Cerita

Menelisik Profil Lechia Gdansk, Klub Baru Egy Maulana Vikri

Teka-teki itu akhirnya terjawab. Egy Maulana Vikri, pesepak bola muda harapan Indonesia, memutuskan untuk bergabung Lechia Gdanks, klub Ekstraklasa atau kasta tertinggi Liga Polandia. Lechia menjadi salah satu klub yang serius meminang Egy. Lechia menawarkan sesuatu yang tidak bisa diberikan klub lain: menit bermain. Usai menandatangani kontrak, Egy sendiri akan kembali ke Indonesia untuk menyelesaikan pendidikannya di SKO Ragunan, lalu bergabung ke Gdanks per Juni 2018.

Langkah yang cukup cerdik bagi Egy ketika memilih untuk memperkuat Lechia ketimbang klub-klub lain yang belum tentu memberikan tempat di posisi utama. Bersusah payah dahulu di klub yang biasa saja, tampil apik di sana, hingga memunculkan minat dari klub besar.

Meskipun begitu, pemilihan klub Egy cukup mengagetkan. Karena di Liga Polandia, nama Lechia Gdansk kurang tenar dibandingkan Legia Warsawa ataupun Lech Poznan. Secara peringkat di papan klasemen, Lechia saat ini duduk di posisi ke-12. Harapan untuk meraih gelar juara pun telah tertutup. Sejelek itukah Lechia Gdansk? Tentu tidak, Tribes.

Lechia Gdanks merupakan salah satu klub tua di Polandia. Lechia berdiri di tahun 1945 dengan nama awal BOP Baltia Gdansk sebeluh akhirnya setahun kemudian berganti nama menjadi Lechia Gdansk. Dan tiga tahun setelah terbentuk, Lechia merasakan indahnya promosi ke ke Ekstraklasa, kasta tertinggi di Liga Polandia.

Jumlah gelar Lechia Gdansk tak sebanyak jumlah ia berganti nama. Mereka dua kali mendapatkan gelar juara, yang keduanya diraih di tahun yang sama, 1983, saat menjadi juara Piala Polandia dan Piala Super Polandia. Sementara itu, Lechia Gdansk telah 9 kali berganti nama sejak pertama kali mereka berdiri.

Seperti yang sempat disinggung di atas, Lechia Gdansk bukanlah klub semapan Lech Poznan atau Legia Warsawa. Kisah Lechia Gdansk lebih sering diwarnai dengan kesedihan dan kegembiraan antara degradasi dan promosi. Prestasi terbaik mereka di kasta tertinggi atau Ekstraklasa terjadi di musim 1956 yakni mereka berhasil finis di posisi ketiga.

Setelah itu, banyak kisah duka mengiringi. Bahkan di musim 1966/1967, mereka terdegradasi ke kasta ketiga. Mereka baru bisa kembali ke kasta kedua di musim 1972/1973 sebelum akhirnya kembali degradasi di musim 1981/1982.

Saat menjadi juara Piala Polandia di tahun 1983, mereka masih bermain di kasta kedua, bukan di kasta teratas. Pun ketika mereka menjadi juara Piala Super Polandia, mereka juga masih bermain di kasta kedua. Barulah di tahun 1984, mereka kembali ke kasta tertinggi setelah absen selama 21 tahun.

Ada yang unik dari perjalanan kisah Lechia Gdansk. Mereka sering berganti nama yang disebabkan oleh merger dengan klub lainnya. Di akhir musim 1994/1995, mereka seharusnya turun kasta ke kasta kedua, namun mereka bisa bertahan di kasta teratas karena merger dengan Olimpia Poznań yang merupakan klub kasta teratas dan nama mereka berganti menjadi Lechia/Olimpia Gdansk. Tak bertahan lama di kasta teratas, mereka terdegradasi ke kasta kedua di musim selanjutnya dan ke kasta ketiga, dua musim setelah berganti nama.

Setelah degradasi ke kasta kedua, Olimpia keluar dari klub namun nama Lechia Gdansk masih sama, Lechia/Olimpia Gdansk. Di akhir musim 1997/1998, mereka merger dengan Polonia Gdansk dan bermain di kasta kedua dan nama mereka berubah menjadi Lechia/Polonia Gdansk. Kisah cinta Lechia Gdansk dan Polonia Gdansk karam setelah mereka terdegradasi ke kasta ketiga. Hingga akhirnya di tahun 2009, nama Lechia Gdansk disahkan sampai saat ini.

Salah satu yang bisa mereka banggakan adalah stadion mereka, Stadion Energa Gdansk, yang sebelumnya bernama PGE Arena Gdansk. Kontrak PGE yang notabene adalah salah satu perusahaan besar di Polandia, habis di tahun 2015 dan tidak diperpanjang, maka nama stadion pun berubah. Hingga akhirnya Energa masuk menjadi sponsor dan nama stadion pun berubah.

Stadion Energa Gdansk merupakan salah satu stadion terbesar di kasta tertinggi Liga Polandia dan terbesar ketiga di Polandia di bawah National Stadium dan Silesian Stadium. Dengan kapasitas 43.615, stadion ini unggul dari INEA Stadium, kandang dari Lech Poznan ataupun Polish Army Stadium, kandang Legia Warsawa.

Stadion Energa Gdansk juga menjadi salah satu stadion yang dipakai untuk Piala Eropa 2012. Empat laga digelar di stadion ini, yakni tiga laga di grup C (ketiganya adalah pertandingan Spanyol) dan satu laga di babak perempat-final yang mempertemukan Jerman melawan Yunani. Stadion ini pula sempat dijadikan kandang timnas Polandia saat beruji coba.

Tak hanya untuk sepak bola, stadion ini juga menjadi venue acara-acara musik. Tercatat Bon Jovi, Jennifer Lopez, hingga yang terbaru, Guns N’ Roses, pernah manggung di stadion ini.

Lechia Gdansk mungkin bukan salah satu klub besar di Polandia. Mereka hanya klub semenjana yang seperti yoyo yang lebih sering naik-turun kasta. Kedatangan Egy tak akan bisa mengubah nasib Lechia seketika. Ada proses dan yang lebih penting adalah semoga Lechia bisa menjadi pijakan pertama bagi  Egy agar menapak dengan mantap di rimba Benua Biru yang berkali-kali lipat lebih kompetitif daripada di Indonesia.

Semangat, Egy!

Author: Alief Maulana (@aliefmaulana_)
Ultras Gresik yang sedang belajar menulis di serigalagiras.wordpress.com