Piala Dunia 2018 Dunia

Tribun Eksternal Ekaterinburg Arena: Konyol tapi Unik

Jelang Piala Dunia 2018 yang akan digelar delapan bulan lagi, tuan rumah Rusia mulai menggeber persiapan mereka. Beberapa sektor yang masih belum terselesaikan dikebut pengerjaannya, termasuk stadion. Akan tetapi, yang terjadi pada Ekaterinburg Arena sungguh di luar dugaan dan memancing banyak perhatian.

Untuk menggelar sebuah pertandingan Piala Dunia, FIFA mewajibkan setiap stadion memiliki kapasitas minimal 35.000 kursi. Ekaterinburg Arena yang dalam kesehariannya menjadi kandang FC Ural, awalnya hanya berkapasitas 27.000 kursi, dan kini telah bertambah menjadi 45.000 dengan adanya tribun di luar stadion.

Ya, di luar stadion!

Langkah ini sengaja dilakukan pihak penyelenggara untuk menghemat biaya pengeluaran. Merenovasi Ekaterinburg Arena tentu membutuhkan dana yang lebih sedikit ketimbang membuat stadion baru, tetapi membangun tribun di luar stadion sungguh merupakan keputusan yang konyol.

Dilihat dari bentuk bangunannya saja, stadion yang terletak di kota Yekaterinburg ini sangat jauh dari kata estetis, meskipun tergolong sangat unik. Itu belum membicarakan suhu di Rusia yang sangat dingin, yang dapat membuat para penonton di tribun luar tersebut menggigil tiada henti. Bahkan, letak tribun yang terpisah dari stadion juga kurang memadai dalam menjamin keselamatan penonton.

Rusia terkenal dengan suporter fanatiknya. Jika ada sebuah kumpulan suporter yang mereka rasa sangat mengganggu kehadirannya, mereka tidak akan malu-malu untuk menyulut api pertikaian. Akan sangat berbahaya jika para suporter di tribun tersebut menjadi sasaran amuk para suporter fanatik Rusia.

Ekaterinburg Arena nantinya akan menggelar empat pertandingan Piala Dunia. Dikarenakan jumlah laga yang sedikit, pengelola stadion memutuskan untuk membangun tribun eksternal yang hanya akan digunakan selama Piala Dunia. Artinya, tribun tersebut hanya bersifat sementara, dan bentuk stadion yang melingkar akan kembali terpampang usai Piala Dunia digelar.

Meski memunculkan banyak komentar miring, namun kehadiran tribun eksternal di Ekaterinburg Arena dapat memunculkan sensasi tersendiri bagi penonton yang berada di sana. Menyaksikan pertandingan dari tribun tersebut serasa menonton sepak bola di televisi raksasa, dengan dinding stadion sebagai bingkainya.

Cukup unik, bukan?

Itulah mengapa masih ada orang yang memberikan apresiasi atas “renovasi seadanya” dari Ekaterinburg Arena, di tengah derasnya komentar negatif yang menyebut stadion ini terlalu dipaksakan untuk menggelar laga Piala Dunia. Setidaknya, tempat seperti ini dapat termasuk dalam kategori Instagram-able bagi orang Indonesia.

Menjadi penyelenggara Piala Dunia memang bagaikan dua sisi mata uang. Di satu sisi, pemasukan negara yang didapat selama turnamen akan sangat besar, tapi setelah turnamen usai ada pekerjaan besar yang harus dilakukan, yakni perawatan stadion.

Situasi ini pernah dialami Afrika Selatan yang kesulitan merawat stadion-stadion Piala Dunia mereka, dan kini bangunan-bangunan raksasa tersebut hanya berdiri seadanya dengan kondisi apa adanya.

Author: Aditya Jaya Iswara (@joyoisworo)
Milanisti paruh waktu yang berharap Andriy Shevchenko kembali muda dan membawa AC Milan juara Liga Champions Eropa lagi.