Go-Jek Traveloka Liga 1 2017 baru saja berakhir. Pemain-pemain asing yang berlaga di Liga 1 pun pulang ke negaranya masing-masing, hampir semuanya membawa kesan baik tentang kompetisi sepak bola di Indonesia. Pada umumnya, mereka berkomentar bahwa meskipun banyak kekurangan, sepak bola Indonesia sedang bergerak maju. Meski demikian, ternyata ada satu pemain yang membenci pengalamannya di Indonesia.
Siapakah dia?
Ia adalah pemain asal Pantai Gading, Boubacar Sanogo. Pemain kelahiran 17 Desember 1982 ini sempat didatangkan Madura United pada bulan Mei 2017 lalu. Namun, tak sampai dua bulan kemudian, manajemen Laskar Sape Kerap melepasnya. Setelah sempat beberapa bulan tanpa klub, Sanogo akhirnya menemukan klub baru pada Oktober 2017 lalu, yaitu klub peserta kasta kelima Jerman, VSG Altglienicke.
Sempat menghilang dari pemberitaan di Indonesia, tiba-tiba nama Sanogo muncul kembali setelah ia angkat suara tentang pengalamannya di Indonesia di sebuah situsweb olahraga Jerman, T-Online. Berdasarkan hasil wawancaranya dengan situsweb tersebut, Sanogo melukiskan pengalamannya di Indonesia sebagai sebuah ‘bencana besar’.
Reporter T-Online melempar pertanyaan cukup umum, tentang bagaimana pengalamannya menjajal sepak bola Indonesia. Andai pertanyaan ini diajukan kepada Michael Essien, kemungkinan besar ia akan memuji Indonesia setinggi langit. Bahkan, Carlton Cole yang tersingkir secara menyakitkan dari skuat Persib Bandung, masih berkomentar positif tentang sepak bola di negeri ini. Namun, respons Sanogo sama sekali berbeda.
“Saya tidak suka di sana. Infrastruktur mereka sangat memprihatinkan,” jawab Sanogo. “Kami bahkan tidak memiliki ruang ganti dan shower di tempat latihan. Kami baru bisa mandi dan bersih-bersih setelah sampai di rumah.”
Setelah itu, reporter menanyakan pengalamannya bermain di negara Asia lain, yaitu di India. Sanogo memang pernah memperkuat Northeast United di Indian Super League selama setengah tahun. Di luar dugaan, pria yang pernah bermain di Bundesliga bersama Hamburg SV dan Weder Bremen ini memberi komentar cenderung positif.
“India adalah negara yang menarik. Saya belajar banyak hal di sana. Ada perbedaan besar antara kaum kaya dan miskin. Meski secara manajemen olahraga mereka tidak begitu bagus.”
Sentimen negatif Sanogo terhadap Liga Indonesia mungkin dipicu oleh kekesalannya yang tak banyak dipercaya untuk memperkuat tim utama Madura United. Selama dua bulan, ia hanya tampil sebanyak lima kali dengan empat pertandingan sebagai pemain pengganti. Gol yang dicetaknya juga hanya satu, yaitu ke gawang tim lemah, Persegres Gresik United.
Catatan karier Sanogo sewaktu muda di Eropa sebenarnya cukup baik. Pada saat memperkuat Kaiserlautern, ia sempat membobol gawang kiper legendaris Jerman, Oliver Kahn. Ia juga pernah berlaga di fase grup Liga Champions bersama Hamburg dengan catatan dua gol ke gawang Arsenal dan CSKA Moskow pada musim 2006/2007. Sayang, di Madura United ia gagal menjadi pendamping yang produktif bagi sesama alumni sepak bola Eropa, Peter Odemwingie.
Author: Mahir Pradana (@maheeeR)
Mahir Pradana adalah pencinta sepak bola yang sedang bermukim di Spanyol. Penulis buku ‘Home & Away’.