Jelang bergulirnya musim kompetisi baru, Persija Jakarta berbenah. Selain mendaratkan beberapa pemain baru, tim Macan Kemayoran juga melepas sejumlah pemain. Total sejauh ini sudah ada sepuluh pemain yang dilepas, termasuk Ryuji Utomo yang bergabung ke kesebelasan kompetisi level kedua Liga Thailand, PTT Rayong. Sementara dua pemain lain, Evram Awes dan Jefri Kurniawan, statusnya adalah dipinjamkan ke klub lain.
Dari sepuluh nama yang dilepas, satu nama yang paling menarik adalah Amarzukih, gelandang bertahan senior yang sudah memperkuat Persija selama kurang lebih tujuh tahun. Pemain yang bernama lengkap Ahmad Marzukih ini mendarat di Persija setelah memperkuat tim asal Jakarta lain, Persitara Jakarta Utara, dari tahun 2004 hingga 2010.
Amarzukih merupakan cult hero untuk Persija Jakarta. Secara teknik mungkin ia tidak terlalu menonjol, tetapi di atas lapangan ia selalu tampil maksimal untuk tim yang memiliki jersey kebesaran berwarna oranye tersebut. Plus ada satu nilai tambah lain, Amarzukih adalah anak Betawi asli. Ia merupakan putra daerah yang secara kuantitas saja begitu minim di tubuh Persija.
Maka, setiap perkembangan dari pemain yang kini berusia 33 tahun tersebut begitu diamati secara seksama oleh The Jakmania, sebutan bagi para penggemar Persija. Mereka tentu ingat betul perkembangan Amarzukih dari sekadar gelandang dengan tipe breaker, makin lama sudah bisa terlibat banyak dalam permainan. Keputusannya untuk tetap bertahan selama tujuh tahun ke belakang, terutama di saat tim sedang berada di kondisi yang sulit, sangat layak diapresiasi. Loyalitas tersebut tentu membuat ia menjadi sosok yang dicintai oleh para suporter.
Dilepasnya Amarzukih merupakan sesuatu yang tidak bisa dihentikan lagi. Ia tentu menatap nanar ketika pemain senior lain, Maman Abdurrahman, mendapatkan kontrak baru. Masalahnya adalah, Persija mesti melakukan perombakan tim untuk bisa terus bersaing di papan atas. Apalagi, misi dari Direktur Umum Persija, Gede Widiade, Macan Kemayoran bisa menembus peringkat tiga besar di musim kedua, dan bisa menjadi juara di musim kelima setelah ia mengakuisisi klub pada awal tahun 2017 lalu.
Amarzukih dilepas, tetapi Persija kemudian melakukan langkah yang bagus dengan mengikat Sandi Sute, dan mendatangkan Septinus Alua yang berusia lebih muda dan lebih segar. Apakah yang dilakukan Persija kepada Amarzukih adalah sesuatu yang tidak baik? Belum tentu. Atas nama perubahan, proses tersebut mesti memakan korban. Mau tidak mau, terkadang ada yang mesti dilepas untuk menggapai sesuatu yang lain.
Amarzukih selalu berujar bahwa Persija Jakarta adalah klub kebanggaanya, di mana biasanya ia kemudian menambahkan bahwa ia akan terus bertahan selama tenaganya masih dibutuhkan. Kesetiaan seperti yang dilakukan oleh Amarzukih merupakan sesuatu yang langka, apalagi mengingat sistem kontrak di sepak bola Indonesia yang mayoritas hanya berdurasi satu musim saja. Doa untuk kesuksesan Amarzukih di tempat baru di mana ia akan berlabuh nanti tentu akan dipanjatkan oleh The Jakmania. Ini bisa jadi akhir cerita antara Amarzukih dan Persija, tetapi tentunya ia akan kembali seperti kata-kata yang ia selalu ucapkan, ia akan kembali apabila memang benar-benar dibutuhkan.
Author: Aun Rahman (@aunrrahman)
Penikmat sepak bola dalam negeri yang (masih) percaya Indonesia mampu tampil di Piala Dunia