Kolom

Nemanja Vučićević tentang PSM Makassar, FC Tokyo dan Sepak Bola Pantai

Nemanja Vučićević adalah salah satu pemain kelas dunia yang sempat berlaga di Indonesia. Sayang, kiprahnya di PSM Makassar sangat singkat, karena pada tahun 2015 lalu, Liga Indonesia bubar akibat disanksi FIFA. Padahal, Liga Indonesia yang pada saat itu bertajuk QNB League baru berjalan dua pekan pertandingan.

Pemain yang akrab disapa Nema ini baru tampil di pekan kedua. Ia langsung menggebrak dengan mencetak satu gol dan satu asis di pertandingan satu-satunya ketika PSM bermain imbang 3-3 dengan Sriwijaya FC. Sayang, ia luput diberitakan oleh media-media olahraga nasional akibat minimnya waktu untuk memberitakan kehebatan pemain ini.

Padahal, Nema datang ke PSM mengantungi segudang pengalaman bermain di Eropa. Ia pernah menjadi andalan dua klub Jerman, TSV 1860 München dan FC Köln serta menjadi pujaan suporter klub peserta J.League, FC Tokyo. Setelah Liga Indonesia secara resmi dihentikan, pemain berkepala plontos ini memutuskan tidak akan memperkuat tim lain lagi. Pada saat itu, usianya memasuki 36 tahun.

“Saya masih bugar dan siap bermain,” katanya kepada Football Tribe Indonesia ketika dihubungi lewat Instagram. “Tapi, setelah masa singkat di PSM, saya memutuskan untuk gantung sepatu.”

Meski demikian, kesibukannya saat ini tidak jauh-jauh dari sepak bola. Saat ini, Nema tinggal di Belgrade, Serbia dan aktif bermain sepak bola pantai. Hebatnya, ia memperkuat tim nasional sepak bola pantai Serbia.

“Saya sekalian membantu olahraga ini berkembang di negara saya,” tuturnya lebih lanjut.

Football Tribe kemudian mencoba mengingatkannya kembali tentang masa-masa singkatnya di PSM. Pemain yang memulai karier luar negerinya di Lokomotiv Moskow ini menjawab antusias.

“Saya tak akan pernah melupakan masa-masa saya di Indonesia. Itu pengalaman yang tak ada tandingannya sepanjang karier saya. Namun, saya sedih karena liga harus terhenti, padahal situasi di  PSM saat itu sangatlah menyenangkan. Nah, tahun ini saya merasa yakin PSM akan menjuarai Liga Indonesia!”

Ketika ditanya apakah ia masih mengikuti update sepak bola Indonesia, ia menjawab mantap, “Tentu saja! Dua mantan klub saya yang selalu saya ikuti perkembangannya sampai sekarang adalah FC Tokyo dan PSM Makassar.”

Lebih lanjut, Nema membandingkan klub-klub di liga-liga yang pernah disinggahinya. Selain yang disebut sebelumnya, pemain kelahiran 11 Agustus 1979 ini juga pernah berkarier di Israel (Hapoel Tel Aviv), Yunani (Kavala FC), Turki (Manisaspor) dan Siprus (Anorthosis Famagusta).

“Beberapa klub yang pernah saya perkuat didukung fasilitas bagus dan megah, sebagian lagi tidak. Namun, bagaimanapun kondisinya, semua sama-sama menginginkan hasil terbaik.”

FC Tokyo termasuk klub dengan fasilitas kelas satu di Jepang. Masa-masa yang dihabiskannya di sana juga terbilang menyenangkan. Ini terlihat dari banyaknya postingan berbahasa Jepang di akun Twitter dan Instagram-nya. Sebuah video golnya ketika memperkuat klub tersebut juga diputar di halaman depan situswebnya di sini.

Sedangkan PSM, digolongkannya sebagai klub yang tidak didukung fasilitas dan infrastruktur yang baik. Ini bisa dimengerti, mengingat kondisi stadion Mattoanging yang sudah berusia senja dan PSM tak punya fasilitas latihan memadai. Meski demikian, klub ini berkesan bagi Nema karena alasan tersendiri.

“Saya mengagumi para pendukung PSM. They have heart and big passion for the club. Itulah yang sangat saya rindukan dari mereka.” Nema lalu melukiskan kesan-kesan yang tak dapat dilupakannya di Indonesia secara umum. Menurutnya, masyarakat Indonesia sangat ramah, selalu tersenyum dan menyempatkan diri untuk menyapa.

“Semua orang selalu tersenyum, bahkan orang-orang yang tak punya banyak uang atau kesempatan pun selalu terlihat bahagia. Senyuman mereka sangat tulus. Kondisi itu membuat saya benar-benar kagum!”

Setiap kali dirinya merasa kangen akan kondisi itu, Nema pasti membuka Instagram dan membalas pesan-pesan para pencinta PSM yang masih sering menyapanya di dunia maya.

“Saya sedih karena pengabdian saya di PSM bahkan tidak cukup satu tahun,” kenangnya lagi. “Padahal, saat itu saya bertekad untuk mencetak banyak gol, menjadi salah satu pemain terbaik di Indonesia dan membuat para pendukung PSM bahagia.”

Di akhir obrolan, Nema menitipkan salam bagi para penggemarnya di Indonesia.

“Jangan lupakan saya, karena saya tidak akan pernah melupakan kalian, meskipun masa-masa saya di Indonesia hanya sebentar. Saya juga berharap PSM tahun ini akan keluar sebagai juara dan selalu mendukung dari jauh.”

“Oh, dan jangan lupa untuk follow saya di Instagram.”

Ya, jangan lupa untuk follow si botak yang ramah ini di Instagram-nya: @vucicevic_nemanja

*Terima kasih untuk Nemanja Vučićević karena telah bersedia kami wawancara. Semoga sukses dengan karier baru di sepak bola pantai!*

Author: Mahir Pradana (@maheeeR)
Mahir Pradana adalah pencinta sepak bola yang sedang bermukim di Spanyol. Penulis buku ‘Home & Away’.