Suara Pembaca

Format Baru Piala AFF 2018 dan Segelintir Kekhawatiran bagi Timnas Indonesia

Tahun 2018 menjadi tahun sepak bola bagi penggemarnya di seluruh dunia. Piala Dunia 2018 di Rusia sudah mendapatkan 32 tim nasional terbaik untuk bertanding memperebutkan trofi paling bergengsi di sepak bola pada musim panas nanti. Khusus untuk masyarakat sepak bola di Asia Tenggara, mereka juga akan merayakan perhelatan akbar sepak bola Asia Tenggara.

Ya, AFF Suzuki Cup 2018 akan kembali dihelat di pengujung tahun 2018 nanti. Dikutip dari laman resmi AFF, Suzuki sudah mengkonfirmasi bahwa mereka akan kembali menjadi sponsor utama. Terhitung sejak 2008, Suzuki konsisten menjadi sponsor utama gelaran dua tahunan ini.

Gelaran tahun ini menyajikan beberapa hal yang berbeda. Format kejuaraan yang selama tiga penyelenggaraan awal (1996-2000) menunjuk 1 tuan rumah dan delapan kali penyelenggaraan berikutnya (2002-2016) menunjuk 2 tuan rumah, pada tahun ini akan membuat sebuah terobosan baru. Akan ada sepuluh negara Asia Tenggara yang berpartisipasi dalam kejuaraan ini. Sepuluh tim tersebut akan terbagi dalam 2 grup yang masing-masing berisi 5 tim.

Pertandingan akan digelar dengan sistem round-robin (setengah kompetisi/dua tim bertanding sekali saja). Satu tim akan bermain 2 kali di kandang dan 2 kali tandang. Untuk membuat partisipan lengkap menjadi 10 negara, khusus 2 tim dengan peringkat FIFA terendah setelah penyelenggaraan Piala AFF 2016, akan menjalani babak play-off. Ini berarti Brunei Darussalam dan Timor Leste akan menjalani pertandingan play-off dan bertanding dengan format kandang-tandang pada 3-11 November 2018.

Penghitungan poin akan sama dengan sistem round-robin biasa. Tidak ada sistem keunggulan gol tandang atau istilah kemenangan tandang lebih berharga. Jadi, format baru ini dibuat untuk meningkatkan animo penonton yang dirasa kurang saat sebuah pertandingan tidak melibatkan tuan rumah pada gelaran Piala AFF sebelumnya.

Tidak percaya? Coba lihat kembali video di YouTube pertandingan babak grup antara Thailand melawan Indonesia pada gelaran Piala AFF 2016 lalu. Jika merasa satu pertandingan tandang saja ke lawan yang cukup berat (anggap saja bertandang ke Thailand) itu adalah hal yang tidak adil, maka Anda cukup menganggap bahwa Thailand adalah tuan rumah gelaran AFF 2018 nanti.

Sampai di sini format baru ini masih dirasa adil. Format ini juga mencoba mengakomodasi beberapa negara Asia Tenggara yang belum pernah menjadi tuan rumah Piala AFF. Tercatat Laos, Kamboja, Brunei Darussalam, dan Timor Leste belum pernah menjadi tuan rumah Piala AFF.

Baca juga: Poin-Poin Perubahan Format Piala AFF 2018

Sedikit hal yang dikhawatirkan dari format baru ini adalah soal kebugaran pemain. Seperti dikutip dari laman resmi AFF, gelaran kali ini hanya akan diselenggarakan dalam waktu satu bulan lebih satu minggu saja. Yakni, 8 November-15 Desember 2018. Ya, 5 pekan saja!

Dalam 5 pekan tiap tim nasional melakukan 2 kali pertandingan kandang dan 2 kali pertandingan tandang di babak grup. Jika lolos sampai final, maka akan menjalani 2 kali pertandingan kandang dan 2 kali pertandingan tandang. Total 8 pertandingan dengan spesifikasi 4 pertandingan kandang dan 4 pertandingan tandang, bila sebuah negara lolos ke pertandingan final, dan semua harus dilahap dalam 5 pekan.

Penentuan tanggal dan jadwal bertanding memang belum dirilis oleh AFF. Namun dengan jumlah pertandingan yang cukup banyak serta harus melakukan pertandingan kandang dan tandang, pastinya bakal lebih menguras energi pemain. Beruntung bagi Indonesia, mungkin, karena memiliki wilayah yang luas, format yang mengharuskan untuk tandang ke beberapa kota di Asean tentu tak terlalu merepotkan.

Dengan luas wilayah tersebut, membuat perjalanan tiap tim liga Indonesia dari satu kota ke kota lain menjadi sangat panjang. Dari Palembang ke Jayapura atau sebaliknya, dari Medan ke Serui misalnya, dan masih banyak contoh lain. Tentunya, hal itu dapat dimanfaatkan oleh para pemain tim nasional Indonesia nantinya ketika harus berlaga di Piala AFF 2018.

Selain jarak tempuh yang cukup jauh, tentunya aklimatisasi cuaca juga harus dilakukan ketika tim nasional Indonesia berlaga nanti. Kasus khusus jika Indonesia bertandang ke Hanoi, ibu kota Vietnam. Kota Hanoi yang tidak terlalu jauh dari perbatasan Vietnam dengan Cina, membuat iklim di sana cenderung subtropis dan pada pengujung tahun nanti, biasanya suhu rata-rata di Hanoi ada di kisaran 15-20°C. Cukup dingin untuk ukuran pemain Indonesia yang terbiasa dengan suhu tropis di kisaran 26-32°C.

Tentunya kekhawatiran tersebut bukanlah hal yang terlalu besar bila tim nasional dipersiapkan dengan baik. Pertandingan uji coba kandang dan tandang dan dengan lawan yang seimbang akan membuat mental pemain terasah. Jarak jauh yang harus ditempuh juga tidak menjadi alasan karena pemain Indonesia terbiasa dengan perjalanan jarak jauh di liga Indonesia. Semoga tahun 2018 ini Indonesia bisa menjadi juara Piala AFF. Selamat menikmati tahun sepak bola!

Author: Andreas Hendri Kusuma (@kusumandreas)
Mahasiswa semester akhir di sebuah universitas di Malang