Nasional Bola

Dua Opsi untuk Jafri Sastra

Satu per satu, pelatih di Go-Jek Traveloka (GT) Liga 1 tumbang dan Senin (31/7) kemarin, dua pelatih mengumumkan pengunduran dirinya yang hanya berselang hitungan jam. Aji Santoso (Arema FC) dan Jafri Sastra (Mitra Kukar) akhirnya turun dari kursi panas mereka sebelum kompetisi musim ini berakhir.

Arema FC dan Mitra Kukar memang menjadi tim yang gagal mencapai ekspektasi sejauh ini. Singo Edan melenceng dari target paruh musim untuk finis di peringkat lima, sedangkan Naga Mekes bermasalah dengan rekor tandang serta pertahanannya.

Tim asuhan Jafri Sastra selalu kalah di lima laga away terakhir, di mana dua di antaranya kemasukan lebih dari tiga gol. Bayu Pradana dan kawan-kawan dilumat Persipura enam gol tanpa balas, sedangkan Bhayangkara FC berpesta empat gol ke gawang mereka di pekan ke-16. Hasil ini tentu menjadi ironi karena Jafri Sastra terkenal sebagai salah satu pelatih dengan sistem pertahanan terbaik di Indonesia.

Spekulasi pun merebak, ke mana mereka akan berlabuh nanti?

Aji Santoso sendiri mengatakan bahwa ia ingin istirahat sejenak dari rutinitas dunia kepelatihan di pentas sepak bola profesional, sedangkan untuk Jafri Sastra, saya merasa bahwa dirinya masih akan eksis di kursi kepelatihan GT Liga 1 musim ini. Setidaknya ada dua klub yang bisa menjadi opsi tujuannya.

Sriwijaya FC
Kredit: Liga 1

Sriwijaya FC

Mulai dari Osvaldo Lessa hingga Hartono Ruslan, tak ada yang mampu membawa Sriwijaya FC stabil bertengger di papan atas, sesuai habitatnya. Musim ini, prestasi Laskar Wong Kito jeblok dengan terbenam di peringkat 15, tepat di batas antara zona degradasi dan zona aman.

Menurut saya, permasalahan Sriwijaya FC musim ini adalah ketidakmampuan mereka memanfaatkan lini tengah untuk membangun serangan. Distribusi bola Sriwijaya FC seringkali dilakukan dengan umpan panjang dari lini belakang langsung ke depan, bertumpu pada kecepatan Beto Goncalves dan Hilton Moreira.

Pola serangan seperti itu sebenarnya bisa sangat berbahaya, jika dilakukan saat serangan balik, bukan ketika sepertiga akhir lapangan sudah penuh dengan pemain lawan yang sudah siap di posisinya masing-masing. Inilah mengapa Sriwijaya FC membutuhkan sosok Jafri Sastra.

Mitra Kukar bisa dibawa menjadi tim yang sesuai dengan ciri khasnya. Mengandalkan serangan balik melalui umpan panjang yang ditujukan ke sisi sayap, bertumpu pada kecepatan Hendra Bayauw, Yogi Rahadian, Septian David Maulana atau Andre Agustiar.

Di ujung tombak Naga Mekes sendiri berdiri seorang Marclei Santos yang memiliki sentuhan yang sangat bagus pada bola. Ia memiliki kemampuan untuk mengejar umpan terobosan dan menahan bola untuk menunggu rekan-rekannya naik.

Materi pemain seperti ini sebenarnya cukup berlimpah dengan yang dimiliki Sriwijaya FC. Klub pemilik dua titel Liga Indonesia ini dihuni banyak pemain cepat di lini serang. Selain Beto dan Hilton, masih ada Anis Nabar, Nur Iskandar, Talaohi Musafri bahkan Airlangga Sucipto, yang bisa diberdayakan untuk melahap bola-bola through pass.

Jika Jafri Sastra dipinang klub asal Palembang itu, menurut saya, akan menjadi kerja sama yang saling menguntungkan. Materi pemain Sriwijaya FC saat ini sesuai dengan karakter permainan Jafri, tinggal menaikkan mental bermain Yu Hyun Koo dan kawan-kawan, serta mengubah idealisme permainan menghibur yang selama ini dipegang teguh Sriwijaya FC, menjadi permainan pragmatis yang mengutamakan hasil. Setidaknya untuk sementara, musim ini saja.

Sebagai sebuah tim papan bawah, sudah selayaknya Sriwijaya FC mementingkan pertahanan lebih dulu, berusaha agar tidak kebobolan dan melancarkan serangan balik cepat. Menang tipis tidak masalah, karena yang terpenting adalah tiga poin untuk menaikkan posisi.

Musim lalu, di Torabika Soccer Championship (TSC) 2016, Sriwijaya FC keluar sebagai tim terproduktif, dengan materi pemain yang hampir sama dengan sekarang. Seharusnya, mereka bisa mempertahankan performa itu. Jika tidak dengan Osvaldo Lessa ataupun Hartono Ruslan, Jafri Sastra bisa menjadi jawabannya.

Previous
Page 1 / 2