Alfath Faathier menjadi salah satu pemain yang meroket di Liga 1. Berposisi sebagai bek sayap yang dapat ditempatkan di sisi kiri maupun kanan, ia tampil menawan di Persiba Balikpapan yang membuat namanya masuk dalam daftar buruan utama klub-klub Liga 1 musim depan.
Madura United kemudian menjadi klub yang beruntung, mendapat tanda tangan Alfath segera setelah musim ini berakhir. Gerak cepat yang sangat layak diapresiasi, karena Laskar Sapeh Kerrab berhasil mengalahkan Bali United dalam perburuan pemain berusia 22 tahun ini.
Optimisme pun langsung membubung tinggi di kalangan K-Conk Mania. Setelah resmi mendaratkan Satria Tama, Alfath diyakini dapat semakin meningkatkan kualitas tim Madura United, yang musim depan akan berlaga di Piala AFC.
Kelebihan
Alfath memulai karier profesionalnya di sektor sayap, yang membuat gaya bermainnya di bek sayap sedikit terpengaruh dari posisi lamanya. Namun, justru itulah yang menjadi keunikan Alfath.
Di Indonesia, tidak banyak tipikal bek sayap seperti Alfath. Ketika ‘aturan baku’ untuk bek sayap Indonesia adalah maju ke depan dan mengirim umpan silang, Alfath memberikan dimensi yang sangat berbeda.
Ia lebih senang menggiring bola hingga melewati garis tengah lapangan. Jika ternyata di sana tidak ada rekannya yang siao menerima bola, ia tidak tergesa-gesa mengirim umpan lambung ke depan, tapi menahannya dulu sembari menanti celah terbuka untuk melanjutkan serangan.
Hebatnya lagi, dengan daya ledak tinggi yang sering ditunjukkannya saat melakukan overlap, Alfath tidak melulu mengakhirinya umpan silang, melainkan juga bisa berupa penetrasi ataupun kombinasi satu-dua dengan rekannya.
Ditambah dengan daya ledak pemain sayap yang berada di depannya, mungkin Bayu Gatra, Engelberd Sani, ataupun Andik Vermansyah, jika nantinya bergabung dengan Madura United, Alfath bisa menciptakan kombinasi mematikan di sisi sayap Laskar Sapeh Kerrab.
Kombinasi antara Marcelo dan Cristiano Ronaldo tampaknya hendak ditiru Madura United. Keduanya merupakan salah satu aktor kunci dalam kejayaan Real Madrid musim lalu. Ronaldo dengan ketajamannya mencetak gol, disokong dengan Marcelo yang rajin naik membantu serangan.
Kekurangan
Konsisten menampilkan gaya bermain seperti Alfath tidak mudah. Selain harus memiliki stamina mumpuni dan kemampuan dribel yang baik, pemain tersebut juga harus bisa membuat keputusan dengan cepat ketika sudah tiba di area pertahanan lawan. Apakah ia akan masuk ke kotak penalti, mengirim umpan, atau merangsek ke dalam dengan melakukan kombinasi.
Salah sedikit saja bisa fatal akibatnya. Dengan berkurangnya jumlah pemain Madrua United di area pertahanan karena Alfath maju ke depan, tim lawan dapat melancarkan serangan balik kilat dengan menyasar sisi yang ditinggalkan Alfath. Jika pemain lain tidak sigap menutup ruang kosong ini, lini belakang yang kocar-kacir menjadi akhir ceritanya.
Dalam situasi Madura United ditekan balik, Asep Berlian mungkin bisa menjadi pelindung area kosong ini. Namun jika ia bergeser ke samping, maka ruang di tengah akan terbuka lebar untuk ditempati lawan, karena Slamet Nurcahyo dan Dane Milovanović biasanya berdiri lebih dekat dengan kotak penalti lawan.
Itulah mengapa Alfath juga bisa menjadi titik lemah, jika keunggulan yang dimilikinya tidak dibarengi dengan transisi bertahan yang baik ketika bola terebut di sepertiga akhir lapangan.
Secara keseluruhan, Alfath Faathier adalah pemain yang bagus. Ia masih muda, masih bisa berkembang lebih baik lagi, dan dengan pola kepengurusan klub yang berjalan dengan baik, Madura United adalah klub yang tepat untuknya.
Di musim depan, tuntutan akan lebih tinggi, tantangan akan lebih berat. Jika Alfath dapat melaluinya dengan mulus, bukan tidak mungkin lambang Garuda di dada akan ia kenakan di Piala AFF 2018.
Author: Aditya Jaya Iswara (@joyoisworo)
Milanisti paruh waktu yang berharap Andriy Shevchenko kembali muda dan membawa AC Milan juara Liga Champions Eropa lagi.