Putaran pertama Go-Jek Traveloka Liga 1 sudah usai. Tanpa menunggu lama hingga dimulainya gelaran putaran kedua, tim-tim peserta sudah ancang-ancang untuk melakukan perombakan terhadap skuat mereka. Persib Bandung yang gagal tampil sesuai ekspektasi yang dibebankan kepada mereka adalah salah satu yang paling giat berburu pemain baru. Dari beberapa nama yang diincar, ada satu yang sudah kemungkinan besar mendarat yaitu bek senior, Purwaka Yudhi.
Purwaka sebenarnya sudah bergabung dengan tim Maung Bandung sejak turnamen pengganti kompetisi reguler, Piala Bhayangkara, pada tahun 2016 lalu bersama dengan Samsul Arif dari Arema FC. Ia bertahan hingga ajang Torabika Soccer Championship, namun kemudian dilepas karena cedera yang dialaminya tidak kunjung sembuh. Maka pertanyaan besarnya tentu adalah mengapa Persib Bandung mendaratkan bek kelahiran Lampung ini?
Terkenal sebagai pemain yang rentan cedera, sudah jadi alasan wajar ketika kebanyakan Bobotoh memberikan tanda tanya ketika Purwaka mendarat di Bandung. Soal usia mungkin akan jadi persoalan lain mengingat Purwaka saat ini berusia 33 tahun. Memang di Eropa sana, pemain bertahan semakin tua semakin baik penampilannya.
Jadi, apakah yang didapatkan Persib dari Purwaka adalah wine bermutu baik apakah justru asam atau pahit bukan main?
Boleh jadi soal pengalaman yang dicari Persib dari seorang Purwaka. Ia sudah bermain di berbagai tim di Indonesia mulai dari Persekabpas Pasuruan, Deltras Sidoarjo, hingga kemudian lama bertahan di Arema. Ia pun sempat meraih gelar juara bersama kesebelasan asal Kota Apel tersebut. Ada pengalaman melewati masa-masa sulit yang dibutuhkan oleh Persib dan ini ada dalam diri seorang Purwaka.
Terlebih, Maung Bandung memang membutuhkan tenaga di jantung pertahanan mereka. Vladimir Vujovic dan Ahmad Jufriyanto sepanjang paruh musim belum mencapai permainan terbaik mereka. Salah satu partner bek tengah terbaik di kompetisi Indonesia ini justru sepanjang putaran satu lebih banyak mengoleksi kartu ketimbang membuat tim mereka minim kemasukan. Imbasnya, sewaktu-waktu keduanya tidak bisa bermain bersama.
Karena pada akhirnya, segala sesuatu yang dilakukan oleh Persib menghadapi putaran kedua sejatinya adalah perjudian. Langkah yang mereka ambil bisa membawa mereka peringkat meroket di klasemen atau justru kebalikannya, Persib terbenam dan mesti mendapati diri mereka bermain di Liga 2 di musim mendatang.
Usia pun tidak bisa menjadi jaminan. Para pemain muda memang bersemangat dan bertenaga lebih segar, tapi mereka kebanyakan belum punya banyak pengalaman bermain di pertandingan yang tensi tinggi. Sementara seluruh pertandingan yang dilakoni Persib di paruh kedua sama pentingnya dan berpengaruh terhadap nasib mereka di musim mendatang.
Pemain yang lebih senior pun belum tentu menjadi jaminan. Mereka memang berpengalaman dan banyak makan asam garam di kancah sepak bola Indonesia. Tapi bagaimana bila ternyata yang didaratkan Persib adalah pemain-pemain yang masanya sudah habis? Persib justru akan mendapati pemain mereka kehabisan bensin bahkan sebelum pertandingan benar-benar usai.
Jadi, akankah perjudian dengan Purwaka akan sukses?
Author: Aun Rahman (@aunrrahman)
Penikmat sepak bola dalam negeri yang (masih) percaya Indonesia mampu tampil di Piala Dunia