Piala Dunia 2018

Profil Inggris di Piala Dunia 2018: Saatnya Membuktikan Mulut Besar Negeri Ratu Elizabeth

Inggris selalu mengklaim diri sebagai salah satu negara dengan kualitas sepak bola terbaik. Tak dapat dipungkiri memang, bahwa liga sepak bola utama mereka, Liga Primer Inggris, merupakan salah satu liga sepak bola terbaik di dunia. Namun, prestasi timnas Inggris berbanding terbalik dengan kesuksesan liga sepak bola mereka.

Prestasi terbaik The Three Lions di ajang internasional terjadi 52 tahun lalu, ketika mereka berhasil menjuarai Piala Dunia 1966 yang berlangsung di begara mereka sendiri. Setelah itu, prestasi mereka tergolong memprihatinkan, baik di Piala Dunia maupun Piala Eropa. Dalam beberapa tahun belakangan, Inggris selalu mentok di babak perempat-final. Bahkan, di dua turnamen besar terakhir yang diikuti Inggris, prestasi mereka memprihatinkan.

Di Brasil empat tahun lalu, mereka tak mampu lolos dari fase grup, sedangkan di Prancis dua tahun lalu, Jordan Henderson dan kolega gagal di babak 16 besar setelah dikalahkan oleh…Islandia, negara kecil yang baru mengikuti turnamen besar pertamanya.

Tentu saja, dikomandoi oleh Gareth Southgate saat ini, skuat Inggris memiliki ambisi untuk mengharumkan negaranya. Mereka akan berusaha keras agar tak kembali menjadi bulan-bulanan.

Skuat inti

Southgate telah memilih 23 nama yang akan mengisi skuatnya untuk Piala Dunia mendatang. Di samping pemain senior seperti Harry Kane, Kyle Walker, Jordan Henderson, dan Gary Cahill, pelatih berusia 47 tahun tersebut memanggil enam pemain U-23, yaitu Ruben Loftus-Cheek (22), Marcus Rashford (20), Dele Alli (22), Raheem Sterling (23), John Stones (23), dan Trent Alexander-Arnold (TAA) (19). Adanya pemain-pemain muda ini juga membuat skuat Inggris di Piala Dunia 2018 menjadi skuat Inggris dengan rataan umur termuda ketiga dalam sepanjang sejarah Piala Dunia yang mereka ikuti.

Di satu sisi, Southgate meminggirkan beberapa pemain senior seperti Joe Hart, Jack Wilshere, dan Adam Lallana. Performa Hart di level klub memang menjadi alasan yang kuat mengapa Southgate enggan memanggilnya. Namun, absennya Wilshere dan Lallana dianggap akan sedikit mengurangi kreativitas tim.

Kekuatan

Suka tidak suka, kekuatan Inggris saat ini terletak di pelatihnya. Southgate berhasil memanfaatkan sumber daya yang ia miliki menjadi satu kesatuan yang bekerja dengan baik. Di fase grup kualifikasi zona Eropa lalu, Inggris berhasil menjalani 10 laga tanpa satu kekalahan pun, mencetak 18 gol dan hanya kebobolan tiga kali.

Performa mereka di laga uji coba pasca-kualifikasi berakhir pun cukup memuaskan. Mereka tak kejebolan satu gol pun melalui open play kala menghadapi Brasil, Jerman, Italia, dan Belanda, yang ditotal mencapai 627 menit sebelum akhirnya kebobolan di laga uji coba terakhir melawan Nigeria. Hal ini merupakan buah dari kerja keras Southgate, pelatih yang awalnya sempat diragukan. Meski permainan Inggris tak menarik, Southgate berhasil mendapatkan hasil dengan cara yang efisien dan efektif.

Kelemahan

Meskipun Southgate berhasil melakukan sesuatu yang menakjubkan sejauh ini, masih ada beberapa hal yang bisa dimanfaatkan oleh lawan-lawan Inggris di Piala Dunia nanti. Yang pertama adalah ketergantungan mereka terhadap Harry Kane untuk mencetak gol. Penyerang Tottenham Hotspur tersebut memang menjadi salah satu juru gedor terbaik di dunia saat ini. Namun, ketika lawan mampu menetralisir Kane, semakin terjal jalan Inggris untuk melaju jauh.

Contoh terbesarnya adalah di Piala Eropa 2016 lalu. Inggris harus bersusah payah untuk lolos dari fase grup yang dihuni oleh Wales, Slovakia, dan Rusia, sebelum akhirnya kalah melawan Islandia. Dari empat laga, The Three Lions hanya mampu mencetak tiga gol. Berapa gol yang Kane ciptakan? Nihil.

Inggris juga harus mencari cara agar mampu mengalahkan negara besar. Di laga uji coba, mereka memang berhasil menahan imbang Italia, Brasil, dan Jerman, namun, di Piala Dunia nanti, imbang saja tidak cukup. Southgate harus mampu membenahi mental anak asuhnya, terlebih apabila mereka harus bertanding hingga babak adu penalti, musuh besar Inggris sejak beberapa kompetisi terakhir.

 

Kane layak diangkat menjadi kapten Inggris

Pemain kunci: Harry Kane

Kane baru saja didapuk oleh Southgate sebagai kapten Inggris untuk Piala Dunia nanti. Wajar saja, mengingat mungkin Kane-lah saat ini pemain Inggris yang bisa dikategorikan sebagai pemain kelas dunia, selain Raheem Sterling. Juru gedor berusia 24 tahun ini menjadi top skor Inggris di fase kualifikasi dengan total lima gol. Berbekal kemampuan mencetak gol yang alami, kecepatan, dan kemampuan dribel yang di atas rata-rata, serta intelegensia yang menawan, Kane adalah pemain yang patut diwaspadai oleh lawan Inggris nanti.

Ketergantungan Inggris terhadap Kane bahkan bisa dianggap berlebihan, seperti yang sudah dijabarkan di poin kelemahan sebelumnya. Namun, apabila Kane mampu menjaga performanya di Rusia nanti, bukan tak mungkin Inggris mampu melaju jauh.

Prakiraan formasi

Eksperimen Southgate dengan skema 3-5-2 terbukti sukses sejauh ini, baik di laga kualifikasi maupun uji coba. Jordan Pickford akan menjadi pilihan utama di posisi kiper, mengingat ia diberkahi dengan kemampuan distribusi yang baik. Pickford akan dilindungi oleh Kyle Walker, John Stones, dan Gary Cahill sebagai tiga bek di depannya. Walker akan menempati posisi bek tengah kanan, sementara Stones dan Cahill memiliki kemungkinan untuk dirotasi oleh Harry Maguire, Phil Jones, atau bahkan Eric Dier.

Posisi sayap kanan akan ditempati oleh Kieran Trippier, yang mungkin akan ditukar dengan Trent Alexander-Arnold, sementara di sisi yang berlawanan, Danny Rose akan menjadi pilihan utama. Dier dan Jordan Henderson akan menjadi double pivot di lini tengah, sementara Alli akan menjadi gelandang serang, yang juga mungkin akan dirotasi oleh Jesse Lingard.

Dua slot penyerang di depan tampaknya akan menjadi jatah Kane dan Sterling. Jamie Vardy dan Danny Welbeck bisa menjadi opsi yang menarik dari bangku cadangan.

Peluang di Piala Dunia

Tergabung bersama Belgia, Tunisia, dan Panama di Grup G, Inggris seharusnya mampu melaju dengan mudah bersama Belgia dari grup tersebut, meski ada kemungkinan mereka kembali melakukan sesuatu yang di luar dugaan. Berbekal skuat saat ini, rasanya mereka mampu sampai ke babak perempat-final, asal di babak 16 besar bertemu dengan tim yang tak lebih kuat semacam Jerman, Brasil, maupun Spanyol.