Tentu banyak yang masih ingat dengan nama Ali Karimi. Ya, ia merupakan gelandang serang asal Iran yang bergabung ke FC Bayern München, tepat setahun sebelum digelarnya Piala Dunia tahun 2006 di Jerman. Karimi menjadi pemain asal Iran ketiga yang bermain untuk tim asal Bavaria tersebut sepanjang sejarah. Sebelum Karimi, ada Ali Daei dan Vahid Hashemian.
Pada awalnya, kemampuan Karimi begitu memukau pihak klub maupun para penggemar Bayern. Ia memakai nomor punggung delapan, nomor punggung yang sama dengan Lothar Matthaus, Paul Breitner, dan Dietmar Hamann ketika masih bermain di sana. Karimi begitu cocok dengan penyerang tim saat itu, Roy Makaay. Bahkan dalam debutnya untuk Bayern pada 13 Agustus 2005, Karimi memberikan asis untuk gol Makaay dalam kemenangan besar tim atas Leverkusen dengan skor 5-2.
Pada awalnya Karimi tampil hebat. Tetapi seiring keputusan Felix Magath, pelatih FC Bayern kala itu, yang memasang Karimi di posisi sayap kiri, ternyata membuat kemampuan Karimi tidak bisa berkembang. Cedera kemudian semakin mempersulit kariernya, hingga kemudian ia kembali ke benua Asia dan bermain untuk tim Qatar SC. Sempat dikontrak Schalke 04 pada tahun 2011, Karimi kemudian kembali ke negaranya Iran hanya setahun berselang.
Karimi pensiun pada tahun 2014 lalu, dan kini sedang menikmati karier barunya sebagai pelatih. Atas pencapain sepanjang kariernya, Karimi adalah legenda di Iran. Ia berada di jajaran yang sama dengan para pemain seperti Ali Daei, Vahid Hashemian, Yahya Golmohammadi, Mehdi Mahadavikia, dan Javad Nekounam, sebagai legenda sepak bola Iran.
Tiga tahun setelah Karimi pensiun, kini ada fenomena yang bisa dibilang sangat unik. Timnas Iran kini memiliki pemain lain dengan nama yang betul-betul sama, yaitu Ali Karimi. Uniknya lagi, Karimi yang masih bermain ini nyatanya memiliki posisi serta gaya bermain yang sangat serupa dengan Karimi yang sudah pensiun. Mereka sama-sama bermain di posisi gelandang serang.
Karimi yang masih bermain ini juga merupakan bintang masa depan sepak bola Iran bersama dengan “Messi dari Persia”, Sardar Azmoun. Uniknya lagi Karimi yang sudah pensiun dan Karimi yang masih bermain juga sama-sama sempat bermain di Eropa, lalu kembali ke negara asal mereka.
Karimi yang masih bermain ini sempat bergabung ke klub asal Kroasia, Dinamo Zagreb. Setelah berada di sana selama hampir dua tahun namun tidak ada banyak perkembangan berarti, Karimi yang masih bermain ini kemudian memutuskan untuk pulang kembali ke Iran guna memperkuat Persepolis. Benar-benar seperti doppelganger.
Yang berbeda hanyalah dari penampilan mereka saja. Apabila Karimi yang sudah pensiun memiliki rambut yang panjang dan terurai, sementara Karimi yang masih bermain memiliki rambut yang lebih rapi. Terlebih, ia juga memiliki jambang dan kumis yang menjadi ciri khasnya.
Berhubung Iran berhasil lolos ke Piala Dunia tahun depan nanti, seandainya memang Karimi yang masih bermain ini dipanggil oleh pelatih Carlos Queiroz, Anda bisa menyaksikan sendiri bagaimana bakat Karimi yang masih bermain ini.
Author: Aun Rahman (@aunrrahman)
Penikmat sepak bola dalam negeri yang (masih) percaya Indonesia mampu tampil di Piala Dunia