Cerita

Ancaman Pembunuhan, dari Andres Escobar ke Michael Oliver, Ketika Sepak Bola Membahayakan Nyawa

Buntut dari hasil lolosnya Real Madrid ke babak semifinal Liga Champions masih terasa hingga sekarang. Pertandingan kedua yang dilangsungkan di Santiago Bernabeu memang menyisakan satu insiden kontroversial. Juventus yang harus mengejar ketertinggalan gol akibat kalah di kandang sendiri dengan luar biasa hampir berhasil membuat kejutan. Dua gol dari Mario Mandzukic dan sebuah gol dari Blaise Matuidi memberikan harapan baru bagi para pemain maupun Juventini. Namun, kebahagian mereka karena berhasil mengejar Madrid musnah di menit-menit terakhir pertandingan.

Lucas Vazquez yang berdiri bebas di depan gawang Gianluigi Buffon terjatuh karena usaha Medhi Benatia untuk mendapatkan bola. Apakah itu sebuah pelanggaran? Perdebatan tentang insiden tersebut memang masih hangat dibicarakan. Tetapi, di saat itu, ketika usaha mereka menjadi sia-sia dalam waktu sekejap saja, luapan emosi tentu tidak bisa ditahana oleh para pemain Juve.

Pemain yang begitu terlihat emosi adalah kiper dan juga kapten Juve, Buffon. Melihat dari gestur serta gerakan mulut dari sang pemain, tentu kita tahu bahwa Buffon benar-benar marah dan kecewa atas keputusan Michael Oliver. Karena amarah dan protes yang berlebihan itulah, Oliver sekali lagi memberikan keputusan yang menambah luka I Bianconeri. Sebuah kartu merah dilayangkan kepada pemain legendaris Juve dan Italia itu.

Baca juga: Kartu Merah Pertama dan Terakhir Gianluigi Buffon

Setelah pertandingan yang penuh kejutan itu, Buffon tidak segan-segan melayangkan kata-kata tajam untuk wasit yang memimpin pertandingan tersebut. Kata-kata yang mewakili perasaan kesalnya kepada Oliver dan nampaknya dia belum akan merubah pendapatnya tersebut, meski korban kata-katanya mendapat ancaman pembunuhan dari beberapa orang.

Ya, Oliver mendapat kecaman dan ancaman pembunuhan karena keputusannya memberikan penalti kepada Madrid. Kata-kata Buffon menjadi bahan bakar pemicu para Juventini atau oknum-oknum tidak bertanggung jawab untuk terus menekan Oliver. Bukan hanya wasit asal Inggris saja yang mendapat kecaman, istrinya pun juga kena sasaran amuk.

Kecaman dan ancaman pembunuhan yang didapatkan oleh Oliver tentu sangat disayangkan. Tindakan tersebut jelas sudah keterlaluan dan pantasnya tidak perlu dilakukan. Menilik sejarah sepak bola, Oliver bukanlah wasit pertama yang mendapat ancaman pembunuhan.

Tom Henning Ovrebo, wasit yang menangani pertandingan antara Barcelona dan Chelsea di ajang Liga Champions musim 2009/2010 itu juga mendapat ancaman serupa. Di laga tersebut, Ovrebo tidak menggubris dua klaim handball yang diteriakan oleh pemain Chelsea, terutama Michael Ballack. Selain dikejar-kejar oleh Ballack, Ovrebo juag mendapat makian dari Didier Drogba usai pertandingan. Selanjutnya, hanya ada ancaman pembunuhan yang menghantui wasit asal Norwegia itu.

Selain wasit, pemain pun tidak terlepas dari ancaman pembunuhan. David Beckham pernah mengalami hal serupa di tahun 1998. Di tahun itu, Beckham menjadi musuh bersama rakyat Inggris. Kartu merah yang didapatkannya ketika melawan Argentina menjadi penyebab dilayangkan ancaman pembunuhan kepada suami dari Victoria Beckham itu. Dia pun mengaku menjani masa-masa gelap akibat ancaman pembunuhan tersebut.

Jika Oliver, Ovrebo, dan Beckham baru mendapat ancaman, beda lagi dengan Andres Escobar yang memiliki nasib yang lebih pedih. Gol bunuh dirinya kala membela timnas Kolombia di Piala Dunia 1994 tidak hanya mengakibatkan ancaman saja, tetapi juga nyawa dari Escobar. Akibat gol bunuh dirinya tersebut, Escobar ditembak hingga tewas.

Kembali ke permasalahan Michael Oliver, orang-orang harus sadar bahwa ancaman pembunuhan bukanlah hal yang main-main. Harus ada penyelesaian dari masalah yang terjadi. Buffon memang punya pendapatnya sendiri, namun penulis rasa dirinya mampu meredakan situasi yang ada.

Perbedaan pendapat adalah hal yang lumrah terjadi, begitu juga dengan kontroversi di sepak bola. Namun, apakah hal tersebut membuat kita pantas melayangkan sebuah ancaman pembunuhan? Tentu tidak.