Tribe Ultah

Mido, Pharaoh Terbaik Mesir Sebelum Mohamed Salah

Keberhasilan Mesir melaju ke babak utama Piala Dunia 2018 membuat mereka menjadi pusat perhatian. Generasi sepak bola Mesir terkini yang dipimpin oleh bintang Liverpool, Mohammed Salah, membuat negara Afrika Utara tersebut kembali disorot setelah sekian lama. Padahal jauh sebelumnya ada sosok pemain lain yang membuat sepak bola Mesir menjadi begitu dikenal.

Salah memang merupakan sosok yang luar biasa. Sebagai pemain, ia diberkahi bakat dan kemampuan dengan kualitas kelas satu. Kepribadiannya yang rendah hati dan bersahaja membuat Salah juga disukai di luar lapangan.

Meskipun demikian, apabila berbicara pemain terbaik Mesir dari segi pesona, Salah jelas kalah dengan pemain yang satu ini. Salah baru bisa membuat Mesir “kembali terlihat” dalam beberapa tahun terkahir ini. Sementara pemain inim adalah yang membuat Mesir tetap diperhatikan eksistensinya, bahkan boleh jadi karena pemain inilah, dunia juga menilai tinggi seorang Mohammed Salah.

Adalah Ahmed Hossam atau yang biasa dikenal sebagai Mido. Para penikmat sepak bola di tahun awal hingga pertengahan 2000-an tentu tidak asing dengan nama pemain ini. Mido terkenal ketika membela Ajax Amsterdam dari kurun waktu 2001 hingga 2003. Ia juga meraih puncak kesuksesan ketika membela Tottenham Hotspur di Liga Primer Inggris. Di saat yang bersamaan ia berhasil mengantarkan negaranya, Mesir, menjadi jawara di Piala Afrika 2006.

Secara statistik, Mido sebenarnya juga bukan pemegang rekor di timnas Mesir. Jumlah pertandingannya yang hanya mencapai 50 laga untuk timnas Mesir jelas kalah dengan catatan para pemain legenda Mesir lain seperti Ahmed Hassan atau Wael Gomaa. Raihnya golnya pun tergolong biasa saja. Catatan 21 gol Mido pun bahkan sebenarnya sudah dilewati oleh Salah yang sejauh ini sudah menyarangkan 32 gol untuk timnas Mesir.

Soal karakter yang kemudian membedakan Mido dengan pemain-pemain asal Mesir lainnya. Yang membedakan dirinya dengan para pemain lain termasuk Salah adalah pesona kebintangan. Ini merupakan sebuah sifat yang agak sulit didefinisikan. Agak abstrak dan sulit memang apabila dideskripsikan secara rinci.

Salah satu yang bisa dijelaskan adalah sifat pongah yang dimiliki oleh Mido. Sifat yang dalam bahasa Jawa disebut agul atau legeg dalam bahasa Sunda ini merupakan karakteristik yang jarang ada dalam diri seorang pemain.

Sifat inilah yang kemudian membuat Ajax sampai berani mendaratkan Mido yang kala itu masih berusia belasan tahun. Sifat ini pula yang membuatnya menjadi begitu spesial. Ia tidak gentar ketika mesti berhadapan dengan para pemain lain, terutama pemain asli Eropa yang tentu lebih superior secara fisik. Sifat ini juga yang membuatnya bisa merangsek ke level sepak bola yang tinggi bahkan di usia yang masih sangat belia. Tentu sangat sulit apalagi bagi seseorang yang berasal dari negara Afrika seperti Mido.

Pesona Mido sepanjang kariernya yang singkat itu membuatnya sulit dilupakan. Ketika nama Mo Salah banyak dibicarakan, nama Mido pun akan tersangkut di dalamnya. Salah mungkin tidak akan mendapatkan sorotan sebesar ini seandainya tidak ada Mido yang membuat Mesir menjadi begitu tersohor. Mesti diingat, mengapa banyak orang percaya bahwa Salah akan sukses adalah karena ia memiliki kaki kiri yang dashyat, sama seperti Mido.

Kepongahan Mido membuat banyak orang teringat sosok historis yang juga memiliki keponggahan yang luar biasa yaitu, Pharaoh atau Fir’aun. Bahkan sebenarnya pemain yang secara resmi benar-benar dijuluku The Pharaoh, bukan Mo Salah, bukan pemain Mesir lain, melainkan hanya Mido saja, karena sifat Salah tidak seperti sang Pharaoh.

Kabar terbaru, Mido yang sudah pensiun dan beralih profesi sebagai pelatih ini sebentar lagi akan ditunjuk sebagai pelatih tim usia muda Paris Saint-Germain. Sebelumnya, Mido memang sudah banyak menangani tim domestik Mesir. Sepertinya tidak lama lagi kita akan melihat Mido memberikan instruksi di pinggir lapangan untuk kesebelasan-kesebelasan besar Eropa.

Eid milad saeid, Mido!

Author: Aun Rahman (@aunrrahman)
Penikmat sepak bola dalam negeri yang (masih) percaya Indonesia mampu tampil di Piala Dunia