Dunia Asia

Alasan Politis Dibalik Kegagalan Selangor FA Gunakan Stadion Shah Alam sebagai Kandang

Pada ajang Liga 1 2018, beberapa klub seperti PSIS Semarang, PSM Makassar dan PSMS Medan, konon akan melakoni musim dengan status musafir. Pasalnya, stadion yang biasa dipergunakan ketiga tim di atas memiliki problemnya sendiri-sendiri.

Stadion Jatidiri kebanggaan warga Semarang saat ini tengah direnovasi besar-besaran. Sementara Stadion Mattoanging di Makassar dan Stadion Teladan yang terletak di Medan memiliki beberapa masalah yang membuat keduanya gagal lolos verifikasi PT. Liga Indonesia Baru (LIB) sebagai operator kompetisi.

Kendati demikian, permasalahan seperti itu tidak hanya terjadi di Indonesia. Pasalnya, kesebelasan asal Malaysia yang diperkuat oleh sepasang penggawa tim nasional Indonesia, Evan Dimas dan Ilham Udin Armaiyn, Selangor FA, juga harus ‘terusir’ dari kandangnya sendiri, Stadion Shah Alam.

Hal itu terjadi lantaran Stadion Shah Alam bakal dipergunakan juga oleh PKNS FC dan FELCRA FC. Menurut peraturan yang ditetapkan oleh asosiasi sepak bola Malaysia (FAM), sebuah stadion di sana cuma diperbolehkan untuk dipergunakan oleh dua tim yang berbeda.

Meski sadar bahwa peluang mereka buat menggunakan Stadion Shah Alam begitu kecil, manajemen Selangor belum menyerah untuk melakukan lobi kepada pengelola Stadion Shah Alam (Pemerintah Negara Bagian Selangor) agar dapat mementaskan laga kandang di sana.

Mungkin akan terasa baik-baik saja jika Selangor gagal memperoleh izin penggunaan Stadion Shah Alam karena venue berkapasitas 80 ribu kursi tersebut difokuskan untuk PKNS dan FELCRA yang sudah lebih dahulu memperoleh izin pemakaian.

Akan tetapi, bak petir di siang bolong buat Selangor yang belum menyerah untuk melakukan lobi, Pemerintah Negara Bagian Selangor justru mengizinkan PDRM FA untuk menjadi klub ketiga yang menggunakan stadion yang diresmikan pada tahun 1994 itu sebagai arena laga kandang di musim ini!

Sejak Liga Super Malaysia musim ini digulirkan, Selangor menggunakan Stadion KLFA di Kuala Lumpur sebagai arena laga kandang. Bagi mereka, ini adalah musim kedua secara beruntun gagal mementaskan partai home-nya di Stadion Shah Alam. Pada musim 2017 kemarin, mereka juga harus ‘mengungsi’ ke Stadion Selayang.

Lebih lanjut, menurut penuturan Keesh Sundaresan, Chief Editor Football Tribe Malaysia, kegagalan Selangor menggunakan Stadion Shah Alam dalam kurun dua musim pamungkas begitu lekat oleh unsur politis.

Pada tahun 2017 lalu, Selangor gagal menggunakan Stadion Shah Alam karena adanya konflik politik di antara Pemerintah Negara Bagian Selangor (yang dikuasai oleh koalisi oposisi, Barisan Nasional) dengan Menteri Besar Selangor (semacam Gubernur di Indonesia) yang juga presiden klub, Mohamed Azmin Ali.

Guna meredakan perseteruan itu, Mohamed Azmin Ali (berasal dari koalisi Pakatan Harapan) bahkan memilih untuk meletakkan jabatannya sebagai presiden klub dan digantikan oleh Subahan Kamal.

Sementara di tahun 2018 yang bertepatan dengan tahun politik (negara-negara bagian di Malaysia akan mengadakan pemilihan umum), Pemerintah Negara Bagian Selangor bahkan sudah mengirimkan ‘ultimatum’ kepada suporter fanatik Selangor.

Jika mereka ingin melihat klub kesayangannya memainkan laga kandangnya Stadion Shah Alam lagi, ada satu syarat yang wajib mereka penuhi yaitu memilih koalisi Barisan Nasional pada saat pemilu digelar nanti.

Pelik juga ya, Tribes.

Author: Budi Windekind (@Windekind_Budi)
Interista gaek yang tak hanya menggemari sepak bola tapi juga american football, balap, basket hingga gulat profesional