Bangkok, Desember 2016. Hanya dalam hitungan beberapa menit, mimpi tim nasional Indonesia untuk keluar sebagai juara Piala AFF 2016 kembali pudar akibat tertinggal dengan agregat 2-3 dari tuan rumah Thailand. Ketika waktu sudah menunjukkan menit-menit akhir babak kedua, Abduh Lestaluhu mengeluarkan sebuah reaksi mengejutkan. Ia menendang bola ke arah bangku cadangan Thailand sebagai pertanda emosi yang memuncak.
Aksi Abduh ini akhirnya berujung pada sanksi wasit berupa kartu merah. Para pemain dan ofisial Thailand sempat terprovokasi, tapi akhirnya keadaan menjadi terkendali. Abduh berjalan untuk masuk ke ruangan ganti, dengan wajah tertangkap kamera sedang berlinang air mata.
Meski aksi yang dilakukan sang pemain terbilang negatif, tak sedikit pendukung Indonesia yang membela tindakan Abduh. Perbuatannya itu dianggap bukan tanpa alasan. Para panitia pertandingan Thailand memang terkesan mengulur-ulur waktu agar Indonesia kesulitan mengejar ketertinggalan, dan luapan emosi Abduh adalah perwujudan kekesalan para pendukung Indonesia.
Di luar insiden tersebut, Abduh Lestaluhu adalah salah satu bintang tim Merah-Putih di ajang piala AFF 2016. Bersama Rizky Pora, aksinya di sisi kiri pertahanan Indonesia sangat memukau. Kombinasi kedua pemain asal Maluku Utara ini selalu merepotkan barisan pertahanan lawan.
Dengan fisik yang kuat dan kemampuan lari di atas rata-rata, Abduh punya kelebihan dalam melakukan overlapping. Kemampuan pemain yang tumbuh besar di Ternate ini memang sudah terasah di klub-klub yang dibelanya, Persis Solo, Persija Jakarta, dan sekarang PS TNI.
Mulai menonjol ketika memperkuat Indonesia di Piala Asia U-16 2008 di Uzbekistan, saudara kembar Rafid Lestaluhu ini sempat menimba pengalaman berharga bersama klub Deportivo Indonesia yang dikirim ke Uruguay pada tahun 2010 hingga 2011. Setelah pulang ke Indonesia, ia merintis karier senior bersama Persis Solo selama setahun. Setelah itu, barulah ia bergabung ke Persija Jakarta.
Sayang, sanksi yang menimpa sepak bola Indonesia membuat karier Abduh di Persija terhambat karena kompetisi terhenti di tengah jalan. Di tengah kegamangan, pemain bertinggi badan 168 sentimeter ini mencari jalan keluar lewat berkarier menjadi anggota Tentara Nasional Indonesia (TNI). Setelah menjalani serangkaian tes, uji kelayakan, hingga materi-materi pelatihan yang ia lakoni selama 5 bulan, Abduh akhirnya diterima menjadi anggota TNI dengan pangkat sersan dua (serda) pada akhir 2015.
Bagusnya, TNI sekarang punya klub sepak bola. Latar belakang Abduh membuatnya cukup mudah menembus tim inti PS TNI. Ia akhirnya memperkuat klub tersebut di turnamen Piala Jenderal Sudirman dan Torabika Soccer Championship (TSC) 2016. Abduh bukan satu-satunya pesepak bola yang tercatat sebagai anggota TNI. Di skuat tersebut juga ada mantan penggawa tim nasional usia junior lain seperti Manahati Lestusen dan Ravi Murdianto.
Di Go-Jek Traveloka liga 1 2017, Abduh menikmati perannya sebagai pemain inti di sektor kiri pertahanan klubnya. Tercatat sudah 21 kali ia memperkuat PS TNI musim ini. meski belum sekali pun mencatatkan namanya di papan skor, Abduh sudah membukukan tiga asis.
Sayang, beberapa catatan buruk menyertai perjalanannya di musim ini. ia sudah terkena satu kartu merah dan sanksi larangan bermain lima laga pada bulan Mei 2017 lalu. Sanksi ini dijatuhkan akibat pemukulan yang dilakukannya kepada pemain Bhayangkara FC kala itu, Thiago Furtuoso.
Abduh harus sadar bahwa untuk menjadi pemain hebat yang dibutuhkan bukan hanya skill dan talenta, melainkan juga tingkah laku positif. Semoga ulang tahun ke-24 yang jatuh pada 16 Oktober 2017 ini sekaligus menjadi momen refleksi diri baginya.
Author: Mahir Pradana (@maheeeR)
Mahir Pradana adalah pencinta sepak bola yang sedang bermukim di Spanyol. Penulis buku ‘Home & Away’.