Kedatangan Josep ‘Pep’ Guardiola sebagai pelatih anyar Manchester City di musim 2016/2017 kemarin diyakini akan membawa banyak perubahan di tubuh klub yang bermarkas di stadion Etihad tersebut. Rekam jejak mengilap dari sosok jenius berumur 46 tahun itu memang menghadirkan serentetan ekspektasi, baik dari pihak manajemen maupun suporter setia.
Rencana perubahan yang dibawa oleh Guardiola ke kota Manchester memang tidak main-main sehingga manajemen berani memberinya keleluasaan dalam membangun armada tempur terbaik versinya. Situasi ini sendiri lantas membuat ketar-ketir sejumlah penggawa lawas Manchester City.
Dan benar saja, Guardiola memang menyingkirkan beberapa nama pemain yang dirasa tidak sesuai dengan ide yang ia miliki. Salah satu sosok lawas sekaligus menjadi pujaan publik stadion Etihad yang mesti rela disingkirkan adalah penjaga gawang utama, Joe Hart.
Guardiola menganggap Hart bukan kiper dengan kriteria yang sesuai dengan pola permainan andalannya. Oleh karena itu, Guardiola meminta kubu The Citizens untuk mencomot kiper asal Cile yang membela Barcelona, Claudio Bravo. Kemampuan Bravo dianggap Guardiola lebih pas untuk kebutuhan taktikalnya.
Keberadaan Bravo tentu saja menggeser posisi Hart yang selama delapan musim menjadi kiper utama. Mula-mula Hart tak diturunkan pada laga pramusim yang dijalani The Citizens sampai akhirnya mereka sepakat untuk meminjamkan penjaga gawang berambut pirang itu ke klub yang mentas di Liga Italia Serie A, Torino.
Setelah sekian lama menjadi kiper utama di Manchester City dan meraih sejumlah titel prestisius, bermain di Torino tentu sebuah penurunan level bagi Hart. Meskipun begitu, dirinya tetap berusaha tampil all-out dan menikmati masa ‘studinya’ bareng Il Toro.
Sepanjang musim 2016/2017, Hart menjadi tumpuan Sinisa Mihajlovic di bawah mistar. Tercatat, ia tampil sebanyak 37 kali di seluruh ajang yang diikuti Torino. Sayangnya, jala yang dikawal Hart terkoyak sampai 64 kali atau dua gol per pertandingan. Dirinya pun kerap dikritik suporter Il Toro karena sering bikin blunder.
Walau begitu, berhembus berita jika kubu Il Toro punya ketertarikan mempermanenkan Hart. Akan tetapi, mereka terkendala oleh harga jual yang ditetapkan The Citizens dan juga upah tinggi sang pemain. Alhasil, ketika masa peminjamannya berakhir, Hart pun direlakan oleh Torino untuk mudik ke kota Manchester.
Namun sial, di musim 2017/2018 yang tinggal menghitung hari, Hart tetap tidak masuk rencana Guardiola. Bahkan beberapa waktu lalu, The Citizens telah memboyong seorang kiper baru dengan usia muda kepunyaan Benfica, Ederson Moraes. Tak tanggung-tanggung, Manchester City menggelontorkan dana sebesar 40 juta euro untuk pemuda asal Brasil itu. Ederson diproyeksikan untuk berebut posisi utama dengan Bravo yang musim kemarin tampil kurang maksimal.
Keberadaan Bravo dan Ederson di pos penjaga gawang The Citizens sekali lagi membuat Hart mesti mencari klub lain yang berkenan mengenakan jasanya. Terlebih, dengan semakin dekatnya Piala Dunia 2018, Hart tentu ingin bermain reguler demi mengamankan posisi intinya di tim nasional Inggris.
Dari sejumlah kabar yang beredar, sosok yang punya 71 caps bagi The Three Lions ini siap hijrah ke kota London untuk bergabung dengan West Ham United lewat status pinjaman selama satu musim ke depan.
https://www.instagram.com/p/BWnVCNAhG7t/
Hart disebut-sebut telah merampungkan tes medis yang mesti dijalaninya bareng The Hammers. Peresmian Hart sebagai penggawa baru West Ham pun mungkin akan terjadi dalam beberapa waktu ke depan. Bagi Hart sendiri, petualangannya bersama The Hammers nanti akan dimanfaatkan semaksimal mungkin guna mengembalikan performa terbaiknya.
Lebih jauh, apa yang terjadi pada karier Hart dalam dua musim terakhir ini memang tampak ironis. Dirinya yang menjadi kiper utama Manchester City sejak era Roberto Mancini lalu Manuel Pellegrini, justru semakin sulit mendapat tempat di rumahnya sendiri begitu Guardiola tiba. Kini, Hart pun mesti rela menjalani karier profesionalnya seperti periode awal dirinya diboyong The Citizens dari Shrewsbury Town pada pada musim panas 2006.
Bedanya, Hart yang ketika itu masih berusia belia memang sengaja ‘disekolahkan’ guna mendapat pengalaman lebih. Dirinya sempat membela Tranmere Rovers (2006/2007) dan Birmingham City (2006/2007 dan 2009/2010) hingga akhirnya berhasil merebut tempat di tim utama Manchester City. Sementara saat ini, Hart seolah jadi sosok yang terbuang.
Dengan kontrak yang bakal berakhir di musim panas 2019 mendatang dan penolakan Guardiola terhadapnya, mungkin pergi dari stadion Etihad (baik dalam formula peminjaman ataupun pindah secara permanen) akan menjadi pilihan terbaik bagi sosok berumur 30 tahun ini agar karier profesionalnya tidak selesai begitu saja.
Author: Budi Windekind (@Windekind_Budi)
Interista gaek yang tak hanya menggemari sepak bola tapi juga american football, balap, basket hingga gulat profesional