Nasional Bola

Beberapa Musim dengan Perebutan Gelar Juara Terketat di Liga Indonesia

Go-Jek Traveloka Liga 1 2017 menjanjikan perebutan gelar juara sampai menit-menit akhir pertandingan pamungkas. Tak pelak lagi, musim ini adalah salah satu musim terseru dalam sejarah Liga Indonesia.

Apakah ada juga musim-musim sebelumnya dengan perebutan gelar juara seseru ini? Mari kita lihat beberapa di antaranya:

Kredit: Kompas

Indonesian Super League 2014: Final Persib kontra Persipura

Mari kita mulai dengan akhir musim yang masih segar di ingatan. Indonesian Super League 2014 kembali mengadopsi sistem dua wilayah dan dua putaran. Setelah menjalani tujuh bulan yang melelahkan, dua klub akhirnya bertemu di final, yaitu Persib Bandung dan Persipura Jayapura. Di semifinal, Persib sukses menyingkirkan rival beratnya, Arema Cronus, melalui babak tambahan waktu. Sedangkan Persipura tanpa kesulitan menyingkirkan kuda hitam Pelita Bandung Raya.

Di final, Persipura yang diunggulkan justru kesulitan menandingi Persib yang bertabur bintang. Hukuman kartu merah juga menyulitkan Mutiara Hitam untuk berkembang. Namun, skor berakhir ketat 2-2 di babak normal hingga akhirnya pemenang harus ditentukan dengan adu penalti. Adu tos-tosan yang menegangkan akhirnya menghasilkan Persib sebagai juara. Gelar ini menjadi raihan pertama mereka dalam sembilan belas tahun terakhir.

Liga Bank Mandiri 2004 (sistem kompetisi penuh)

Selain Go-jek Traveloka Liga 1 2017, mungkin pagelaran tahun 2004 adalah musim paling seru sepanjang sejarah yang menggunakan sistem kompetisi penuh. Hingga akhir musim, tiga klub sama-sama masih berpeluang menjadi juara, yaitu Persebaya Surabaya, PSM Makassar, dan Persija Jakarta.

Persebaya dan Persija bahkan harus berduel di pertandingan terakhir, yaitu pekan ke-34. Kemenangan Persebaya akhirnya menghasilkan mereka sebagai juara, berkat unggul selisih gol dari PSM. Keberhasilan Bajul Ijo keluar sebagai juara terasa spesial karena dua hal. Pertama, mereka menjadi tim pertama yang menjuarai Liga Indonesia dua kali. Kedua, gelar juara ini datang hanya semusim setelah mereka promosi ke liga utama.

Kredit: Bola.com

Liga Djarum 2005: Final Persipura kontra Persija

Mengusung nama sebuah perusahaan rokok sebagai sponsor, Liga Indonesia 2005 juga menggunakan sistem dua wilayah yang terbagi menjadi wilayah barat dan timur. Final akhirnya mempertemukan dua tim terbaik di wilayah masing-masing, yaitu Persija Jakarta dan Persipura.

Pertandingan final yang digelar di Stadion Utama Gelora Bung Karno benar-benar mempertunjukkan aksi spektakuler. Saling berbalas gol membuahkan hasil imbang 2-2 selama 90 menit. Namun, Persipura yang diperkuat Boaz Solossa dan Ian Louis Kabes muda sukses mencuri gol di babak perpanjangan waktu. Mutara Hitam pun keluar sebagai juara untuk pertama kalinya.

Liga Djarum 2006: Final Persik kontra PSIS

Persik Kediri adalah primadona Liga Indonesia pada dekade 2000-an. Ini terbukti dari gelar juara kedua yang sukses mereka raih pada tahun 2006 dengan mengungguli PSIS Semarang di final. Meski hanya satu gol yang tercipta melalui babak perpanjangan waktu, partai puncak itu menyisakan berbagai drama yang sukar dilupakan.

Aktor utamanya adalah Cristian ‘El Loco’ Gonzales. Penyerang legendaris Persik yang keluar sebagai pencetak gol terbanyak ini sukses menjebol gawang PSIS di perpanjangan waktu dan memastikan gelar juara bagi Macan Putih. Uniknya, El Loco justru diusir wasit hanya beberapa menit setelah gol tersebut.

Kredit: Infokito

Final Liga Djarum 2007: Final Sriwijaya FC kontra PSMS Medan

Edisi ketiga final Liga Djarum masih setia menggunakan sistem dua wilayah dan dua putaran. Di luar dugaan, Sriwijaya FC tampil perkasa dengan menguasai dua putaran awal. Final pun mempertemukan Laskar Wong Kito dengan tim pulau Sumatera lainnya, PSMS Medan.

Skor 1-1 yang bertahan pada waktu normal akhirnya membuat pertandingan harus diperpanjang 30 menit lagi. Sriwijaya sukses mencuri gol pada menit-menit awal babak kedua perpanjangan waktu. PSMS yang sangat bernafsu menyamakan kedudukan justru kebobolan gol ketiga. Gol ini tercipta setelah momen ikonik kiper PSMS, Markus Horison, yang naik menyerang dan justru kebobolan oleh gelandang Sriwijaya, Zah Rahan Krangar.

Liga Bank Mandiri 2002: Final Petrokimia kontra Persita

Sebelum bergabung dan berubah nama menjadi Persegres Gresik United, ada sebuah klub asal kota Gresik yang cukup perkasa bernama Petrokimia Putra. Finalis Liga Indonesia pertama (1994/1995) ini akhirnya merebut trofi pertamanya melalui sebuah final yang seru pada tahun 2002.

Final liga yang disponsori Bank Mandiri ini mempertemukan Petrokimia dengan tim kejutan, Persita Tangerang. Persita nyaris kembali membuat kejutan dengan unggul duluan melalui gol Ilham Jaya Kesuma. ‘Kebo Giras’ Petro baru menyamakan kedudukan melalui Samuel Celbi dan memaksakan perpanjangan waktu. Yao Eloi akhirnya memastikan gelar juara terbang ke Gresik dengan golnya. Petro berhak memenangkan pertandingan lewat aturan gol emas (golden goal).

Liga Indonesia 2000: PSIS kontra Persebaya

Musim ini sangat berkesan bagi banyak penggila bola di Indonesia. Selain berjalan tanpa sponsor utama, final yang sedianya diadakan di Stadion Utama Gelora Bung Karno (saat itu dikenal sebagai Stadion Utama Senayan) harus dipindahkan ke Stadion Klabat, Manado, karena alasan keamanan.

Final yang mempertemukan juara bertahan Persebaya Surabaya melawan kuda hitam PSIS Semarang itu di luar dugaan dimenangkan oleh PSIS. Gol tunggal Tugiyo di menit-menit akhir pertandingan sampai sekarang membuatnya menjadi legenda di Jawa Tengah.

Author: Mahir Pradana (@maheeeR)
Mahir Pradana adalah pencinta sepak bola yang sedang bermukim di Spanyol. Penulis buku ‘Home & Away’.