Dunia Asia

Kiatisuk Senamuang: Dulu Jadi Pemenang, Kini Terancam Dibuang

Ancaman pemecatan itu mendatangi Kiatisuk setelah Port FC, klub liga Thailand yang diasuhnya kini, kalah 1-2 dari BEC Tero Sasana, Sabtu (16/9) lalu. Akibat hasil ini, Port FC gagal meraup poin penuh di enam pertandingan beruntun, di mana empat di antaranya berakhir dengan kekalahan.

Keputusan mengenai masa depan Kiatisuk kabarnya akan ditentukan pada hari ini. Jika timnya dapat meraih kemenangan melawan Chonburi FC, posisinya akan aman untuk sementara, tapi jika kekalahan kembali menghampiri, dirinya akan langsung mengundurkan diri.

“Pertandingan melawan Chonburi akan sangat sulit. Target kami adalah tiga poin di pertandingan, dan jika kami gagal melakukannya, maka saya akan melayangkan surat pengunduran diri. Saya harus tanggung jawab atas hasil ini. Saya harap para pemain memberikan 100 persen kemampuannya saat berjumpa Chonburi”, ujarnya seperti dikutip dari Siamsport.

Pelatih berusia 44 tahun ini didatangkan Port FC pada akhir Juni lalu, setelah ia turun jabatan dari pelatih timnas Thailand di bulan Maret. Kiatisuk saat itu menggantikan posisi Jadet Meelarp yang berganti peran menjadi penasehat teknis.

Ketika Kiatisuk datang, Port FC bertengger di peringkat 8, dan kini turun ke posisi 11 dengan raihan 39 gol dan kemasukan 50 gol. Jumlah kebobolan mereka adalah yang terbanyak di zona aman, sama dengan Sukhotai FC di peringkat 15 hingga pekan ke-27.

Situasi ini tentunya menjadi titik balik bagi Kiatisuk, yang semasa aktif menjadi pemain, mendapat julukan “Zico dari Thailand” berkat visi, ketajaman, dan kelincahannya. Sejak ditunjuk menjadi pelatih timnas Thailand pada 2014 lalu, ia langsung menjelma sebagai salah satu pelatih tersukses di Asia Tenggara.

Thailand dibawanya menjuarai Piala AFF dua kali beruntun, yakni pada tahun 2014 dan 2016. Sebelumnya, Kiatisuk juga mereguk sukses saat membesut klub besar Vietnam, Hoàng Anh Gia Lai (HAGL), yang dibawanya menembus Piala Vietnam 2010, namun harus merelakan gelar juara jatuh ke tangan Sông Lam Nghệ An karena kalah tipis 0-1.

Ketika mengundurkan diri dari kursi kepelatihan Thailand, Kiatisuk sempat mengutarakan kekecewaannya pada federasi sepak bola Thailand, karena target yang mereka usung terlalu tinggi. Football Association of Thailand (FAT), saat itu menargetkan Thailand lolos ke Piala Dunia 2018.

Alih-alih mendekati target, The War Elephant justru hancur lebur di babak kualifikasi. Di masa kepelatihan Kiatisuk, mereka menderita enam kekalahan, kebobolan 19 gol, dan hanya sanggup meraih satu poin di grup yang dihuni Jepang, Arab Saudi, dan Australia itu.

Selain mengkritik target federasi yang terlalu tinggi, Kiatisuk juga mengkritisi Ketua FAT, Somyot Poompanmoung, yang tidak menggarap pembinaan pemain muda dengan serius. Kiatisuk mengatakan bahwa fondasi timnas Thailand saat ini adalah hasil dari program yang dibuat ketua FAT sebelumnya, Worawi Makudi.

Bila pelatih muda potensial ini kembali mengundurkan diri, apakah sudah saatnya ia merapat ke Indonesia?

Author: Aditya Jaya Iswara (@joyoisworo)
Milanisti paruh waktu yang berharap Andriy Shevchenko kembali muda dan membawa AC Milan juara Liga Champions Eropa lagi.