Perkembangan aksi menuntut kemerdekaan Catalan kemudian berbuntut bentrokan antara warga dan kepolisian. Bahkan kerusuhan tersebut membuat pertandingan antara FC Barcelona berhadapan dengan Las Palmas terancam ditunda. Meskipun kemudian pihak La Liga tetap bersikukuh menggelar pertandingan tersebut secara tertutup atau tanpa penonton.
Kejadian yang terjadi di pekan ketujuh La Liga tersebut bisa saja menjadi gambaran apa yang akan terjadi kepada Barcelona di kemudian hari. Apabila situasi terus tidak kondusif tentu membuat pemandangan tanpa penonton ketika Los Blaugrana bertanding di kandang mereka bisa jadi terus berlanjut. Bahkan bisa saja muncul wacana Barcelona bermain di stadion lain selama keikutsertaan mereka di La Liga. Setidaknya itu nasib yang dialami oleh kesebelasan asal Ukraina, Shakhtar Donestk.
Hampir serupa dengan yang terjadi di Catalan, region Donbass yang berisikan dua daerah, yaitu Donestk dan Luhansk, melakukan referendum untuk memutuskan apakah mereka mesti bertahan sebagai bagian dari Ukraina atau lepas dari negara tersebut. Meskipun yang berbeda adalah, masing-masing daerah ini ingin memerdekakan diri.
Penyebab dari permintaan kemerdekaan ini disebabkan oleh konflik di area Krimea antara Ukraina dan Rusia yang mulai meruncing sejak tahun 2014 lalu. Dan Donbass merupakan wilayah yang sangat pro terhadap pemerintah Rusia ketimbang pemerintahan negara mereka sendiri.
Referendum di Donetsk dan Luhansk kemudian dilakukan. Mayoritas warga di dua wilayah tersebut menyetujui pemisahan diri dari Ukraina. 89,07 persen warga Donetsk setuju untuk memisahkan diri. Sementara di Luhanks, 96 persen warga daerah tersebut menyetujui wacana kemerdekaan dari Ukraina. Dua daerah di Donbass ini kemudian memproklamasikan negara mereka. Tak ayal, konflik bersenjata pun kemudian terjadi hingga saat ini.
Buntut dari konflik ini kemudian membuat kesebelasan asal Donetsk, Shakhtar mesti hengkang dari stadion mereka, Donbass Arena. Sudah tiga tahun tim pemilik sepuluh gelar juara Liga Ukraina ini mesti bermain di tempat lain. Dari tahun 2014 hingga 2016, Shakhtar bermain di Arena Lviv, stadion yang juga menjadi kandang FC Karpaty Lviv. Tim berjuluk The Miners ini kemudian sejak tahun 2017 ini bermain di Metalist Stadium, markas bekas tim Ukraina yang sudah bubar, FC Metalist.
Apakah yang terjadi kepada Shakhtar bisa saja terjadi kepada Barcelona? Tentu saja. Sekalipun Catalan kemudian merdeka, Barcelona bisa saja masih tetap berpartisipasi di La Liga Spanyol. Karena tentunya Anda mengetahui bahwa banyak juga tim-tim yang bermain di negara lain.
Mengingat sejauh ini konflik belum juga reda, yang tentunya hal ini merupakan permasalahan keamanan yang membuat sebuah pertandingan sepak bola tidak memungkinkan digelar, bisa jadi Barcelona akan menggunakan stadion lain selama mereka bertanding di bawah otoritas sepak bola Spanyol. Sama seperti yang dilakukan oleh Shakhtar dalam tiga tahun terakhir.
Andai mesti bermain di luar Catalan, Barcelona bisa saja menggunakan stadion di wilayah Murcia, Aragon (Zaragoza), dan bahkan Valencia. Jarak daerah tersebut tidak begitu jauh dari daerah Catalan. Situasi sulitnya adalah, stadion-stadion yang ada di daerah tersebut tidak memiliki kapasitas yang sama seperti markas Barcelona saat ini, Nou Camp. Dari daerah-daerah yang sudah disebutkan, stadion yang memiliki kapasitas tertinggi tentunya adalah Estadio Mestalla di Valencia yang memiliki kapasitas 55 ribu penonton.
Barcelona bisa saja terus bermain tanpa penonton sampai konflik mereda. Akan tetapi sampai kapan mereka bisa bertanding tanpa kehadiran para penggemar mereka? Karena pertandingan sepak bola tanpa kehadiran penonton betul-betul terasa kurang.
Memang tahun 2017 lalu, sebanyak 17 klub siap berkompetisi andai Catalan benar-benar merdeka dari Spanyol. Tetapi, mengingat aspek bisnis dan kompetisi, rasanya Barcelona tidak akan meninggalkan La Liga yang sudah memiliki struktur dan sistem kompetisi yang jelas.
Author: Aun Rahman (@aunrrahman)
Penikmat sepak bola dalam negeri yang (masih) percaya Indonesia mampu tampil di Piala Dunia