Akhir Maret 2018 adalah pekan spesial bagi Sergio Ramos. Ia mencatatkan penampilan internasionalnya yang ke-150 saat Spanyol bermain imbang 1-1 melawan Jerman di Dusseldorf. Selain itu, ia berulang tahun yang ke-31.
Kiprah internasional Ramos yang pertama bersama tim nasional senior Spanyol adalah sebagai pengganti dalam kemenangan dengan skor 3-0 atas tim nasional Cina pada 26 Maret 2005. Pada saat itu, ia masih bermain untuk Sevilla dan masih berusia 19 tahun. Ia pun menjadi pemain termuda yang menjalani debut bersama Spanyol dalam 50 tahun terakhir.
Sang putra Andalusia ini pun segera membuktikan dirinya sebagai pilihan utama di sektor bek kanan Spanyol di bawah pelatih Luis Aragones. Ia mencetak dua gol dalam kemenangan 6-0 atas San Marino pada bulan Oktober 2005. Perlahan-lahan, ia bergeser ke sektor bek tengah dan menjadi salah satu palang pintu terbaik di dunia.
Aragones pun memercayai Ramos untuk mengisi skuat yang berlaga di Piala Eropa 2008 di Austria. La Roja mengalahkan Jerman di final dan meraih trofi internasional pertama mereka dalam 44 tahun. Sejak saat itu, nama Ramos tak terpisahkan dari kesuksesan tim La Roja. Ia juga tampil di final Piala Dunia 2010 ketika Spanyol menaklukkan Belanda dengan skor 1-0 di Johannesburg, Afrika Selatan.
Pelatih Vicente Del Bosque mempertahankan Ramos di bek kanan selama gelaran Piala Dunia 2010 tersebut. Sang pemain menjalani 647 menit dari total 660 di Afrika Selatan. Kolaborasinya dengan Gerard Pique dan Carles Puyol hanya menderita kebobolan dua gol dalam tujuh pertandingan.
Hal menarik ditunjukkannya dalam perayaan gelar juara dunia di Johannesburg. Ia dan eks rekan setimnya, Jesus Navas, mempersembahkan sebuah penghormatan khusus bagi mantan rekan Sevilla mereka, Antonio Puerta. Jersey bernomor punggung 15 dipakainya untuk mengenang almarhum rekan seakademinya yang meninggal dunia pada tahun 2007.
Ramos lagi-lagi meraih sukses bersama La Roja di Piala Eropa 2012. Ia akhirnya bermain di posisi favoritnya di bek tengah selepas Puyol pensiun dan bertandem bersama Pique. Tentu kita masih ingat ketika Spanyol tampil jemawa di final dengan menumpas Italia 4-0.
Pada awal kualifikasi Piala Dunia 2014, Ramos kemudian menjadi pesepak bola termuda di Eropa yang meraih 100 caps untuk negaranya. Meski baru berusia 27 tahun, ia ditunjuk sebagai kapten untuk pertandingan kontra Finlandia. Ia mengabadikan momen penampilan ke-100 tersebut dengan mencetak ol kesembilannya untuk negaranya.
Berbagai kontroversi, penyesalan, dan kehebohan
Sepuluh, bahkan lima puluh tahun dari sekarang, Ramos akan dikenang dunia sebagai salah satu pesepak bola tersukses di dunia. Selain tiga gelar bergengsi bersama tim nasional Spanyol, ia juga memenangkan tiga trofi Liga Champions, empat gelar La Liga Spanyol, dan dua Copa del Rey.
Namun, bukan berarti ia lepas dari berbagai penyesalan. Yang paling diingatnya tentu saja kekalahan di laga semifinal Liga Champions 2011/2012 melawan Bayern München. Namun, dua tahun kemudian ia mengobati kekecewaan itu dengan mengalahkan Atletico Madrid di final tahun 2014. Pada tahun 2016 melawan kubu yang sama, Ramos juga memberanikan diri mengeksekusi tendangan penalti yang kembali membawa Real Madrid ke tangga juara.
Ramos juga menyisakan cerita lucu setelah menjuarai Copa del Rey 2010/2011. Pada perayaan di kota Madrid, ia menjatuhkan trofi yang diserahkan Raja Spanyol tersebut dari atas bus pemain. Selain itu, baru-baru ini pada bulan Maret 2018 ia menghilang selama lebih dari lima menit ketika pertandingan lanjutan kompetisi La Liga sedang berlangsung. Ternyata ia meninggalkan lapangan untuk memenuhi hasrat buang air besar.
Selain itu, tentu saja yang akan diingat terus adalah rekor sebagai pemain ‘terkotor’ atas namanya. Ramos resmi memecahkan rekor sebagai pemain paling sering terkena kartu merah wasit di La Liga dengan torehan 18 kartu merah. Selain itu, ia juga memegang rekor kartu kuning di Liga Champions Eropa dengan 33 kartu.
Dengan semua cerita tersebut, apa jadinya sepak bola dunia tanpa kehadiran pemain kelahiran 30 Maret 1987 ini? Feliz cumpleanos, Sergio!
Author: Mahir Pradana (@maheeeR)
Mahir Pradana adalah pencinta sepak bola yang sedang bermukim di Spanyol. Penulis buku ‘Home & Away’.