Eropa Inggris

Transfer Mahal Manchester City: Benarkah Mereka Merusak Sepak Bola?

Sebuah kota selalu identik dengan sesuatu. Entah sumber alam, tempat bersejarah, budaya atau bisa jadi klub sepak bolanya. Liverpool identik dengan band legendaris The Beatles dan tentunya Liverpool FC yang berbasis di Anfield. Kota Manchester identik dengan klub Manchester United yang mulai bangkit lagi di tahun 1990-an menjadi klub sarat gelar di bawah kepelatihan Sir Alex Ferguson. Manchester United adalah klub simbol kota Manchester. Nyaris tidak ada yang mengenal klub tetangganya, Manchester City.

Namun tahun 2008, kehadiran Sheikh Mansour dari Abu Dhabi Group mengubah wajah klub tetangga ini. Manchester City bertransformasi dari klub biasa saja menjadi klub yang diperhitungkan di Inggris. Di sini uang benar-benar bicara.

Sebenarnya, pemilik yang dulu, mantan perdana menteri Thailand, Thaksin Sinawatra, juga punya andil dalam membesarkan City dan membuka jalan bagi para pengusaha Negeri Gajah Putih untuk membeli klub-klub Liga Inggris. Saat Thaksin melepas kepemilikan City kepada Sheikh Mansour (karena Thaksin terlibat kasus korupsi), harganya juga luar biasa. Jika dirupiahkan bisa mencapai 3,8 triliun rupiah!

Belanja gila City saat itu memang membuat dunia ternganga. Dan tentu semua masih ingat di era pertengahan 2000-an saat muncul para konglomerat baru yang membeli klub sepak bola. Roman Abramovich, misalnya. Miliarder Rusia ini mengubah wajah Chelsea dengan menghadirkan sejumlah pemain papan atas yang akhirnya menjadikan Chelsea sebagai salah satu klub yang diperhitungkan bahkan stabil hingga saat ini. Begitu juga dengan City. Kehadiran mereka mengubah wajah persaingan sepak bola, tidak hanya di Inggris, namun juga Eropa dan dunia.

Ambisinya? Sheikh Mansour ingin City bisa menembus empat besar Liga Primer Inggris. Ya, kehadiran para konglomerat ini seolah-olah menganggap bahwa dengan uang prestasi bisa dibeli. Padahal, untuk membangun prestasi tentunya bukan dalam waktu setahun dua tahun, bukan?

Akhirnya, setelah beli banyak pemain mahal, semuanya membuahkan hasil juga. Roberto Mancini berhasil membawa City menjadi juara Liga Primer Inggris musim 2011/2012 dan Piala FA (2011) serta Community Shield (2012). Dan mantan pelatih Real Madrid, Manuel Pellegrini, sempat mengulangi kisah sukses City saat membawa Yaya Toure dan kolega meraih gelar Liga Primer Inggris musim 2013/2014 dan dua kali Piala Liga (2014 dan 2016).

Namun, bagaimana dengan prestasi di kancah Eropa? Sayangnya, untuk mencapai prestasi di level Liga Champions Eropa, butuh lebih dari sekadar membeli banyak pemain. Memang mereka sempat mengejutkan, namun hanya mentok di babak 16 besar.

Previous
Page 1 / 4