Bhayangkara FC menang dramatis 2-1 atas Borneo FC di pekan ke-25 Go-Jek Traveloka Liga 1, Rabu (20/9). Bukan soal pertandingan yang dalam perjalanannya hingga hasil akhirnya saja tidak biasa. Tetapi soal tempat pertandingan digelar, Stadion Patriot Chandrabhaga di Bekasi, Jawa Barat.
Seperti yang sudah diketahui, bahwa stadion berkapasitas 30 ribu penonton ini didirikan pada tahun 1980. Kemudian pada tahun 2012, stadion ini dicanangkan sebagai stadion bertaraf internasional. Setelah renovasi dan pengembangan selama dua tahun, akhirnya pada 11 Maret 2014, bertepatan dengan hari ulang tahun Kota Bekasi, Stadion Patriot versi baru kemudian diresmikan.
Harus diakui dari penampakan udara atau pemandangan dari jauh saja, stadion ini termasuk kategori megah. Interior stadion pun merupakan kelas satu. Mulai dari bangku penonton, pencahayaan, papan skor, dan hal-hal lain pun sangat berkualitas. Kebetulan di laga tersebut juga menjadi kesempatan perdana penulis mengunjungi stadion Patriot.
Bukan bermaksud untuk berlebihan, akan tetapi penulis sudah mengunjungi stadion-stadion di pulau-pulau besar di Indonesia. Dari ujung barat hingga ujung timur. Hanya pulau Sulawesi saja yang belum sempat penulis kunjungi. Jujur, Stadion Patriot adalah salah satu yang terbaik dari segi fasilitas yang pernah penulis kunjungi. Sayangnya dibalik kemegahan tersebut, ada satu hal yang tidak akan Anda temukan di stadion ini.
Announcer mengumumkan bahwa penonton yang datang di stadion hari itu mencapai angka seribu sekian. Penulis tidak mengingat jumlah pastinya karena angka yang diumumkan betul-betul mengejutkan. Menjadi sesuatu yang mengejutkan pertama karena jumlah tersebut jauh sekali dari kapasitas penuh stadion. Juga karena biasanya ketika berkunjung ke sebuah stadion, rasanya tidak ada pertandingan di Indonesia yang “hanya” ditonton oleh seribu orang.
Terkejut juga karena menurut pengamatan penulis, stadion hari itu tidak mencakup seribu orang. Bagian timur sangat sepi. Sementara bagian selatan dan utara bahkan hampir kosong. Hanya bagian barat stadion saja yang memang betul-betul terisi. Itupun tidak benar-benar penuh.
Masih ada banyak sekali bagian yang tidak dipenuhi oleh penonton. Apakah jumlah seribu sekian yang dihitung oleh panitia pelaksana pertandingan juga mencakup pihak keamanan yang mengawal pertandingan? Serta awak-awak media yang meliput jalannya pertandingan? Stadion saat itu betul-betul sepi.
Selama berjalannya laga pun penonton nampak tidak fokus atau betul-betul menikmati pertandingan. Ada sekumpulan bapak-bapak yang duduk tidak jauh dari saya justru membicarakan hal lain yang tidak ada kaitannya dengan sepak bola. Lalu ada kelompok ibu-ibu (mungkin dari satuan kepolisian) lebih sibuk melakukan swafoto di antara mereka.
Sementara dua pemain asing yang sempat berlaga di kancah sepak bola Indonesia dan menonton laga tersebut, Antonio Claudio dan Pedro Javier, lebih memilih bercengkerama dengan bahasa negara mereka.
Hanya dua sosok yang saya perhatikan benar-benar mengamati pertandingan dari bangku penonton yakni asisten pelatih timnas Indonesia, Eduardo Perez, dan pelatih fisik, Miguel Gandia. Sepertinya mereka ditugasi oleh pelatih kepala Luis Milla untuk mengamati pemain-pemain yang menarik perhatian dari dua tim yang sedang berlaga.
Sementara itu, jujur saya sempat ketiduran selama beberapa menit. Andai Ilja Spasojevic tidak mencetak gol, bisa jadi saya akan terus terlelap. Kejadian-kejadian yang terjadi di laga kemarin amat disayangkan untuk stadion semegah itu.
Author: Aun Rahman (@aunrrahman)
Penikmat sepak bola dalam negeri yang (masih) percaya Indonesia mampu tampil di Piala Dunia