Cerita Tribe Ultah

35 Tahun Franck Ribéry: Tentang Bekas Luka yang Menjadi Pemicu Kesuksesan Kariernya

Apa yang menurut Anda paling berkesan dari Franck Ribéry? Pemain sayap veteran Bayern München ini santer dikabarkan sedang menikmati hari-hari terakhirnya di Jerman. Menyambut ulang tahun pemain yang masih hebat di usia 35 tahun ini, mari kita lihat beberapa fakta menarik darinya.

Baru-baru ini, media Jerman, SportBild, mengabarkan bahwa Die Roten (julukan Bayern) memastikan untuk tidak mengajukan tawaran kepada Ribéry. Namun, segenap skuat klub Bavaria tersebut sudah berfokus memenangkan gelar juara liga untuk merayakan ulang tahun sang pengabdi setia.

Selain merayakan ulang tahunnya yang ke-35, Ribéry juga sedang menjalani tahun kesebelasnya bersama Bayern. Tentu saja sebelas tahun bukan waktu yang singkat. Ada banyak kenangan pahit maupun manis yang dijalaninya bersama klub ini. Namun, spekulasi semakin kuat bahwa pria dengan postur 170 sentimeter ini kemungkinan akan hengkang dengan tujuan selanjutnya ke Cina atau Qatar.

Selain dua negara tersebut, para penggemar sepak bola dunia sudah mulai berandai-andai Ribéry akan bereuni dengan Bastian Schweinsteiger dan beradu dengan Zlatan Ibrahimović di Amerika Serikat. Namun, bertahan dengan juara bertahan Bundesliga Jerman masih merupakan pilihan terbaik Ribéry. Para pendukung setia Bayern juga memujanya. Pada bulan Januari 2018 lalu, sang pemain sendiri menyatakan bahwa dia lebih memilih untuk menyelesaikan kariernya di Muenchen, seperti dikutip ESPN.

Ribéry sendiri telah melewati masa-masa hidup yang sulit untuk menjadi superstar seperti sekarang ini. Ketika dia baru berumur dua tahun, dia beruntung dapat bertahan hidup ketika sebuah truk bertabrakan dengan mobil yang ditumpangi oleh keluarganya. Namun, luka besar sampai sekarang terlihat di wajahnya. Akibatnya, ia sering diejek oleh anak-anak lain selama masa kecilnya di Boulogne-sur-Mer di wilayah Prancis utara.

Tetapi mantan pemain tim nasional Prancis sini mensyukuri masa lalunya sebagai sarana untuk mengembangkan mental yang kuat. Mental bersaing itulah yang membuatnya dilirik Jean Fernandez, pelatih yang menemukan bakatnya di Metz. Sang pelatih lalu membawanya ke Marseille pada bulan Juni 2005, meskipun ia sempat dibuang oleh Metz selama enam bulan ke Galatasaray.

Sejak saat itu, semuanya berjalan sangat cepat. Penampilan gemilangnya di Marseille membawanya menjadi andalan Prancis di Piala Dunia 2006, bermain di sisi sang maestro, Zinedine Zidane. Pada turnamen yang diadakan di Jerman itu, ia mencetak gol penyama kedudukan dalam kemenangan 3-1 Les Blues  atas Spanyol di babak 16 besar.

Meski Prancis gagal menjuarai Piala Dunia untuk kedua kalinya, penampilan itu pun membawa Ribéry ke kota München, tempatnya menjadi pemain yang dihormati sampai sekarang. Pencapaian pria yang memeluk agama Islam ini sensasional, dengan tujuh (menjelang delapan) gelar Bundesliga, lima trofi DFB-Pokal (Piala Jerman), serta tentu saja satu trofi Liga Champions.

Setelah segala gelimang trofi itu, ke mana selanjutnya pria yang juga mengadopsi nama Bilal Yusuf Mohammad ini akan berlabuh? Kita tunggu saja waktu menjawabnya.

Author: Mahir Pradana (@maheeeR)
Mahir Pradana adalah pencinta sepak bola yang sedang bermukim di Spanyol. Penulis buku ‘Home & Away’