Di Piala Eropa 2012, kita semua tentu masih ingat bagaimana selebrasi ikonik yang dilakukan oleh penyerang bengal Italia, Mario Balotelli, kala membobol gawang timnas Jerman. Selepas bola yang ia sepak menembus jala gawang Manuel Neuer, Super Mario membuka bajunya lalu memamerkan otot tubuhnya. Ketika ia sedang merenggangkan ototnya, semestinya kita menyadari ada plester berwarna biru yang menempel di punggungnya. Ya, plester tersebut yang disebut sebagai kinesio tape.
Dilansir dari situs kinesiotaping.com, kinesio tape adalah plester atau tape yang berfungsi untuk meredakan nyeri dan rasa tidak nyaman pada otot. Tak hanya itu, kinesio tape juga mampu mengembalikan sistem neuromuscular seperti sediakala, dan membantu penyembuhan cedera. Di luar pemulihan, pemakaian kinesio tape juga bisa membantu fleksibilitas otot, penurunan risiko pembengkakan, mencegah cedera, serta membantu sirkulasi tubuh.
Kinesio tape sendiri dikembangkan oleh dr. Kenzo Kase di tahun 1973 lalu. Kala itu, dokter yang berbasis di Jepang ini memiliki tujuan untuk menciptakan tape dengan teknik-teknik tertentu untuk membantu pemulihan sendi serta otot, tanpa membatasi gerak otot itu sendiri. Sempat mengalami kegagalan, kinesio tape buatan dr. Kenzo akhirnya mendunia setelah laris manis di Olimpiade Seoul 1988. Di sepak bola sendiri, kinesio tape tentunya populer berkat aksi Balotelli. Beberapa pesepak bola lain, seperti Gareth Bale, Robin van Persie, hingga Cristiano Ronaldo, juga pernah menggunakan plester yang satu ini.
Meskipun begitu, penggunaan kinesio tape bukan tanpa kontra. Menurut John Brewer, Profesor Kesehatan Olahraga dari University of Bedfordshire, dilansir dari BBC, menyatakan bahwa penggunaan kinesio tape tak lebih dari sekedar “efek Placebo”, kepercayaan akan bekerjanya sesuatu, atau dengan kata lain, sugesti.
“Secara pribadi, saya pikir penggunaan kinesio tape hanya sekadar efek placebo. Tak ada data yang saintifik tentang bagaimana linesio tape mampu meningkatkan performa atau mencegah cedera. Meskipun begitu, sah-sah saja menggunakan barang ini, karena masalah yang muncul hanyalah Anda akan kehilangan beberapa bulu.”
Phil Newton, fisioterapis dari Lilleshal, salah satu sentra kesehatan olahraga di Inggris, juga menyatakan pendapat yang sama dengan Brewer.
“Melihat pada kemampuan barang ini, saya tak melihat bagaimana kinesio tape mampu meningkatkan performa kecuali itu mampu memberikan stimulasi. Efek placebo-nya sangat kuat.”
Ucapan kedua pakar ini tentunya tak dapat ditelan mentah-mentah, karena kinesio tape sendiri dihasilkan melalui proses yang panjang, dan masih digunakan secara luas oleh atlet-atlet, terkhusus pesepak bola papan atas hingga saat ini. Berangkat dari hal ini, kami meminta pendapat dari salah satu pakar, yaitu Syahmirza Indra Lesmana, fisioterapis di Indonesia yang pernah menangani pesepak bola top di Liga Indonesia seperti Hamka Hamzah, Rizki Pora, dan Kunihiro Yamashita, sekaligus dekan dari Fakultas Fisioterapi Universitas Indonusa Esa Unggul.
Menurut penuturan Indra, kinesio tape sangat membantu di beberapa kondisi, terutama dalam mempercepat proses pemulihan cedera. Sebagai contoh, apabila sang atlet belum pulih 100%, dengan penggunaan kinesio tape, atlet tersebut bisa “terbantu” untuk bermain. Hal ini dikarenakan kinesio tape dapat memfasilitasi otot untuk bekerja dan mempercepat relaksasi otot. Selain itu, kinesio tape dapat mengoreksi kerja ligamen, fascia (pembungkus otot), dan memperbaiki kerja sendi yang mengalami gangguan.
Meskipun begitu, ia juga tak memungkiri bahwa secara saintifik, belum banyak bukti ilmiahnya. Mengingat, kinesio tape ini berawal di Jepang, dan hasil penelitiannya tak begitu banyak yang mendunia. Tak hanya itu, ia juga mengakui bahwa terkadang efek placebo (sugesti) memberikan pengaruh yang lebih besar atas penggunaan alat yang satu ini. Walaupun begitu, secara teori, kinesio tape memberikan pengaruh, meskipun pada praktiknya pengaruh sugesti juga tak dapat diremehkan.
Untuk mendapatkan efek yang 100%, dibutuhkan metode yang tepat untuk memasang kinesio tape, dan didasari oleh ilmu kinesiologi, yaitu ilmu tentang gerak tubuh dalam manusia. Sebagai contoh, untuk membantu daya lompat atlet, kinesio tape dipasang di sisi dalam ligament lutut, yang memberikan kestabilan pada lutut ketika melompat.
Selain itu, cara menggunting kinesio tape juga sangat berpengaruh, karena efek utama dari penggunaan kinesio tape (mengulur dan mengangkat jaringan otot) sangat dipengaruhi hal ini. Meskipun memang metode pengguntingan dan pemasangannya tak mudah, Indra menekankan bahwa semua pihak yang berkecimpung di dunia olahraga, mulai dari fisioterapis, tim medis, hingga atlet itu sendiri, wajib memahami hal ini apabila hendak menggunakan kinesio tape.
Maka dari itu, dibutuhkan studi yang lebih, terlebih untuk tim medis dan fisioterapis satu tim olahraga, khususnya sepak bola, untuk mempelajari penggunaan hal ini.
Kesimpulannya, kinesio tape bisa berguna dengan catatan, yaitu metode yang digunakan serta cara pemasangannya yang dilakukan harus tepat, karena secara teori, kinesio tape mampu meningkatkan kerja otot. Di satu sisi, efek sugesti yang diberikan juga berdampak positif pada sisi psikologis sang atlet sendiri, terlebih atlet yang baru saja pulih dari cedera.