Penggemar sepak bola di dekade 1990-an pasti akrab dengan nama Michel Salgado. Pemain lokal Spanyol ini identik dengan posisi bek kanan Real Madrid pada masa-masa skuat mewah Los Galacticos. Ia sukses memenangi empat titel La Liga, dua Liga Champions, dan tiga Piala Super Spanyol.
Salgado memang bukan produk asli Madrid, tetapi permainannya telah membuat para pendukung Los Merengues jatuh hati dan selalu mengenang masa baktinya. Sisi kanan pertahanan Los Merengues telah identik dengan permainan agresif dan menyerang yang diperlihatkan Salgado selama sepuluh tahun bermain di Santiago Bernabeu.
Pemain bertinggi badan 174 sentimeter ini memulai karirnya di tim B Celta Vigo. Setelah dipinjamkan ke Salamanca pada musim 1996/1997, Salgado kembali ke Celta Vigo, di mana dia membuktikan dirinya sebagai salah satu bek kanan terbaik sepak bola Spanyol. Pada usia 22 tahun, ia melakukan debutnya untuk tim nasional Spanyol pada tahun 1998.
Pemain berambut pirang ini juga sempat membuat gempar sepak bola Eropa karena tekelnya mematahkan kaki pemain Atletico Madrid, Juninho Paulista. Ini menjadi kontroversi hingga bertahun-tahun kemudian, karena Salgado tidak pernah meminta maaf atas aksinya yang nyaris merusak karier pesepak bola Brasil tersebut.
Pada musim panas 1999, Salgado akhirnya menyeberang ke Real Madrid dengan biaya transfer cukup besar, yaitu 12 juta euro. Ia dengan cepat menjelma menjadi salah satu bek kanan terbaik di kancah sepak bola Eropa, dengan menuai sukses di tahun-tahun awalnya. Dalam musim pertamanya saja, yaitu musim 1999/2000, Salgado sukses menjuarai Liga Champions. Di final melawan Valencia, ia memberi asis untuk gol pertama yang dicetak Fernando Morientes. Gol pembuka itu mengawali pesta Los Merengues yang menang dengan skor 3-0.
Semusim kemudian, yaitu musim 2000/2001, Salgado menikmati gelar juara Liga untuk pertama kalinya dalam karier sepak bolanya. Gelar juara seolah tak berhenti masuk ke catatan sejarah karier pemain kelahiran Pontevedra ini.
Ia memainkan final keduanya di Liga Champions 2001/2002, yang lagi-lagi mengantarkan dirinya sebagai salah satu pemain yang berdiri di podium juara. Kali ini, Real Madrid mengungguli Bayer Leverkusen dengan skor 2-1. Secara statistik, musim 2001/2002 juga menjadi musim terbaik Salgado. Ia tampil di tim utama dalam total 54 pertandingan di semua kompetisi.
Dalam sepuluh musim kariernya di Madrid, bukan berarti Salgado tak pernah merasakan kegagalan. Ia pernah mengalami dua musim tanpa gelar, yaitu pada 2004/2005 dan 2005/2006 ketika La Liga dikuasai Barcelona. Setelah 10 tahun berada di Real Madrid, ia memutuskan untuk tidak memperpanjang kontraknya. Akhirnya pada 4 Agustus 2009, Salgado memutuskan untuk bergabung dengan Blackburn Rovers selama dua musim.
Pada usia 34 tahun, Salgado memulai petualangan barunya di Liga Inggris. Musim pertamanya di Blackburn berjalan lancar dan ia menjadi pilihan utama pelatih Steve McKean. Namun, memasuki tahun kedua, fisik sang pemain sepertinya sudah sulit mengimbangi permainan cepat di Inggris. Salgado sering menderita cedera dan akhirnya memutuskan untuk gantung sepatu pada musim panas 2012. Meski masih memperoleh banyak tawaran dari klub-klub di luar neegeri seperti Al Sadd dari Qatar, Sporting Kansas City dan LA Galaxy dari Amerika Serikat, atau Toronto FC Kanada, ia lebih memilih untuk menutup delapan belas tahun karier profesionalnya.
Salgado meninggalkan lapangan hijau dengan prestasi empat gelar juara La Liga dan dua trofi Liga Champions. Selain itu, ia tercatat 53 kali mengenakan kostum tim nasional Spanyol dan bermain di Piala Dunia 2002 serta Piala Eropa 2004.
Setelah lama tak terdengar kabarnya, suami Malula Sanz ini kembali ke lapangan futsal dengan bermain di dua edisi turnamen Premier Futsal di India. Bersama para mantan bintang lapangan hijau lain seperti Ryan Giggs dan Ronaldinho, Slagado menjadi daya tarik tersendiri di sepak bola dalam ruangan ini.
Author: Mahir Pradana (@maheeeR)
Mahir Pradana adalah pencinta sepak bola yang sedang bermukim di Spanyol. Penulis buku ‘Home & Away’.