Ridwan, Teja Paku Alam dan Bayu Gatra (Sriwijaya FC)
Hampir serupa dengan situasi di PSM Makassar, kedatangan gerbong pemain ke Sriwijaya FC pada 2016 lalu menyisakan polemik tersendiri. Beberapa penggawa baru yang sudah identik dengan nomor tertentu harus rela mengubahnya. Salah satu contoh kasusnya adalah ketika tiga pemain sekaligus, Muhammad Ridwan, Teja Paku Alam dan Bayu Gatra, menginginkan nomor 23.
Dua nama terakhir akhirnya mengalah dari seniornya. Teja mengenakan nomor 94 merujuk pada tahun kelahirannya, sementara Bayu mengambil angka keramat 10, yang pernah dipakainya saat masih di level junior. Selain 23, nomor 15 juga akhirnya membuat Hapit Ibrahim mengalah untuk memberikan tempat bagi gelandang senior, Firman Utina.
Gabriel Batistuta dan Vincenzo Montella (AS Roma)
Datang ke AS Roma dengan status juru gedor hebat Fiorentina pada tahun 2000 silam, Gabriel Batistuta toh tak bisa mendapatkan semua yang diinginkannya. Identik dengan nomor punggung khas penyerang tengah murni yakni nomor 9, pemain kelahiran Argentina itu tak bisa berbuat banyak saat permintaannya ditolak pemilik angka tersebut di I Giallorossi, Vincenzo Montella.
Enggan jadi polemik, Batistuta akhirnya memilih nomor 18. Pada musim kedua, dia berganti nomor, tapi bukan ke nomor 9, melainkan nomor 20. Usut punya usut, nomor itu dipilih berdasarkan jumlah golnya di tahun perdana bersama Roma yang berbuah Scudetto di musim 2000/2001.