Medio 2000-an yang lalu, dunia balap Formula 1 (F1) maupun GP Motor (kini dikenal sebagai Moto GP), diguncang oleh aturan yang melarang produsen rokok menggunakan kedua ajang tersebut untuk mempromosikan produknya. Padahal, sponsor rokok merupakan tonggak utama dari tim-tim F1 maupun GP Motor untuk mendapat pemasukan dalam jumlah fantastis.
Pelarangan ini sendiri sendiri berkaitan dengan kampanye anti-tembakau yang sudah digalakkan sejak era 1980-an. Menyadari bahwa rokok memiliki dampak yang tidak baik bagi tubuh, tentu menjadi sebuah anomali jika dunia olahraga yang lekat dengan kesehatan, justru mempromosikan produk yang tidak menyehatkan.
Alhasil, banyak tim-tim F1 dan Moto GP yang pada saat itu ‘terpaksa’ menyudahi kontrak mereka dengan para produsen rokok. Benson & Hedges, Mild Seven, dan West, berhenti mensponsori tim Jordan, Renault serta McLaren di F1. Sementara Gauloises Blondes dan Rizla, tak lagi muncul di motor tim pabrikan Yamaha dan Suzuki yang terjun di Moto GP.
Setali tiga uang dengan kondisi tersebut, baru-baru ini Partai Buruh, salah satu partai politik di Inggris, mengampanyekan sebuah rencana untuk melarang situs judi dalam berpromosi via cabang olahraga sepak bola.
Mereka menyebut bahwa rencana ini dilakukan sebagai upaya menekan efek buruk dari judi, seperti kecanduan yang seringkali membuat banyak orang justru mengalami gangguan mental, termasuk dari para pesepak bola.
Apalagi, sepak bola tidak hanya disaksikan oleh orang-orang dewasa karena anak-anak di Inggris pun banyak yang menggemarinya. Ketiadaan iklan situs judi di seragam tanding klub-klub Liga Inggris disebut-sebut bisa mengurangi pengenalan situs judi tersebut kepada anak-anak.
“Sepak bola harus ikut berperan menghadang efek yang kemungkinan besar diderita para suporter dan pesepak bola akibat kecanduan berjudi. Banyaknya sponsor situs judi yang ada di jersey klub pada saat ini, tak menunjukkan bahwa klub-klub tersebut mencoba untuk berperan serius dalam mengurangi dampak tersebut. Padahal sepak bola dinikmati oleh semua kalangan umur”, tutur Wakil Ketua Partai Buruh, Tom Watson, seperti dikutip dari footyheadlines.
Khusus di Liga Primer Inggris alias kasta teratas dalam piramida sepak bola Inggris, ada sembilan tim yang mempunyai jersey dengan sponsor utama berupa situs judi. Pemasukan yang diperoleh klub-klub itu sendiri di musim 2017/2018 ini konon menyentuh angka 47 juta paun. Nilai yang cukup menggiurkan, bukan?
Menariknya, asosiasi sepak bola Inggris (FA) sendiri telah melakukan langkah yang disambut antusias banyak pihak. Beberapa waktu yang lalu, FA telah memutus kontrak mereka dengan sebuah situs judi yang cukup beken di Inggris, Ladbrokes. Padahal, FA bisa memperoleh pemasukan sebesar 4 juta paun per tahun dari kerja sama tersebut. Lebih lanjut, perwakilan FA juga mengatakan bahwa ini juga menjadi salah satu perubahan kebijakan yang mereka sepakati guna mengurangi dampak dari hal-hal negatif yang bisa ditimbulkan judi.
Selayaknya permasalahan teknis lainnya, rencana larangan iklan situs judi terpampang di kostum tim sepak bola yang berlaga di Liga Inggris ini sendiri masih lekat dengan pro dan kontra. Mereka yang pro menganggap bahwa keputusan ini berpotensi untuk menyelamatkan suporter dan juga pesepak bola dari kebiasaan berjudi. Sementara yang kontra, menyebut jika klub-klub bakal dirugikan karena pemasukan mereka pasti akan berkurang.
Sebelum mengetuk palu soal jadi atau tidaknya larangan ini, tentu dibutuhkan kajian lebih mendalam lagi. Hal ini bertujuan supaya cita-cita yang diinginkan Partai Buruh dan FA bisa tercapai, namun para kontestan Liga Inggris di seluruh divisi juga tidak mengalami kerugian akibat kehilangan pemasukan.
Author: Budi Windekind (@Windekind_Budi)
Interista gaek yang tak hanya menggemari sepak bola tapi juga american football, balap, basket hingga gulat profesional