Melalui rilis laman resmi klub, Borneo FC akhirnya berpisah dengan pelatih Dragan Djukanovic. Per tanggal 13 Juni 2017, pelatih berkebangsaan Serbia tersebut sudah tidak lagi menjadi juru taktik untuk kesebelasan asal Samarinda tersebut. Penampilan minor di laga tandang dianggap sebagai salah satu alasan besar mengapa akhirnya Dragan kemudian diberhentikan dari pekerjaanya. Sebelumnya, sang pelatih sendiri mengakui bila kondisi tim tidak sedang betul-betul baik. Kursi kepelatihan untuk sementara akan diberikan kepada pelatih tim U-19, Ricky Nelson.
Sosoknya tentu tidak asing bagi tim Borneo FC dan juga publik sepak bola Indonesia secara keseluruhan. Ia adalah orang yang mengantarkan tim Borneo FC II menjadi finalis di Piala Presiden 2017 lalu. Ia membawa tim cadangan Borneo FC bermain mengejutkan dan tampil sebagai giant killer. Kami setidaknya memiliki tiga alasan mengapa kesebelasan asal Samarinda ini mesti mempermanenkan status Ricky Nelson sebagai pelatih kepala.
Berusia muda
Ricky Nelson lahir di Kupang, Nusa Tenggara Timur, pada 25 Juli 1980. Tahun 2017 ini, ia tepat berusia 37 tahun. Hanya dengan posisinya yang ditunjuk sebagai pelaksana tugas pelatih Borneo FC saja, Ricky akan tercatat sebagai pelatih termuda di antara pelatih-pelatih lain yang menangani klub peserta Liga 1.
Rataan usia pelatih tim-tim Liga 1 adalah 48,9 tahun. Sebelum Ricky, rekor pelatih termuda di kompetisi kali ini sebelumnya dipegang oleh pelatih Bhayangkara FC, Simon McMenemy, yang pada tahun 2017 ini genap berusia 40 tahun. Dengan kata lain, Ricky Nelson menjadi satu-satunya pelatih di kompetisi Liga 1 ini yang usianya bahkan belum mencapai angka 40 tahun.
Usia muda coach Ricky tentu menawarkan banyak hal-hal yang lebih segar. Ia hidup ketika sepak bola Indonesia memasuki era yang jauh berbeda dibandingkan sebelumnya. Usia yang lebih muda tentu lebih menawarkan semangat, tenaga dan gairah yang lebih besar. Cocok dengan Borneo FC yang kini membutuhkan banyak tenaga untuk mendongkrak posisi mereka di klasemen.