Cerita Tribe Ultah

Phillipe Mexes, Bek Hebat dengan Nasib Buruk

Rio Ferdinand sering diibaratkan dengan mobil mewah Rolls Royce. Bagaimana permainan Ferdinand begitu berkelas dan elegan, sama seperti mobil mewah keluaran Inggris tersebut. Sementara Sergio Ramos yang bertenaga dan modern, sering diibaratkan dengan Bentley. Keduanya seakan menjadi patokan bagi pemain bertahan di era setelah tahun 2000, padahal ada satu nama lain yang tidak boleh disepelekan. Ia adalah Philippe Mexes.

Nasib Mexes boleh jadi apes. Ia lahir di hari yang sama dengan Sergio Ramos, 30 Maret. Maka di hari tersebut, orang tentu akan lebih banyak mengingat nama Ramos. Padahal, Mexes sebenarnya merupakan pemain bertahan yang juga kemampuannya juga spesial. Ibarat mobil mewah, Mexes adalah Maserati, mobil keluaran Italia. Sebenarnya, ia memiliki kualitas yang tidak kalah baik dari Royce dan Bentley, tetapi tidak banyak orang menyadarinya.

Kemampuan hebat Mexes bisa terlihat dari caranya mengadang pemain lawan, juga dengan gol-gol yang dicetaknya. Ketika mengadang lawan, Mexes lebih banyak menggunakan teknik ketimbang memaksakan beradu kekuatan dengan lawan. Hampir serupa seperti Rio Ferdinand, sentuhan pertama Mexes sangat bagus. Ini membantunya untuk mencetak gol ketika tim membutuhkan. Bedanya, sentuhan Mexes dilengkapi aspek eksentrik. Anda tentu mengingat gol spektakuler yang ia cetak ketika masih memperkuat AC Milan.

Nasib apes Mexes sebenarnya bahkan sudah terjadi sejak kariernya baru mekar. Roma tertarik mendaratkan Mexes karena ia pernah menjabat kapten tim muda Prancis, dan memenangkan banyak piala. Kepindahan ke Roma pada tahun 2004 tersebut bahkan terus bermasalah hingga dua musim kemudian. Alasannya adalah karena pihak Auxerre merasa tidak pernah menyepakati kepindahan Mexes ke Roma.

Akibatnya, Mexes tidak bisa langsung bermain untuk Roma, dan klub ibu kota tersebut mendapatkan larangan mendatangkan pemain baru selama setahun. Meskipun demikian, untungnya Mexes bisa langsung padu dengan cepat bersama Christian Chivu. Keduanya menjadi tembok pertahanan dan berkerja sama dengan sangat baik bagi Roma.

Penampilan Mexes di masa tersebut sebenarnya sangat baik tapi timnas Prancis belum juga meliriknya. Bahkan pada gelaran Piala Dunia 2006, pelatih Raymond Domenech lebih memilih memanggil Pascal Chimbonda yang bermain untuk Wigan ketimbang Mexes. Periode tersebut merupakan waktu tersulitnya ketika bermain di Roma. Karena semusim setelahnya, tidak saja dihantam Manchester United dengan skor 7-1 di Liga Champions, Mexes mesti merelakan Chivu hengkang ke Internazionale Milano.

Permainan Mexes masih menjadi andalan di musim-musim setelahnya, tetapi kedatangan Nicolas Burdisso membuat waktu bermain Mexes kemudian menipis. Ia kemudian hijrah ke Milan sebagai cara untuk memperbaiki nasib. Sayangnya di sana, nasibnya juga tidak begitu bagus. Thiago Silva hengkang, ia mesti bersaing dengan Christian Zapata. Tetap saja, Mexes menjadi pilihan kesekian di jantung pertahanan. Gol spektakuler yang ia cetak ke gawang Anderlecht di Liga Champions tahun 2012 boleh jadi merupakan kenangan terbaik yang diingat para penggemar Milan terkait Mexes.

Nasib apesnya berlanjut di ujung karier. Dalam upaya penyegaran, Mexes, Kevin-Prince Boateng, dan Mario Balotelli kemudian dilepas oleh Milan pada tahun 2016. Kesulitan mencari klub baru, Mexes kemudian pensiun setahun kemudian. Tepat pada November 2017 lalu, Mexes memutuskan untuk gantung sepatu.

Hari ini, 30 Maret, bukan saja ulang tahun dari Sergio Ramos. Tetapi juga ulang tahun Philippe Mexes, si eksentrik dari Toulouse, bek hebat yang nasibnya apes bukan main.

Joyeux anniversarie, Philippe Mexes!

Author: Aun Rahman (@aunrrahman)
Penikmat sepak bola dalam negeri yang (masih) percaya Indonesia mampu tampil di Piala Dunia