Membicarakan kesebelasan Udinese Calcio tidak lengkap rasanya jika tidak menyinggung sebuah model kebijakan yang telah mereka terapkan sejak dua dekade lebih, tepatnya tahun 1995, yaitu Udinese Model.
Dalam menerapkan kebijakan ini, pencarian pemain berbakat atau talent scouting menjadi hal yang krusial. Dari Udinese Model, nama-nama seperti Oliver Bierhoff, Marcio Amoroso, Alexis Sanchez, Gokhan Inler, Samir Handanovic, dan banyak lagi lainnya, hadir memperkuat kesebelasan yang bermarkas di kota berpenduduk sekitar 100 ribu jiwa ini. Yang terbaru, perhatikanlah kiprah duo gelandang muda asal Republik Ceko, Jakub Jankto dan Antonin Barak musim ini.
Dari pencarian pemain yang dikhususkan pada wilayah benua Amerika Selatan, Afrika, Eropa Timur, Eropa Tengah, kawasan Balkan, dan Eropa Utara inilah Udinese mengumpulkan pemain-pemain. Pemain-pemain yang dikumpulkan ini malah bisa memasok lebih dari satu klub karena Udinese yang dimiliki Giampaolo Pozzo memiliki afiliasi dengan klub Watford dari Inggris dan Granada dari Spanyol.
Granada dipilih sebagai mitra karena pertimbangan bahasa dan kultur yang mirip dengan Amerika Selatan yang digunakan untuk menampung para pemain dari wilayah tersebut, sementara Watford dipilih atas pertimbangan akademi pemain yang berkualitas.
Pencarian bakat ini tidak semata untuk memasok pemain-pemain berbakat saja, tetapi juga amat membantu kondisi finansial ketika mereka dijual dengan harga tinggi. Dari penjualan pemain menurut data dari Transfermarkt sejak tahun 1996, uang senilai lebih dari 400 juta euro berhasil dikumpulkan, atau kasarnya mereka menerima kurang lebih 20 juta euro semusim dari penjualan pemain, padahal total pendapatan mereka per tahun kurang dari 50 juta euro.
Sejak dua musim terakhir, ketahanan Udinese Model memang dipertanyakan. Maklum, mereka sudah cukup lama tidak lolos ke kejuaraan antarklub Eropa. Sejak musim 2013/2014, posisi mereka selalu di luar dari 10 besar. Kini, sekadar bertahan di Serie A sepertinya sudah menjadi target minimum dari salah satu kesebelasan tertua Italia ini, sehingga model ini dirasa perlu dimodifikasi untuk dapat bersaing dengan klub-klub Italia yang kini mulai menyadari pentingnya pengaturan keuangan.
Musim ini juga menjadi tahun kedua mereka tanpa sang bintang, Antonio Di Natale. Sosok penampil sekaligus pencetak gol terbanyak ini telah pensiun sejak tahun 2016. Banyak pihak yang meragukan eksistensi klub ini di Serie A, yang bagaimanapun tetap mengandalkan ketajaman Di Natale. Namun nyatanya, musim kedua Udinese tanpa Di Natale rasanya akan dijalani Udinese dengan selamat, jika target mereka setidaknya bertahan di Serie A Italia.
Akhir pekan lalu, mereka berhasil mengalahkan tuan rumah Crotone dengan skor 0-3, yang membuat poin mereka menjauh dari zona degradasi dengan Jankto dan Barak menginspirasi performa gemilang ini.
Seluruh pemain yang diturunkan pelatih Massimo Oddo memang tampil apik, namun keberadaan trio lini tengah Jankto, Barak dan Seko Fofana, menjadi pembeda. Jika Fofana berperan sebagai pemain jangkar, maka kecepatan, skill dan visi Jankto dan Barak, berperan dalam taktik serangan balik cepat yang diterapkan Oddo. Dua dari tiga gol ini tercipta lewat skema serangan balik yang begitu cepat dan efisien.
Duo aset besar Jankto-Barak
Nama Jakub Jankto mungkin cukup familiar bagi Anda. Selain sempat diincar AC Milan dan Juventus, kini pemain yang bulan depan baru berusia 22 tahun ini dikabarkan menjadi incaran serius Arsenal, klub yang memang tengah dilanda kebimbangan terkait status gelandang mereka, Mesut Özil.
Jankto yang memiliki tendangan kaki kiri yang keras ini memang memenuhi syarat untuk kelak menjadi gelandang tengah yang komplet. Selain dikaruniai visi yang baik, ia juga memiliki juga kecepatan dan kemampuan dalam mengolah bola. Boleh jadi The Gunners berharap Jankto dapat menjadi penerus Tomas Rosicky, mantan penggawa lini tengah mereka yang juga berasal dari Republik Ceko.
Musim ini, statistik Jankto menunjukkan performanya yang memang layak dinilai sebagai calon bintang. Lima gol telah ditorehkannya, dengan masing-masing tiga di Serie A dan dua di Coppa Italia. Dari data yang terpampang dalam situs WhoScored, pemain yang memilih nomor punggung 14 ini juga membukukan rataan 1,7 tembakan, 1,9 umpan kunci, dan sebuah asis.
Udinese mendatangkan Jankto dari Slavia Praha pada tahun 2014 lalu, kemudian meminjamkannya ke Ascoli selama semusim untuk membantunya beradaptasi dengan sepak bola Italia. Sejak musim lalu, Jankto memang telah menjadi andalan Lo Zebrette. Dari 29 penampilan yang berhasil dibukukannya, 24 penampilan dijalani sebagai starter. Penampilan yang stabil ini membuat manajemen Udinese tidak ragu untuk memberinya perpanjangan kontrak.
Dengan durasi kontrak yang masih tiga setengah musim lagi, amat mungkin bahwa mereka ingin mempertahankan sang pemain lebih lama. Inilah yang kemudian menjadi tantangan besar bagi The Gunners apabila serius meminatinya.
Lain halnya dengan Antonin Barak. Namanya mungkin belum terlalu banyak dibicarakan seperti halnya Jankto. Namun, kontribusinya cukup besar musim ini. Ia telah membukukan dua gol dan sebuah asis. Baru berulang tahun ke-23 pada 3 Desember lalu, Barak jelas memiliki masa depan cerah apabila terus menunjukkan performa konsisten hingga akhir musim. Bersama Patrik Schick, merekalah calon penggawa tim nasional Republik Ceko yang digembleng kompetisi sepak bola Italia.
Uniknya, Arsenal merupakan klub yang dikagumi Barak sejak kecil. Ia merupakan pengagum berat permainan klub arahan Arsene Wenger ini, dan ia mengakuinya tanpa malu-malu dalam sebuah sesi wawancara. Mungkin saja, selain merekrut Jankto, Arsenal dapat mempertimbangkan untuk mengangkut Barak dari Udinese. Menurut Transfermarkt, harga pasar kedua pemain ini jika dijumlahkan adalah sekitar 10,5 juta euro saja, meski tidak dapat dijadikan patokan.
Author: Aditya Nugroho (@aditchenko)