Waktu menunjukkan pukul 20.00 WIB. Itu adalah malam kedua di bulan Ramadan 1438 Hijriyah. Hujan deras masih mengguyur Stadion Petrokimia, Gresik sejak maghrib. Ratusan pendukung PSM Makassar tampak berteduh di bawah pintu masuk VIP stadion.
Di antara kerumunan pendukung tim berjuluk Juku Eja tersebut, terlihat beberapa orang sibuk mengutak-atik kamera. Mereka adalah fotografer yang sengaja datang untuk mengabadikan momen pertemuan antara Persegres Gresik United menghadapi PSM Makassar.
10 menit menjelang kick-off dimulai, hujan mulai reda. Senyum lega tampak dari bibir para fotografer yang sedari tadi mengeluh jika hujan tetap deras saat pertandingan dimulai. Satu per satu dari mereka mulai masuk ke lapangan untuk persiapan terakhir menjelang sepak mula.
Pemain dari kedua kesebelasan mulai memasuki lapangan. Masing-masing tim berbaris terpisah mebentuk dua barisan menghadap tribun VIP. Pemotretan foto tim, ritual pertama para fotografer telah dimulai. Suara “klik” khas kamera ketika memotret terdengar bersahutan. Tidak lama berselang masing-masing dari mereka memisahkan diri ke ujung utara dan selatan stadion.
Peluit panjang tanda pertandingan dimulai telah dibunyikan. Ketika ada pemain yang mendekat ke sisi mereka, dengan sigap momen tersebut diabadikan. Sesekali mereka berbincang-bincang ketika bola berada jauh di sisi yang lain. Tak jarang pula mereka membanggakan hasil jepretan mereka ke rekannya yang dongkol karena belum mendapatkan gambar yang bagus. Aktivitas tersebut terjadi berulang kali hingga pertandingan selesai.
***
19 Agustus yang lalu diperingati sebagai hari fotografi sedunia. Hari yang didedikasikan untuk mengampanyekan perubahan positif lewat media fotografi. Dalam dunia fotografi sepak bola, sudah cukup banyak karya fotografi yang menginspirasi banyak orang.
Ambil contoh foto selebrasi pemain Bali United yang sempat viral saat itu. Tiga pemain berbeda keyakinan melakukan selebrasi dengan memanjatkan syukur sesuai dengan keyakinannya masing-masing. Sebuah momen yang indah dan sangat menginspirasi. Fotografi yang membuat momen tersebut tetap bisa dinikmati dan menginspirasi sepanjang masa.
Kisah di awal alinea adalah sedikit gambaran tentang bagaimana seorang fotografer sepak bola bekerja. Sekilas, menjadi fotografer sepak bola terlihat sangat mudah. Kelihatannya saja, namun sebenarnya banyak tantangan yang harus mereka hadapi. Mereka dituntut untuk selalu fokus dan siap, supaya tidak melewatkan momen penting.
Tantangan lainnya adalah soal teknis. Objek foto, sang pemain, mereka selalu bergerak. Tidak hanya bergerak, mereka berlari. Tanpa peralatan dan cahaya sekitar yang memadai, mustahil untuk mendapatkan foto pemain yang sedang berlari tanpa blur sedikit pun. Jika pertandingan digelar sore hari, masalah ini kurang menjadi halangan. Lain halnya ketika pertandingan digelar malam hari yang pencahayaannya kurang. Beberapa stadion di Indonesia memiliki pencahyaan yang buruk di malam hari. Itulah sebabnya selalu ada verifikasi pencahayaan stadion di awal kompetisi.
Lucunya, meskipun masih ada stadion yang pencahayannya masih di bawah standar, PSSI masih saja meloloskannya. Sepertinya PSSI tidak ingin pekerjaan fotografer di lapangan menjadi terlalu mudah.
Skill dan pengalaman fotografer akan banyak menentukan hasil akhir foto. Peralatan juga tidak kalah penting, namun skill tetap menjadi faktor utama. Jauh sebelum kamera DSLR ditemukan, fotografer di lapangan hijau masih menggunakan kamera film. Tentu saja masih banyak kekurangannya. Fotografer tidak bisa enak dan nyaman menjepret momen dikarenakan kapasitas penyimpanan yang masih sangat terbatas. Berbeda ketika kamera DSLR ditemukan, fotrografer bisa lebih leluasa mengabadikan setiap momen, lalu menyeleksi foto mana yang bagus di lain waktu.
Seiring dengan berkembangnya teknologi di bidang fotografi, pekerjaan fotografer sepak bola menajdi semakin mudah. Pola konsumsi masyarakat menikmati karya fotografi yang sudah berbeda juga memengaruhi berkembangnya teknologi fotografi.
Masyarakat saat ini lebih terbiasa menikmati karya fotografi lewat media digital. Pergeseran teknologi dari analog (film) menuju digital, membuat setiap karya dari lapangan hijau bisa dinikmati lebih cepat oleh masyarakat luas.
Kebanyakan fotografer sepak bola bekerja untuk media, baik cetak maupun digital. Beberapa ada yang hanya melakukannya sebagai sarana menyalurkan kecintaannya pada dunia sepak bola dan fotografi. Meskipun datang dari latar belakang yang berbeda-beda, tidak semua orang bisa menjadi fotografer sepak bola.
Untuk bisa memotret di lapangan hijau di pertandingan diperlukan izin. Izin tersebut biasanya dikeluarkan oleh media officer atau panitia pelaksana event setempat. Ada beberapa tahapan seleksi dan verifikasi yang harus dipenuhi sebelum izin bisa dikeluarkan.
Lalu, apakah ada pengaruhnya fotografer sepak bola terhadap permainan di lapangan secara lanngsung? Tidak ada data pasti yang mendukung teori ini. Namun, berdasarkan pengalaman pribadi penulis, pemain yang fotonya dipublikasikan secara positif oleh media, permainannya menjadi lebih baik di laga berikutnya.
Anda boleh percaya atau tidak dengan teori ini. Atau anda bisa melakukan penelitian lebih dalam mengenai teori ini. Tapi yang pasti, fotografi memegang faktor kunci di sepak bola dari masa ke masa.
Author: Arif Dimas (@esoensamid)