Eropa Inggris

Era Baru di Tubuh Portsmouth

Ajang Piala FA di musim 2007/2008 silam mungkin jadi salah satu momen paling tak terlupakan bagi pendukung setia kesebelasan dari selatan Inggris, Portsmouth. Di bawah komando Harry Redknapp, tim yang bermarkas di Stadion Fratton Park ini sukses menjadi kampiun setelah menjungkalkan Cardiff City dengan skor tipis 1-0 di partai final via gol penyerang asal Nigeria, Nwankwo Kanu.

Sayangnya, usai menorehkan pencapaian apik tersebut, Portsmouth justru dilanda problem finansial akut dan menyebabkan mereka masuk ke badan administrasi. Keadaan ini juga yang membuat klub berjuluk Pompey ini punya performa buruk sehingga terdegradasi perlahan-lahan dari Liga Primer Inggris.

Klub yang identik dengan warna biru ini bahkan pernah ditinggalkan oleh seluruh pemainnya yang berstatus profesional akibat kesulitan membayar gaji dan cuma berlaga di League Two per musim 2013/2014, kasta keempat dalam piramida sepak bola Inggris.

Beruntung, Portsmouth memiliki suporter yang begitu loyal terhadap mereka. Melalui perkumpulan yang diberi nama Pompey Supporters Trust (PST), perkumpulan yang terdiri dari sekitar 2.300 orang ini lantas mengeluarkan klub dari badan administrasi.

Secara sukarela, mereka mengumpulkan dana untuk membayar utang-utang yang dimiliki oleh klub, baik kepada kreditur maupun para mantan pemain. Pelan tapi pasti, PST juga merekonstruksi klub kesayangan mereka agar menjadi lebih kompetitif dan mampu bersaing di League Two.

Walau harus tertatih-tatih dan mengalami banyak sekali rintangan seperti sulitnya mencari pemain dan pelatih, Portsmouth akhirnya memiliki skuat utuh guna bertarung di League Two musim 2013/2014. Beruntung, di tengah krisis yang melanda, Pompey masih berhasil selamat dari jeratan degradasi.

Usaha Portsmouth agar naik kasta kembali dicoba di musim kompetisi 2014/2015. Nahasnya kegagalan kembali mengiringi langkah mereka. Bahkan di pengujung musim, banyak penggawa mereka yang angkat kaki meninggalkan Stadion Fratton Park. Hal ini diakibatkan ketidakmampuan Portsmouth untuk mengontrak para penggawanya dengan durasi lebih lama.

Walau nyaris diisi oleh banyak pemain baru, perjalanan Portsmouth di League Two musim 2015/2016 berlangsung lebih baik. Buktinya, mereka sanggup menembus babak play-off promosi ke League One. Akan tetapi, perjuangan mereka harus kandas di babak semifinal usai keok dari tangan Plymouth Argyle.

Cita-cita Portsmouth naik kasta ke League One pada akhirnya terpenuhi di musim 2016/2017 kemarin. Brett Pitman dan kawan-kawan sanggup keluar sebagai jawara League Two usai finis di posisi puncak dengan koleksi 87 angka.

Keberhasilan Pompey promosi ke League One per musim 2017/2018 nanti juga diikuti oleh sebuah kabar perihal akusisi yang baru-baru ini dilakukan oleh mantan Chief Executive Disney, Michael Eisner, via konsorsium bernama The Tornante Company. Fakta ini sekaligus mengakhiri era kepemilikan PST yang berat namun penuh kesan itu.

Masuknya The Tornante Company tentu membawa satu era baru di tubuh Portsmouth. Asa pun menyeruak di kalangan suporter. Kehadiran Eisner dan timnya diharapkan benar-benar mampu membawa Pompey menjadi kesebelasan yang lebih baik, di dalam lapangan maupun di luar lapangan, saat bertempur di League One nanti.

Hal ini lazim karena suporter setia Portsmouth tentu tak ingin melihat klubnya kembali ada di periode buruk dan bahkan terancam bangkrut seperti yang dialami beberapa tahun lalu. Tanggung jawab lumayan besar kini hinggap di pundak Eisner, yaitu membangun Portsmouth menjadi tim yang kompetitif dan berpeluang promosi ke Championship.

Jadi, sanggupkah Eisner mampu mewujudkan harapan tersebut?

Author: Budi Windekind (@Windekind_Budi)
Interista gaek yang tak hanya menggemari sepak bola tapi juga american football, balap, basket hingga gulat profesional