Perayaan Iduladha tahun 2017 yang jatuh pada 1 September, pasti cukup berkesan bagi Frederic Kanoute. Penyerang legendaris Sevilla asal Mali ini merayakan ulang tahunnya yang ke-40 sehari setelah hari suci tersebut, tepat di tanggal 2 September hari ini. Semasa aktif bermain, Kanoute memang selalu bangga atas identitasnya sebagai pemeluk Islam yang taat.
Pria jangkung bertinggi badan 193 sentimeter ini sebenarnya lahir di Prancis. Semasa memperkuat klub kota kelahirannya, Lyon, Kanoute sempat memperkuat tim nasional Prancis U-21. Ia baru memutuskan untuk memperkuat Mali ketika usianya menginjak 27 tahun.
Kanoute mengaku mulai taat melaksanakan ajaran-ajaran Islam sejak usianya 22 tahun. Semasa memperkuat Sevilla, ia pernah menolak mengenakan kostum bertuliskan 888.com, sebuah rumah judi yang menjadi sponsor utama klub tersebut pada pertengahan dekade 2000-an. Ia juga terkenal dengan dukungannya terhadap kemerdekaan Palestina. Selebrasi golnya yang menunjukkan bendera Palestina selepas mencetak gol menunjukkan toleransi Kanoute terhadap korbak invasi tentara Israel di Jalur Gaza pada tahun 2007 lalu.
Karier pria yang menutup karier bermainnya di Liga Cina bersama Beijing Gouan ini mulai naik daun semasa memperkuat West Ham United. Selama tiga musim memperkuat The Hammers, yaitu tahun 2000 hingga 2003, Kanoute mencetak tiga puluh gol. Catatan lumayan itu membuatnya direkrut klub London lainnya, Tottenham Hotspur.
Namun akibat kalah saing dengan Jermain Defoe dan Robbie Keane, Kanoute menjalani dua musim yang buruk bersama Tottenham. Nasibnya baru berubah di tangan Ramon Rodriguez alias Monchi. Penasihat teknik Sevilla ini dengan berani memboyong penyerang asal Mali tersebut dengan mahar skeitar 6,5 juta euro.
Harga itu cukup mahal bagi pemain yang hanya mencetak 15 gol selama dua tahun di Liga Inggris. Namun, Kanoute membayar semua kepercayaan itu dengan menggoreskan sendiri namanya dengan tinta emas sebagai legenda Sevilla.
Kanoute mengantarkan Sevilla menjuarai Piala UEFA pada tahun 2006 dan 2007. Total 90 gol pun dilesakkannya selama tujuh musim berbaju Sevilla. Meski tak menghasilkan sepeser pun ketika pindah ke Beijing Guoan, Kanoute telah memberi lebih dari sekadar uang selama pengabdiannya untuk Sevilla.
Masa pengabdiannya di Sevilla tak luput dari kontroversi. Selain insiden selebrasi bendera Palestina yang membuahkan denda sebesar 4.000 dolar, Kanoute juga sempat terlibat perkelahian dengan Francesc Fabregas. Insiden yang terjadi pada pertandingan Sevila melawan Barcelona di tahun 2011 ini dipicu sebuah kesalahpahaman. Kanoute mengira Fabregas melakukan provokasi rasial kepada dirinya.
Saking sayangnya para Sevillistas kepada sang mesin gol, sampai sekarang saya masih sering melihat para suporter mengenakan jersey bertuliskan nama ‘Kanoute’. Di kalangan masyarakat Muslim di Sevilla, Kanoute juga sangat dihormati berkat berbagai kegiatan sosial yang sering dilakukannya selama tinggal di kota tersebut.
Salah satu kontribusinya adalah ketika membeli sebuah masjid yang terletak di daerah Ponce de Leon di kota Sevilla. Kanouté mendonasikan sekitar 500 ribu euro untuk menyelamatkan masjid yang nyaris dijual tersebut. Sampai sekarang, masjid tersebut tetap berjalan di bawah pengelolaan yayasan Muslim dan tetap aktif menjadi salah satu pusat kultur Islam di Andalusia.
Baca juga: Jalan Islam Frederic Kanouté
Setelah pensiun dari dunia sepak bola, Kanoute masih aktif mengelola berbagai yayasan sosial di negaranya. Salah satunya adalah Sakina Children’s Village, yayasan yang berfokus dalam membantu pendidikan anak-anak Muslim kurang beruntung di Mali.
Selamat ulang tahun, Frederic. Terima kasih sudah menunjukkan warna Islam yang sejati kepada dunia lewat sepak bola.
Author: Mahir Pradana (@maheeeR)
Mahir Pradana adalah pencinta sepak bola yang sedang bermukim di Spanyol. Penulis buku ‘Home & Away’.