punya penyerang dengan kelas, kualitas, dan gaya bermain seperti Robert Lewandowski. Timo Werner minim pengalaman, sementara Mario Gomez sudah uzur. Bahkan menyoal posisi penyerang tengah inilah yang bisa jadi merupakan masalah utama Jerman di Rusia nanti. Maka, bisa jadi perubahan fungsi dari Thomas Müller sang penafsir ruang ini pun boleh jadi salah satu hal lain yang akan menyulitkan Jerman di Rusia nanti.