13 April 2011. Pekan pertandingan ketiga Grup H Piala AFC. Persipura Jayapura berhadapan dengan Chonburi FC di Stadion Mandala, Jayapura. Kedua tim memburu kemenangan untuk bisa terus berada di pucuk klasemen sementara. Tetapi Persipura memang sulit dikalahkan ketika bermain di kandang sendiri. Terbukti dengan bagaimana mereka mencetak gol cepat pada menit ke-9.
Ian Louis Kabes dan Boaz Solossa melakukan kombinasi apik di area kiri penyerangan. Boaz kemudian melepaskan umpan ke jantung pertahanan lawan. Secara tidak terduga, seorang pemain kemudian lepas dari kawalan dan mencocor bola ke gawang kiper Shintaweechai “Kosin” Hathairattanakool. Selebrasi yang ia lakukan dingin dan polos. Meskipun ada sedikit senyum, ia hanya berdiri tegak. Lalu memeluk ketika rekan-rekan setimnya menghampiri. Pemain tersebut adalah Yustinus Pae.
Tipa, begitu nama kecil Yustinus Pae sekaligus sapaan akrab dari orang-orang yang mengenalnya dengan dekat, sejak kecil memang lebih pendiam dan tenang, tidak seperti adiknya Victor, yang lebih terbuka dan meledak-ledak. Bahkan, ia tetap bersikap tenang dan berusaha menenangkan adiknya ketika saudara mudanya tersebut tidak diperbolehkan untuk bermain bola oleh ayah mereka dan disuruh menjadi perawat.
Ketika pertama kali muncul, banyak orang beranggapan bahwa ia berada di daftar tunggu pewaris Boaz Solossa. Padahal faktanya, Tipa sebenarnya berusia tiga tahun lebih tua dari Boaz. Meskipun arah kariernya baru benar-benar membaik ketika pada tahun 2005, ia mulai bermain reguler untuk Persipura Jayapura.
Tradisi yang berkembang di tanah Papua adalah posisi di area penyerangan lebih di hargai. Anda akan dianggap pemain biasa saja ketika berposisi di sektor pertahanan. Dan Tipa memulai segalanya di jalur yang benar. Ia awalnya berposisi sebagai penyerang sayap. Seperti banyaknya pemain sayap khas Papua, Tipa tidak hanya cepat tetapi juga bertenaga.
Tipa tampil beberapa kali. Tetapi memang sulit menggeser Boaz Solossa dan Ian Kabes yang kala itu sedang dalam masa-masa terbaik mereka. Akhirnya, pelatih Persipura kala itu, Jacksen F. Tiago, mencoba Tipa bermain di posisi yang lain. Ia kemudian banyak bermain di posisi bek kanan.
Pengalaman bermain di posisi sayap membuat Tipa paham betul bagaimana menangani para pemain di posisi tersebut. Tipa seperti tahu betul ke mana mereka akan berlari, Tipa tahu betul ke mana mereka akan membawa bola. Semuanya tampak sulit pada awalnya, bahkan ia sempat cedera panjang. Pun muncul fullback-fullback lebih muda seperti Ruben Sanadi dan Roni Beroperay yang membuat Tipa bukanlah pilihan utama. Tetapi ia kemudian terus berjuang untuk tempatnya di tim.
Dua gelar juara Liga Indonesia kemudian ia persembahkan untuk Persipura sebagai hasil dari kerja kerasnya. Tipa pun hingga kini tidak tergantikan di posisinya, siapapun pelatih yang menangani Persipura. Di gelaran Liga 1 2017 kali ini pun Tipa merupakan satu-satunya pemain tim Mutiara Hitam yang dimainkan di semua pertandingan. Ia merupakan sosok penting di tim.
Ricardo Salampessy bahkan menyebut bahwa tim mesti segera mencari pelapis yang sepadan untuk Tipa. Usianya kini 34 tahun, dengan kata lain ia mungkin akan berhenti dalam waktu yang sangat dekat. Mari kita nikmati aksinya selagi masih sempat.
Author: Aun Rahman (@aunrrahman)
Penikmat sepak bola dalam negeri yang (masih) percaya Indonesia mampu tampil di Piala Dunia