Kolom

Mendedah Transfer: Barcelona dan Jaring yang Koyak

Hingga bulan Juli ini, setidaknya, Barcelona sudah tiga kali gagal menjaring buruannya. Apa yang terjadi dengan Barcelona? Jaring mereka koyak?

Begitu musim 2016/2017 usai, Barcelona kembali dihubungkan dengan usaha memulangkan Hector Bellerin ke Camp Nou. Bek kanan yang saat ini masih milik Arsenal tersebut memang alumni La Masia, akademi sepak bola Barcelona. Profil Bellerin akan sangat seusai dengan kebutuhan El Barca akan bek kanan baru.

Saat ini, Barcelona harus bergantung dengan Aleix Vidal yang justru banyak absen karena cedera, dan Sergi Roberto yang aslinya adalah seorang gelandang. Oleh sebab itu, mendatangkan bek kanan baru boleh jadi merupakan target paling penting untuk dicapai di jendela transfer musim panas kali ini.

Sayang, resistensi Arsenal akan keinginan Barcelona sangat kuat. Bellerin dianggap sebagai salah satu aset The Gunners untuk setidaknya 10 tahun ke depan. Meski posisinya tengah tergusur oleh Alex Oxlade-Chamberlain sejak Arsene Wenger mengubah skema menjadi tiga bek, Bellerin tetap bek kanan yang menyimpan potensi besar.

Bellerin sendiri terbuka dengan kemungkinan kembali ke Spanyol. Namun, pada akhirnya, Wenger masih punya pengaruh untuk menahan bek asal Spanyol tersebut. Barcelona melancarkan usaha terakhirnya, yaitu memberi tenggat waktu 10 hari kepada Bellerin untuk mengambil sikap. Sayang, “gertakan” Barcelona tersebut hanya seperti gonggongan anak anjing. Tak menggentarkan.

Situasi yang lebih pelik terjadi dalam usaha Barcelona memboyong Marco Verratti dari Paris Saint-Germain (PSG). Kali ini, si pemain sudah dengan jelas mengungkapkan bahwa ia ingin hijrah ke Spanyol. Keinginan Barcelona menemukan pengganti Xavi Hernandez nampaknya akan menemui jalan terang.

Baca juga: Marco Verratti: Pewaris Xavi Hernandez?

Sayang, resistensi manajemen PSG menggagalkan impian Barcelona tersebut. Setelah bertemu dengan Presiden Nasser Al-Khelaifi, Verratti menegaskan bahwa ia “bahagia” bersama Paris dan memutuskan untuk bertahan. Kembali, manajemen Barcelona gagal meyakinkan buruannya untuk segera bergabung.

Kembali gagal menjaring buruannya, Barcelona mencoba mendekati gelandang Real Betis yang bermain bagus di Piala Eropa U-21, Dani Ceballos. Harga Ceballos jauh lebih murah ketimbang Paulinho, yaitu 15 juta euro. Ia berdarah Spanyol, masih muda dan punya potensi. Cocok untuk aset masa depan Barcelona.

Tapi apa daya, Ceballos justru lebih tertarik dengan potensi bergabung bersama Real Madrid. Dari sisi skuat, saat ini, Madrid memang lebih baik ketimbang Barcelona. Pun pelatih mereka, Zinedine Zidane, tak ragu untuk merotasi skuat dan memberi kesempatan kepada siapa saja yang sudah bekerja keras. Isco Alarcon menjadi salah satu buktinya.

Keadilan yang ditunjukkan Zidane membuat siapa saja, terutama pemain muda, untuk yakin bahwa ia akan mendapat kesempatan. Pun jika akhirnya Madrid melepas James Rodriguez, kesempatan Ceballos untuk bermain bersama tim utama akan semakin membesar. Tentu saja, syarat mudah yang harus ia penuhi hanya satu: bekerja keras.

Mendapat tawaran proposal yang lebih menarik, Ceballos menampik kesempatan bermain bersama Lionel Messi. Untuk keempat kalinya, Barcelona gagal meyakinkan pemain buruannya. Apa yang salah dengan manajemen Blaugrana?

Sedikit kabar baiknya, raksasa Catalan ini dikabarkan sudah selangkah lagi mendapatkan Paulinho, eks gelandang Tottenham Hotspur yang bermain di Guangzhou Evergrande. Kendati tawaran awal sebesar 20 juta euro ditolak klub Cina tersebut, Guangzhou kabarnya tak kuat menahan gelontoran dana dari Blaugrana yang sesuai dengan release clause si pemain yang menyentuh angka 40 juta euro. Namun begitu, Paulinho, andai resmi datang ke Spanyol, belum tentu menyelesaikan masalah transfer Barcelona.

Sebenarnya, masalah Barcelona di bursa transfer sudah terasa ketika mereka gagal mempertahankan Thiago Alcantara. Ketika Xavi semakin menua, Thiago menjadi salah satu gelandang yang punya kemampuan untuk menggnatikannya. Tahun 2011, situasi antara Thiago dan manajemen Barcelona sedikit memanas.

Salah satu penyebabnya adalah menit bermain Thiago yang sangat terbatas. Dan ketika ia menyepakati kontrak baru berdurasi tiga tahun, Thiago memasukkan klausul menit bermain di dalam kontraknya. Disebutkan bahwa Thiago harus bermain minimal 30 menit dari 60 persen laga Barcelona. Jika Barcelona tak memenuhi klausul tersebut, release clause Thiago turun drastis dari 90 juta euro menjadi 18 juta euro.

Dan pada akhirnya, Thiago diboyong Bayern München dengan mahar 25 juta euro. Sangat murah untuk pemain yang saat ini bermetamorfosis menjadi salah satu gelandang tengah terbaik di dunia.

Kegagalan Barcelona di bursa transfer kembali terjadi ketika Paul Pogba lepas dari genggaman. Bahkan, foto Ariedo Braida, Direktur Olahraga Barcelona saat itu bersama perwakilan Juventus, menjadi indikasi kuat bahwa Pogba akan segera terbang ke Spanyol. Namun kenyataannya, Barcelona enggan memenuhi nilai transfer yang diminta Juventus. Pogba akhirnya menjadi pemain termahal dunia setelah bergabung bersama Manchester United.

Tak ingin malu, Barcelona mengguyur Valencia dengan uang tunai 50 juta euro untuk memboyong Andre Gomes. Dan terbukti, Gomes menjadi salah satu pembelian terburuk Barcelona. Kegagalan demi kegagalan, apakah sudah saatnya Barcelona merombak jajaran manajemennya? Apalagi, La Masia, akademi tersohor itu, semakin kehilangan tajinya.

Barcelona menjadi seperti seorang nelayan, yang jaringnya sudah koyak, namun tetap memaksa melaut tanpa memperbaikinya terlebih dahulu.

Author: Yamadipati Seno
Koki @arsenalskitchen