Sepak bola Indonesia sudah lama kental dengan nuansa politis
Lagi-lagi bukan hal baru yang terjadi di Indonesia, andai memang alasan utama Indonesia berhadapan dengan Fiji terkait dengan dukungan negara tersebut dalam permasalahan dengan Papua. Karena memang sejak lama olahraga, terutama sepak bola, memiliki kaitan erat dengan dunia politik.
Presiden pertama, Ir. Soekarno adalah yang paling kentara “menggunakan” sepak bola sebagai bagian pergerakan politik yang ia lakukan ketimbang presiden-presiden lain yang sempat memimpin Indonesia. Bahkan dalam beberapa kesempatan, beliau sempat menyebut bahwa sepak bola adalah “alat revolusi”.
Anda bisa membaca literatur atau teks lain soal Games of New Emerging Forces atau Ganefo. Ini merupakan perhelatan olahraga serupa Olimpiade yang diprakarsai oleh Bung Karno dan digelar pada tahun 1963. Ide penyelenggaraan pesta olahraga ini merupakan hasil dari konsepsi negara-negara Asia, Afrika, dan Amerika Latin yang telah lepas dari imperialisme dan kolonialisme setelah Perang Dunia 2.
Ganefo digunakan sebagai media untuk menunjukan kepada dunia, Indonesia berada di posisi terdepan untuk membangun tatanan dunia baru yang lebih baik. Saksi bisu Ganefo masih bisa Anda lihat saat ini yakni stadion kebanggaan kita, Gelora Bung Karno dan komplek olahraga Istora Senayan.
Juga soal lawatan internasional yang dilakukan oleh Indonesia ke sejumlah negara terutama benua Eropa sekitar tahun 1950 hingga 1960. Tujuan dari perjalanan tersebut adalah memperkenalkan Indonesia ke mata dunia. Sebelum berangkat, Soekarno menitipkan pesan yang kemudian melegenda kepada penyerang timnas, Sucipto Suntoro, yang akan selalu tertanam benar ke dalam hatinya. “Kau, Gareng, lawan si Belanda itu. Tunjukkan bahwa bangsa Indonesia itu bangsa besar!”, ujar Soekarno.
Di masa-masa selanjutnya, kita juga bisa melihat bagaimana sepak bola menjadi alat atau tunggangan seseorang untuk meraih tujuan politisnya. Masih kental tentunya di ingatan bagaimana dulu ketika masih dimanja oleh anggaran daerah, klub sepak bola acapkali digunakan untuk melanggengkan seseorang untuk bisa menduduki sebuah kekuasaan.
Bahkan ketika terjadi konflik antara Kementerian Pemuda dan Olahraga dengan PSSI yang berujung dengan sanksi dari FIFA, lagi-lagi ada beberapa pihak yang menunggangi isu ini demi kepentingan politik mereka.
Maka seandainya memang alasan besar mengapa timnas Indonesia berhadapan dengan Fiji lebih banyak disebabkan oleh sesuatu yang politis, ya mau bagaimana lagi? Tidak ada olahraga yang sepopuler dan menyedot perhatian banyak massa seperti yang dilakukan oleh sepak bola.
Author: Aun Rahman (@aunrrahman)
Penikmat sepak bola dalam negeri yang (masih) percaya Indonesia mampu tampil di Piala Dunia