Jika kamu seorang Milanisti, sama seperti saya, kamu pasti sangat familiar dengan nama yang satu ini. Seorang remaja yang dengan congkaknya mencetak tujuh gol ke gawang klub kita tercinta, hanya dalam dua pertandingan saja. Dengan kata lain, ia membuat satu quattrick dan satu hattrick.
Remaja yang sekarang berulang tahun ke-23 ini memang sangat bajingan, seperti salah satu lirik di lagu milik grup band, Wali. Bahkan kalau saya memiliki wewenang untuk memasang nameset di jersey Sassuolo, saya akan mengganti nama ‘Berardi’ menjadi ‘Bajingan’. Sialan betul!
Berardi yang kita benci ini awalnya tidak menunjukkan tanda-tanda sebagai musuh kita bersama, justru diprediksi akan menjadi andalan timnas Italia. Lima tahun yang lalu ia melakukan debutnya di Sassuolo, saat I Neroverdi masih berkompetisi di Serie B. Selang lima hari kemudian, ia mencetak gol pertamanya saat melawan Crotone.
Pemain berambut kecoklatan ini kemudian sempat diincar beberapa tim Inggris, namun ia memutuskan untuk bertahan di Sassuolo dan membawa timnya promosi ke Serie A musim 2013/2014. Andai saja ia jadi pindah ke Inggris waktu itu, Milanisti yang baik hati mungkin tak perlu naik pitam setiap mendengar nama Berardi.
Ketika baru saja mentas di Serie A, Berardi sudah menunjukkan tanda-tanda menjadi remaja brengsek di hadapan Milanisti. Saat itu ia masih berstatus kepemilikan bersama antara Sassuolo dan Juventus. Ketika membawa Sassuolo meraih kemenangan perdananya di Serie A, ia mencetak trigol dalam kemenangan 4-3 kontra Sampdoria.
Pada 12 Januari 2014, momen itupun tiba. Di Mapei Stadium, Milan mampu unggul 2-0 lebih dulu sebelum si pemain muda yang satu ini membalasnya dua kali lebih banyak. Sisa waktu gagal dimanfaatkan Milan karena banyak peluang yang terbuang. Untungnya, ada gol Riccardo Montolivo yang sedikit mengubah headline beberapa surat kabar dari “kalah memalukan” menjadi “kalah tipis”, walau tetap saja memalukan.
Empat golnya itu mengangkat Berardi sebagai pemain termuda kedua yang mencetak quattrick di Serie A, di bawah Silvio Piola, yang juga menjadi pemain pertama, saya ulangi lagi, pemain pertama yang mencetak empat gol ke gawang klub tersukses di Italia dan umurnya baru 20 tahun kala itu. Asu tenan.
Jelang akhir musim, di laga kontra Fiorentina, ia kembali memborong tiga gol Sassuolo dan kali ini hanya dilakukannya di satu babak. Untuk sementara ia terllihat seperti pahlawan karena berkat kemenangan 4-3 itu, klub berseragam hijau-hitam dibawanya menjauh dari zona degradasi.
Akan tetapi, momen itu ternyata membuat sifat brengsek Berardi di depan gawang lawan kumat di musim selanjutnya, musim 2014/2015. Di kandang Sassuolo, tiga gol ia cetak ke gawang Diego López di pertandingan yang diwarnai kartu merah Jack Bonaventura dan Suso itu. Umpatan serta hujatan pun tak dapat dibendung lagi dari mulut para Milanisti yang sebenarnya baik hati.
Berardi memang konsisten menunjukkan performa tajam di dua musim perdananya di Serie A. Musim 2013/2014 ia lewati dengan raihan 15 gol dan 10 asis, lalu di musim berikutnya ia menorehkan 16 gol. Dia hanya membutuhkan 59 pertandingan untuk mencetak 30 gol di kompetisi resmi, lebih cepat dari Lionel Messi yang membutuhkan 70 laga untuk jumlah gol yang sama.
Lebih bajingan lagi, Berardi mendapat pujian setinggi langit dari pelatih legendaris Milan, Arrigo Sacchi, berkat performa impresifnya di usia yang baru menginjak kepala dua. Ia menjadi pemain termuda yang mengukir 30 gol di Serie A sejak 1958 dan yang termuda saat mencetak gol ke-40, mengalahkan rekor Alexandre Pato. Hmm…lagi-lagi Milan yang menjadi korban.
Status kepemilikan Berardi kemudian dimiliki penuh oleh Sassuolo setelah menebusnya seharga 10 juta euro dari Juventus pada akhir musim 2014/2015 lalu. Ia kemudian membawa Sassuolo finis di peringkat enam musim 2015/2016, yang artinya, membawa ia dan rekan-rekannya lolos ke Liga Europa untuk pertama kalinya.
Sudah cukup sekian cerita tentang pemain bernomor punggung 25 ini, karena saya tidak ingin menambah dosa dengan menulis beragam umpatan yang keluar setelah mendengar namanya.
Buon compleanno, Domenico!
Author: Aditya Jaya Iswara (@joyoisworo)
Milanisti paruh waktu yang berharap Andriy Shevchenko kembali muda dan membawa AC Milan juara Liga Champions Eropa lagi.