Eropa Inggris

Marcus Rashford dan Anthony Martial: Dua Tanduk Manchester United

Rashford: Dedikasi untuk berlatih

Rashford muda adalah sosok yang “mencoba” visioner. Ia ingin bermain sebagai nomor 10, playmaker, yang bermain dengan kecerdikan. Namun, ciri bermain dan kemampuan tak mendukung keinginan Rashford tersebut. Ia pemain dengan ciri akselerasi dan kepercayaan diri untuk melewati lawan.

Kemampuan tersebut membuat Rashford sangat cocok bermain sebagai penyerang sayap sebelah kiri. Nicky Butt, salah satu legenda Manchester United, mengungkapkan bahwa Rashford muda punya dasar seperti Thierry Henry. Seorang pemain sayap di usia muda dengan ketajaman yang bisa diandalkan.

Dengan dasar seperti itu, para pelatih United mencoba Rashford di posisi penyerang. Paul McGuinness, mantan tim pelatih United U-18 membuat menu latihan khusus untuk Rashford. Menu latihan tersebut fokus untuk membentuk bangunan fisik Rashford, cara dan teknik berlari, membaca timing dengan tepat, dan terutama teknik menerima bola sebagai penyerang.

Ketika tim U-18 United memenangi sebuah kompetisi sepak bola dalam ruangan di Jerman, Rashford punya misi sendiri. McGuinness ingin pemain muda asal Inggris tersebut menerima banyak umpan dengan punggung membelakangi gawang. Sebuah misi yang terhitung sukses.

“Rashford juga belajar cara menjadi poacher, yang berposisi di sebelah bek lawan. Ia belajar cara memutar badan, terutama gerakan pinggul, lalu berlari melebar untuk membuka ruang bagi rekan-rekannya. Detail seperti itu dilatih berulang-ulang, sangat sering. Kami bahwa membuat skenario khusus itu ketika latihan. Kami hingga bersusah payah membuat latihan khusus karena Rashford pantas mendapatkannya. Kami rasa ia akan menjadi bagian penting di tim utama,” kenang McGuinness.

Kekurangan Rashford adalah “obsesi mencetak gol yang masih rendah” sebagai seorang penyerang. Terkadang, ia masih berpikir seperti seorang nomor 10 atau penyerang sayap. Perlahan, Jose Mourinho ingin membangunkan sosok pembunuh dalam diri Rashford, sosok penyerang yang komplet, yang belum menyadari potensi diri sesungguhnya.