“Ah, masa Neymar dihargai setinggi itu? Jika benar, maka Lionel Messi nilai transfernya bisa 1 miliar paun, dong?”
“Bonucci cuma dihargai 40 juta euro? Salah satu bek terbaik dunia, lho! Kalau 60–an juta euro masih logis.”
“Kylian Mbappe memang berbakat, tetapi kemahalan ah jika Real Madrid sampai mau keluar 100 juta euro lebih. Untuk pemain yang masih berusia 18 tahun pula.”
Pendapat-pendapat seperti ini marak sekali saat aktivitas transfer berlangsung musim panas ini. Terkesan pemain bola itu seperti barang yang bisa ditaruh harga, ya? Kenapa bisa 40 juta euro dianggap terlalu murah? Tetapi, apa ukuran nilai transfer kemahalan itu? Bagaimana ukuran nilai pemain di bursa transfer yang serba panas ini?
Ada rumus yang disebut MERC, perkiraan harga pasar pemain hasil studi dari perusahaan konsultan Futbol Finanzas. Ada beberapa faktor yang menentukan nilai seorang pesepak bola, misalnya penampilannya di atas lapangan, jumlah gol, prestasi dan faktor usia. Posisi bermain mereka juga dewasa ini sering menjadi penentu harga pemain.
Hasil studi ini juga mengacu nilai maksimum transfer 100 juta euro. Terkesan berlebihan, ya? Tetapi sudah ada bukan pemain-pemain yang nilai transfernya mendekati angka ini?
Menyoal transfer kemahalan, berikut ini adalah sederet pemain bagus dengan nilai transfer kemahalan. Tepatnya, nilai mereka dianggap terlalu tinggi. Beberapa memang mampu menunjukkan penampilan yang cukup stabil, namun, yang lain ternyata tidak terlalu bersinar. Siapa saja ya mereka?
Raheem Sterling (Liverpool ke Manchester City, 49 juta paun. Tahun: 2015)
Nilai transfer Sterling ke City pada 2015 (saat tim kaya ini dilatih Manuel Pellegrini) ini mencatat sejarah sebagai transfer termahal pemain Inggris karena jauh lebih mahal ketimbang saat Andy Carroll pindah dari Newcastle ke Liverpool pada 2011.
Saat masih berseragam Liverpool, kinerja Sterling terbilang cemerlang; mencetak 29 gol dalam 129 laga. Namun, dengan usia yang masih terbilang muda saat itu (20 tahun), banyak yang menganggap transfer Sterling ini kemahalan.
Di bawah asuhan Pellegrini, justru Sterling tidak terlalu cemerlang. Dan setelah Pep Guardiola melatih musim 2016/2017, kinerja pemain yang bergabung ke Liverpool dari Queens Park Rangers pada 2010 ini mulai menunjukkan perkembangan pesat.