Nasional Bola

Kisah Martunis: Simpati Cristiano Ronaldo Selepas Tsunami dan Mimpi Eropa yang Terhenti

Tiga belas tahun lalu, dunia dihantam salah satu bencana alam terdahsyat sepanjang sejarah. Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam di Indonesia termasuk wilayah yang menderita kerusakan paling parah, juga korban jiwa yang cukup banyak. Namun, di tengah tragedi tersebut, setitik kisah tentang harapan muncul dalam diri Martunis.

Anak kecil yang pada saat itu masih berusia tujuh tahun mendadak jadi sorotan media internasional. Ia ditemukan terseret air bah mengenakan kostum tim nasional Portugal bajakan yang dibelinya di Banda Aceh. Kisah perjuangan Martunis bertahan hidup akhirnya terdengar oleh segenap anggota tim nasional Portugal.

Menyusul pemberitaan yang viral di seluruh dunia, Martunis pun diundang ke Portugal dan bertemu para bintang seperti Luis Figo dan pelatih Luis Felipe Scolari. Namun, yang paling fenomenal adalah keterlibatan megabintang, Cristiano Ronaldo.

Ronaldo yang pada saat itu masih bermain untuk Manchester United menyempatkan untuk mengunjungi Aceh. Ia bahkan memberi sang anak beasiswa untuk melanjutkan sekolah. Selama lebih dari sepuluh tahun, nama Martunis pun selalu menjadi pusat perhatian karena kedekatan sosok dirinya dengan pemain yang akhirnya menjelma menjadi ikon sepak bola dunia tersebut. Ronaldo juga sempat membantu pengobatan ayah Martunis yang menderita katarak.

Seiring berjalannya waktu, Martunis pun beranjak dewasa. Ia sempat diundang ke Spanyol untuk menyaksikan langsung pertandingan Real Madrid di Santiago Bernabeu pada tahun 2015. Ia menonton pahlawannya mengalahkan Getafe dengan skor 4-1. Selain itu, Martunis juga berolak ke Lisbon, Portugal, tepatnya di Stadion Jose Alvalade, untuk menyaksikan laga uji coba Portugal kontra Prancis.

Kisah ini sempat berlanjut manis ketika Ronaldo memberi rekomendasi Martunis untuk bergabung dengan akademi Sporting Lisbon. Seperti diberitakan CNN Indonesia, anak muda ini berhak mendapatkan pelajaran sepak bola di klub Portugal yang membesarkan nama Ronaldo itu. Selain tempat tinggal, Martunis juga mendapatkan uang saku per bulan sebesar 6 juta rupiah.

Sayang, perjalanan karier Martunis di Sporting terhenti bahkan sebelum dimulai. Ia gagal beradaptasi dengan kehidupan di Portugal, akibat kendala bahasa, makanan, dan cuaca. Padahal, sebelum berangkat ke Portugal, Martunis sudah menjalani kursus bahasa Portugis selama empat bulan, dan satu bulan kursus bahasa Inggris.

Karena tidak kerasan di Portugal, anak muda berusia 20 tahun ini memutuskan untuk pulang ke Indonesia. Menurut pemberitaan di CNN Indonesia, ia berniat untuk kembali ke Portugal, tapi mengurungkan niat karena tiba-tiba mendapat rencana lain. Ia ingin mengikuti tes untuk bergabung dengan kepolisian. Kabar lain menyebutkan bahwa dirinya mendapat tawaran dari Bhayangkara FC, klub juara Liga 1 2017. Namun, sampai sekarang semua rencana itu belum jelas lagi kelanjutannya.

Entah bagaimana kelanjutan karier Martunis di akademi Sporting, karena yang bersangkutan terlihat tak lagi termotivasi untuk menimba ilmu di Eropa. Ketika dikonfirmasi, ia mengaku sempat menderita cedera lutut yang cukup parah ketika bertanding di sebuah laga amal bersama beberapa pemain nasional Indonesia.

Beberapa bulann belakangan, anak muda ini malah sering terlihat berlaga di beberapa pertandingan tarkam (antarkampung) di Aceh. Martunis juga menyimpan asa untuk bisa memperkuat salah satu klub Indonesia, baik di Liga 1, Liga 2 maupun Liga 3.

Cerita Martunis memang sebuah kisah perjuangan hidup yang hebat dari tragedi tsunami 2004. Selebihnya, mari kita berharap ia bisa menemukan jalan kariernya di kancah sepak bola nasional.

Author: Mahir Pradana (@maheeeR)
Mahir Pradana adalah pencinta sepak bola yang sedang bermukim di Spanyol. Penulis buku ‘Home & Away’.