Eropa Inggris

Shaun Wright-Phillips dan Kepahitan yang Terjadi dalam Hidupnya

Bagi yang besar di awal milenium baru, tentunya mengenal nama Shaun Wright-Phillips. Ia adalah pemain sayap lincah yang sempat berada dalam daftar pemain yang dianggap bisa membawa sepak bola Inggris ke tahap yang lebih baik. Kecepatan menjadi andalan pemain yang akrab disapa SWP ini. Anda bisa melihat kompilasi rekaman permainan dari Wright-Phillips ketika ia masih bermain untuk Chelsea dan Manchester City.

Tetapi yang akan diceritakan selanjutnya bukan pencapaian-pencapain atau nostalgia, tetapi kepahitan-kepahitan hidup yang dialami oleh Shaun Wright-Phillips. Bahkan, semua dimulai sejak ia masih belum bisa berjalan dengan lancar.

Fakta yang diketahui adalah bahwa Shaun merupakan putra dari mantan penyerang Arsenal dan timnas Inggris, Ian Wright. Yang meski diketahui kemudian adalah, Shaun bukan merupakan putra kandung. Ia diadopsi oleh Wright ketika masih berusia 2 tahun. Orang tua asli Shaun disebutkan berasal dari Trinidad & Tobago. Bahkan kabarnya hingga saat ini, Shaun tidak mengetahui sosok orang tua aslinya.

Keputusan Wright untuk mengadopsi Shaun sendiri didasari karena kesamaan nasib yang dialami oleh keduanya. Seperti yang diketahui bahwa Ian Wright ditinggal oleh sang ayah ketika masih berusia muda. Hal ini menimbulkan kemarahan besar dalam diri Wright dan menganggap bahwa sang ayah adalah penyebab mengapa ia memiliki masa kecil yang sangat sulit.

Kepahitan juga sangat sering dirasakan oleh Shaun di sepak bola yang kemudian dipilih sebagai karier sekaligus jalan hidupnya. Kecepatan dan kaki-kaki lincah Shaun sudah menjadi sesuatu yang paling menonjol dari dirinya sejak masih belia. Tetapi, ia kemudian mesti mendapati kenyataan dilepas oleh Nottingham Forest ketika masih bermain di level tim usia muda. Beruntungnya, Manchester City kemudian bersedia untuk menampung Shaun. Dan ternyata di sisi biru kota Manchester, tersebut karier Shaun bisa berkembang.

Baca juga: Surga Kedua Nottingham Forest di Eropa

Shaun Wright-Phillips memainkan debut seniornya bersama Manchester City pada musim kompetisi 1999/2000. Ia mendapatkan kesempatan setelah Paul Dickov mengalami cedera. Ia sempat bermain beberapa kali, namun kemudian dikembalikan lagi ke tim cadangan setelah Paul Dickov pulih.

Bermain sebagai penyerang sejak usia belia, Shaun mesti mendapati bahwa ia dimainkan di posisi bek sayap ketika Kevin Keegan menangani City. Keegan beranggapan bahwa di posisi tersebut Shaun akan mencapai potensi terbaiknya. Prediksi Keegan tidak salah, Shaun tampil luar biasa di posisi tersebut dan memikat Jose Mourinho untuk memboyongnya ke Chelsea.

Kepindahannya ke Chelsea kala itu dianggap merupakan langkah yang tepat bagi Shaun untuk mencapai tahap yang lebih baik. Apalagi kala itu, Shaun mulai bermain secara reguler untuk timnas Inggris. Semua rasanya akan berjalan dengan lancar. Namun, realita yang terjadi nyatanya tidak sesuai dengan ekspektasi.

Shaun dianggap tidak bisa mencapai level yang diinginkan oleh Jose Mourinho. Bahkan, sang pelatih secara terang-terangan mengungkapkan bahwa ia sangat berminat untuk mendatangkan Joaquin Sanchez yang kala itu masih bermain di Real Betis, untuk mengisi sektor yang sayap kanan yang ditempati oleh Shaun.

Jose kemudian tidak memainkan Shaun sama sekali. Hal ini kemudian menyebabkan Shaun, yang pada awalnya difavoritkan akan masuk skuat Inggris untuk Piala Dunia 2006, semakin merosot dan kehilangan tempatnya. Pelatih Inggris kala itu, Sven-Goran Eriksson, bahkan lebih memilih membawa remaja berusia 17 tahun yang baru saja mendarat di Arsenal, Theo Walcott.

Shaun sempat mencoba kembali peruntungannya ketika kembali ke Manchester City pada tahun 2008. Seiringan dengan proyek ambisius yang diusung klub setelah kedatangan investor baru, ia sempat menjadi pilihan utama dalam beberapa musim awal, namun kedatangan Roberto Mancini kemudian membuat waktu bermain Shaun semakin minim. Shaun kemudian hengkang ke Queens Park Rangers pada tahun 2011.

Shaun dilepas pada tahun 2015 oleh Queens Park Rangers berbarengan dengan terdegradasinya klub tersebut ke Divisi Championship. Shaun kemudian bergabung ke New York Red Bulls di mana sang adik, Bradley Wright-Phillips, juga bermain di sana.

Berbeda dengan sang adik yang begitu dipuja di Red Bulls, penampilan Shaun di sana biasa-biasa saja. Bahkan sempat dilepas, namun kemudian dikontrak kembali. Sejak Februari 2017 ini, Shaun bermain untuk tim kompetisi level kedua sepak bola Amerika Serikat, Phoenix Rising FC, bersama dengan Didier Drogba.

Kaki-kaki kecil Shaun dan kelincahannya ketika berlari tentu masih terpatri dalam ingatan banyak orang yang menyaksikan ketika ia bermain di masa-masa terbaiknya. Kepahitan-kepahitan yang dialami oleh Shaun tidak membuat kualitas sebenarnya dari pemain ini diragukan. Tanggal 25 Oktober ini merupakan hari ulang tahun dari seorang Shaun Wright-Philips.

Happy birthday, SWP!

Author: Aun Rahman (@aunrrahman)
Penikmat sepak bola dalam negeri yang (masih) percaya Indonesia mampu tampil di Piala Dunia